Selasa, 27 Juli 2021

Peristiwa-peristiwa Penting dalam Dakwah Rasulullah Saw Periode Makkah (Klas 10/Gasal/Pertemuan 2)

Peristiwa-peristiwa  Penting  dalam  Dakwah  Rasulullah  Saw  Periode Makkah

Siksaan terhadap kaum muslimin bermula pada tahun ke-4 kenabian. Awalnya siksaan itu terlihat lunak. Namun, seiring berjalannya waktu, kaum kafir Qurays semakin gencar melakukan penyiksaan pada tahun ke-5 kenabian. Selain penyiksaan yang dialami kaum muslimin hingga berujung perintah melaksakan hijrah, beberapa peristiwa penting juga terjadi selama Rasulullah Saw berdakwah di Makkah.

1.   Hijrah ke Habasyah

Melihat berbagai macam siksaan dan derita yang dialami oleh kaum muslimin, sementara beliau tidak bisa melindungi mereka, maka Rasulullah Saw   berkata “tidakkah sebaiknya kamu sekalian pergi ke Habasyah? Sesungguhnya disana ada seorang raja yang tidak ada seorangpun teraniaya di sisinya, tinggllah di negeri itu, sehingga Allah Swt memberi kemudahan dan jalan keluar dari apa yang kalian alami saat ini

Pada tahun 615 M atau tahun ke 5 kenabian,   berangkatlah kaum muslimin menuju Habsy.  Rombongan pertama dipimpin Usman bin Affan berjumlah 15 orang, yang terdiri dari 11 laki-laki dan 4 wanita.  Kemudian, disusul rombongan yang kedua dipimpin Ja’far bin Abi Thalib berjumlah hampir 100 orang.

Kedatangan kaum muslimin ke Habsy diterima oleh Raja Najasyi dengan baik. Mereka mendapat perlindungan dan bantuan bahan makanan.  Perlakuan Raja Najasyi terhadap  umat  Islam  tersebut  membuat  kaum  kafir  Quraisy  sakit  hati.    Mereka mengutus Amru bin Ash dan Abdullah bin Rabi’ah untuk menghadap Raja Najasyi.

Kedua utusan itu berkata kepada Raja Najasyi, ”Wahai Raja! Mereka telah pergi dari negeriku dan datang ke negerimu.   Mereka orang-orang yang bodoh.   Mereka telah melepaskan agama nenek moyang kami dan telah masuk agama baru  yang kami dan kamu tidak mengetahuinya.   Maka kami diutus oleh pemimpin-pemimpin kami untuk minta kepadamu agar mereka dikembalikan kepada kami”.

Raja Najasyi tidak mau memenuhi permintaan utusan itu sebelum mendengar keterangan dari kaum muslimin.   Lalu, Raja Najasyi bertanya kepada umat Islam,

”Agama  apakah  yang  menyebabkan  kamu  sekalian  keluar  dari  agama  nenek moyangmu dan tidak mau masuk agamaku?”.

Kaum muslimin yang diwakili Ja’far bin Abi Thalib  menjawab, ”Wahai Raja! Kami dahulu orang Jahiliyyah, menyembah berhala, memakan bangkai, berbuat jahat, memutuskan hubungan persaudaraan, dan orang-orang kami memperbudak yang lemah.  Lalu, datang utusan Allah Swt, yaitu seorang di antara kami (kaum Quraisy). Kami  mengenal  akhlaknya  yang  mulia,  yaitu  jujur,  menepati  janji,  dan  pemaaf. Beliau  mengajak  kami  untuk  menyembah  Allah  Swt  Yang  Esa,  menyuruh  kami berkata yang benar, bersikap jujur, adil, memenuhi amanah, menyambung persaudaraan, serta berbuat baik kepada tetangga.   Beliau melarang kami berbuat jahat, berkata kotor, makan  harta anak yatim  dengan  jalan yang tidak  halal, dan menyekutukan Allah Swt.  Maka kami menerima ajakannya untuk masuk Islam”.

Kaum muslim mempersiapkan rombongan untuk berhijrah ke Habasyah dengan jumlah yang lebih banyak yaitu 83 orang laki-laki, 11 orang wanit Qurays dan 7 orang wanita asing. Akan tetapi hijrah yang kedua ini lebih berat tantangannya karena berbagai cara dilakukan oleh kaum kafir Qurays untuk menggagalkannya.

Melihat situasi seperti itu, Usman berkata “ Ya Rasulullah, kami telah berhijrah yang pertama kepada Najasy, dan kali ini yang kedua, tapi engkau tidak juga ikut bersama kami”. Rasulullah Saw berkata “ kelian berhijrah kepada Allah Swt dan kepadaku. Kalian mendapatkan kedua hijrah ini semuanya. “ kalau begitu cukup kami saja Ya Rasulullah”, kata Ustman. Kaum Muhajirin itu menetap di Negeri Habasyah dalam  keadaan  aman  dan  sentosa.  Namun  tatkala  mereka  mendengar  tentang hijrahnya Rasulullah Saw ke Yasrib, maka pulanglah mereka ke Makkah untuk ikut serta dalam hijrah Rasulullah Saw ke Yasrib.

 

2.   Amul Huzni

Abu  Thalib  bin  abdul  Muthalib  adalah  orang  yang  paling  gigih  membela dakwah Rasulullah Saw. Perlindungan dan bantuan dari Abu Thalib dalam dakwah Rasulullah Saw sangatlah totalitas. Ia adalahbenteng yang melindungi dakwah Rasulullah Saw, meski ia tetap berpegang pada agama nenek moyangnya. Namun begitu, dalam Asad Al-Ghobah  diceritakan , tatkala sakit Abu Thalib semakin parah, ia memanggil semua warga Bani Abdul Muthalib, lalu berpesan “ sesungguhny akmu sekalian akan dalam keadan baik selagi kalian mendengan perkatan Muhammad dan mengikuti perintahnya. Karena itu, ikutilah dia dan percayailah dia, niscaya kalian akan selamat”. Seletah Abu Thalib meninggal, Rasulullah Saw berkata, “ semoga Allah  Swt  merahmatimu  dan  mengampunimu.  Aku  akan  memintakan  ampun untukmu, sampai Allah Swt  melarangku”.

Tidak berselang lama dari meninggalnya Abu Thalib, Siti Khadijah istri tercinta Rasulullah Saw   pun meninggal dunia. Khadijah wafat pada bulan Ramadhan pada tahun ke 12 kenabian dalam usia 65 tahun.

Dengan meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah, musibah demi musibah datang bertubi-tubi,  karena  keduanya  adalah  orang  yang  sangat  gigih  membela  dan melindungi beliau. Sejak saat itu kaum kafir Qurays semakin gencar melancarkan gangguan kepada Rasulullah Saw. tahun meninggalnya Abu Thalib dan Situ Khadijah disebut dengan Amul huzni atau tahun kesedihan.


3.   Isra Mikraj

Peristiwa Isra Mikraj terjadi satu tahun sebelum hijrah, tepatnya pada malam senin 27 rajab setelah Rasulullah pulang dari perjalanannya ke Tha’if. Isra secara bahasa artinya perjalanan malam, adapun menurut istilah yaitu perjalanan Rasulullah Saw pada satu malam dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis di Palestina. Mikraj adalah naiknya Rasulullah Saw dari Masjidil Aqsha menuju ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah Swt.

Isra Mikraj merupakan pertolongan dari Allah Swt sekaligus hiburan dari Allah Swt atas kesedihan Rasulullah Saw karena ditinggal dua orang terkasihnya yaitu Abu Thalib dan Siti Khadijah. Allah Swt menceritakan peristiwa Isra Mikraj ini dalam q.s al-Isra’ [17] ayat 1.

Dalam perjalanan Isra Mikraj ini malaikat mendatangi beliau dengan membawa Buroq, kemudian Jibril menaikkan beliau keatas Buraq dan mengajaknya melakukan perjalanan dari Masjidil Haram menuju masjidil Aqsha dan dinaikkan ke langit untuk melihat tanda-tandakebesaran Allah Swt. Dalam perjalanan ke Sidratul Muntaha Rasulullah Saw dan Malaikat Jibril singgah di tujuh lapis langit dan dipertemukan dengan para nabi:

a.   Langit pertama bertemu dengan Nabi Abam a.s., bapak umat manusia. Rasulullah Saw mengucapkan salam dan Nabi Adam a.s menjawab salam menyambut kedatangan beliau dan menyatakan pengakuan atas Nubuwat beliau.

b.   Langit kedua, bertemu dengan Nabi Yahya a.s dan Nabi Zakariya a.s. c.   Langit ketiga, bertemu dengan Nabi Yusuf a.s

d.   Langit keempat, bertemu dengan Nabi Indris a.s e.   Langit kelima, bertemu dengan Nabi Harun a.s

f.   Langit keenam, bertemu dengan Nabi Musa a.s Sebelum Rasulullah Saw menuju langit ketujuh, Nabi Musa a.s menangis dan menimbulkan   Tanya   dalam   diri   Rasulullah   Saw   “apa   yang   membuatmu menangis”? Nabi Musa a.s menjawab “aku menangis karena ada seorang pemuda yang diutus sesudahku yang masuk surga bersama umatnya dan lebih banyak jumlahnya daripada umatku yang masuk surga”.

g.   Langit ketujuh, bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s dan dalam setiap pertemuannya dengan para nabi terdahulu mereka selalu mengakui nubuwwat Rasulullah Saw.

Lalu  Rasulullah  Saw naik  lagi  menuju Baitul  Ma’mur,  yang setiap  harinya dimasuki 70.000 malaikat yang tidak keluar lagi darinya. Kemudian diangkat lagi untuk menghadap Allah Swt yang maha perkasa dan mendekat kepadanya. Lalu Allah Swt mewahyukan apa yang dikehendaki dan Allah Swt mewajibkan shalat sebanyak 50 rakaat. Setelah Rasulullah Saw bertemu dengan Nabi Musa a.s tentang perintah shalat 50 rakaat tersebut, Nabi Musa a.s berkata “sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya, sehingga pada akhirnya Allah Swt memerintahkan kepada umat Rasulullah Saw untuk melaksanakan shalat sebanyak 5 waktu. Sebenarnya Nabi Musa a.s meerintahkan kepara Rasulullah Saw untuk kembali memintakeringanan kepada Allah Swt, namun Rasulullah Saw menjawab “Aku sangat malu kepada Rabb- ku, aku sudah Ridha dan menerima perintah ini” beberapa saat kemudian terdengar seruan “ Aku telah menetapkan kewajiban dan telah kuringankan bagi hamba-Ku”.

4.   Hijrah ke Yasrib

Setelah peristiwa Isra Mikraj ada satu perkembangan besar bagi kemajuan kaum muslimin yang datang dari penduduk Yasrib. Mereka melaksanakan ibadah haji ke Makkah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Pada musim haji selanjutnya, terdiri dari dari orang-orang Yasrib berjumlah 73 orang, atas nama penduduk Yasrib mereka meminta kepada Rasulullah Saw untuk berkenan pindah ke Yasrib. Mereka berjanji akan membela Rasulullah Saw dari segala macam ancaman, dan kemudian Rasulullah Saw menyetujui baiat Aqabah dua setelah pada tahun kesebelas  kenabian menyetujui adanya Baiat Aqabah pertama.

a. Baiat Aqabah Pertama

Ketika musim haji tiba, Rasulullah Saw menggunakannya untuk menyampaikan dakwah kepada jamaah haji yang datang dari seluruh penjuru Arab. Di antara mereka terdapat orang-orang Yasrib dari suku Aus dan Khazraj.  Kedua suku ini sering mendengar berita dari orang-orang Yahudi bahwa Nabi akhir zaman akan segera datang.

Pada musim haji tahun ke 11 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M, 12 orang dari suku Aus dan Khazraj berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.  Mereka bertemu dengan Rasulullah Saw di Aqabah (Mina) dan menyatakan baiat (sumpah setia).  Baiat itu kemudian dikenal dengan sebutan Baiat Aqabah I atau disebut Baiatun Nisa’, karena di antara yang ikut baiat ada seorang wanita, ia bernama Afra binti Abi Ubaidah


Ada  6  pokok  persoalan  penting yang  menjadi  sumpah setia  dalam Baiat Aqabah I adalah :

a)    Mereka tidak akan menyekutukan Allah Swt dengan sesuatu apapun. b)   Mereka tidak akan mencuri.

c)   Mereka tidak akan berzina.

d)   Mereka tidak akan membunuh anak-anaknya.

e) Mereka tidak akan berbuat fitnah, dusta dan curang.

 f) Mereka tidak akan mendurhakai  Rasulullah Saw.

Ketika mereka pulang ke Yasrib (Madinah), Rasulullah Saw mengutus Mus’ab bin Umair menyertai mereka.   Mus’ab bin Umair mendapat tugas mengajarkan  Islam  kepada  penduduk  Yasrib.    Dengan  demikian,  agama Islam semakin bersinar di Yasrib.  Penduduk berbondong-bondong masuk agama Islam, sehingga jumlah kaum muslimin semakin bertambah.

b. Baiat Aqabah kedua

Pada tahun ke 12 kenabian, bertepatan tahun 622 M, serombongan kaum muslimin dari Yasrib berangkat menuju Makkah untuk menunaikan ibadah Haji.

 Mereka berjumlah 75 orang, terdiri atas 73 orang laki-laki dan 2 orang wanita. Mereka segera menghadap Rasulullah Saw dan meminta diadakan pertemuan pada hari Tasyrik di Mina.  Pada malam yang telah ditentukan, mereka keluar kemahnya secara  sembunyi-sembunyi  menuju  Aqabah  (tempat melempar jumrah).   Tidak lama  kemudian,  Rasulullah  Saw  datang  disertai  pamannya,  Abbas  bin  Abdul Muthalib yang waktu itu belum masuk Islam tetapi tidak pernah memusuhi Islam. Adapun isi dari perjanjian Aqabah II adalah :

a) Penduduk Yasrib siap membela Islam dan Rasulullah.

b) Penduduk  Yasrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan jiwa.

c) Penduduk  Yasrib  ikut  berusaha  memajukan  agama  Islam  dan  menyiarkan kepada sanak keluarga mereka.

d) Penduduk Yasrib siap menerima resiko dan segala tantangan.

Sumber : Buku Siswa SKI Madarasah Aliyah KLas X (Uji Publik) Direktorat KKSK Madarasah 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar