Minggu, 17 Januari 2021

PERKEMBAANGAN ISLAM MASA KHULAFAURRASYIDIN (SKI Kelas 10 Sem. Genap ) Bagian 2

 



C.   Khalifah Usman bin Affan

1. Mengenal Ustman bin Affan

Usman bin Affan lahir di Makkah 5 tahun setelah Tahun Gajah, ada juga pendapat yang mengatakan beliau lahir di Thaif, usia Usman lima tahun lebih muda dari Rasulullah Saw. Nama lengkapnya adalah Usman bin Affan bin Abu al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Nasabnya bertemu Rasulullah Saw pada Abdul Manaf.

Pada masa jahiliyah, Usman bin Affan termasuk manusia terkemuka di kabilahnya; dia orang terkenal, hartawan, sangat pemalu, halus tutur bahasanya, dicintai dan sangat dihormati kaumnya. Usman bin Affan sama sekali belum pernah bersujud kepada berhala dan tidak pernah melakukan perbuatan keji. Sebelum masuk Islam pun beliau tidak pernah meminum khamr dan sejenisnya.

Usman sangat memelihara pandangannya, ia juga menguasai ilmu yang berkembang  di  Arab  masa  jahiliyah.  Ustman  menekuni  dunia  perdagangan  yang diwarisi dari ayahnya, sehingga hartanya dapat berkembang dan menempatkan posisinya dalam daftar tokoh-tokoh Bani Umayyah yang diperhitungkan di Suku Quraiys secara keseluruhan.

Usman  bin  Affan termasuk  Assabiqqunal  Awalun  atas ajakan  Abu  Bakar. Rasulullah kemudian menikahkannya dengan putri beliau bernama Ruqayah. Ketika kaum musyrik Quarisy menyiksa kaum Muslimin, Usman hijrah bersama istrinya ke Habaysah kemudian kembali ke Makkah sebelum peristiwa hijrah ke Madinah.

Usman  bin  Affan  menyaksikan  seluruh peristiwa  dan  peperangan  bersama Rasulullah Saw, kecuali perang Badar, karena saat perang Badar terjadi beliau sedang merawat Ruqayyah yang akhirnya meninggal seusai perang Badar. Setelah itu Rasulullah Saw menikahkannya dengan putrinya yang lain bernama Ummu Kultsum, itulah sebab mengapa Usman diberi gelar Dzunnurrain (pemilik dua cahaya)

Usman bin Affan terkenal sebagai sahabat yang sangat dermawan, pada peristiwa perang Tabuk di mana waktu itu umat Islam sangat membutuhkan biaya untuk mencukupi perlengkapan dan kebutuhan untuk berperang, Usman bin Affan menyumbangkan  940  unta  dan  enam  puluh  ekor  kuda  untuk  menggenapi  jumlah seribu. Usman juga menyumbangkan 10.000 dinar untuk membiayai pasukan usra (pasukan  muslim  dalam  Perang  Tabuk  yang  berarti  pasukan  dalam  kesusahan). Usman telah banyak menginfakkan hartanya untuk dakwah Islam, termasuk waktu itu membeli sumur dengan hartanya, lalu mendermakannya kepada kaum muslimin.

2. Pengangkatan Usman bin Affan

Akhir  masa  pemerintahan  Umar  bin  Khathab  diwarnai  dengan  penikaman yang  dilakukan  oleh  Abu  Lu’Luah  budak  dari  Mughirah  bin  Syu’bah.  Setelah peristiwa penikaman itu Umar merasa ajalnya semakin dekat, maka ia meminta untuk menunjuk khalifah penggantinya. Metode pemilihan khalifah baru yang digagas oleh Umar bin Khathab adalah musyawarah  yang dilakukan oleh orang-orang terbatas.

Umar bin Khathab memilih enam orang shabat Rasulullah yang kesemuanya pantas untuk menjadi pemimpin. Umar juga menetapkan cara pemilihan, masanya, jumlah suara yang cukup untuk memilih khalifah, keputusan majlis, cara pemilihan ketika suara imbang, dan memerintahkan kepada para pasukan untuk mengawasi jalannya pemilihan, mencegah kekacaan dengan cara tidak memperbolehkan orang yang tidak berkepentingan untuk masuk atau mendengar pembahasan majlis. Majlis ini dikenal dengan Ahhlul Halli wal-Aqdi.

Enam orang sahabat ini terdiri dari; Ali bin Abi Thalib, Utman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Khalifah Umar bin Khathab menggabungkan antara menentukan calon khalifah   sebagaimana   dilakukan   Abu   Bakar   dan   antara   tidak   menentukan sebagaimana dilakukan Rasulullah Saw. Umar menentukan enam orang dan meminta mereka untuk menentukan siapakah yang dipilih menjadi khalifah diantara mereka.

Setelah bermusawarah diantara ke enam sahabat maka terpilihlah Usman bin Affan sebagai khalifah selanjutnya. Usman bin Affan dibai’at menjadi khalifah pada hari senin 28 Dzulhijjah tahun 23 H, dan mulai menjalankan tugas kekhalifahannya pada bulan Muharam tahun 24 H. Usman bin Affan wafat pada 18 Dzulhijjah tahun 35 H bertepatan dengan 20 Mei 656 M setelah menjadi khalifah selama kurang lebih 12 tahun.

3. Substansi dan strategi Usman bin Affan

Selama kurang lebih 12 tahun masa pemerintahannya banyak terjadi gejolak internal terutama  paroh  terakhir  masa  pemerintahannya.  Beberapa  hal  yang  terjadi  dan menjadi strategi kepemimpinan Usman bin Affan;

a.   Perluasan wilayah

Daerah-daerah strategis yang sudah dikuasai Islam seperti Mesir dan Irak terus dikembangkan dengan melakukan serangkaian ekspedisi militer yang terencana secara cermat. Beberapa wilayah berhasil dikuasai meliputi Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhoders dan bagian  yang tersisa dari Persia.

b.  Pembukuan al-Qur’an

Pada masa Usman terjadi perselisihan mengenai cara baca al-Qur’an, Usman memutuskan  untuk  melakukan  penyeragaman  cara  baca  al-Qur’an.  Cara  baca inilah  yang  secara  resmi  dipakai  oleh  kaum  muslimin.  Untuk  itu  setelah pembukuan al-Qur’an selesai, dibuatlah beberapa salinannya untuk dikirim ke Mesir, Syam,  Yaman,  Kuffah,  Basrah  dan Makkah. Satu mushaf disimpan di Madinah. Mushaf-mushaf inilah yang kemudian dikenal dengan nama Mushaf Usmani.. saat itu Usman mengharuskan umat Islam untuk menggunakan al-Qur’an hasil salinan yang telah disebarkan tersebut. Sementara mushaf  al-Qur’an dengan cara baca yang lainnya dibakar, dengan demikian perselisihan berhasil dihindari.

D.   Khalifah Ali bin Abi Thalib

1. Mengenal Ali bin Abi Thalib

Ali  bin  Abi  Thalib lahir pada hari Jumat  13 Rajab  tahun  600  M di  kota Makkah. Nama lengkapnya adalah Ali bin Abi Thalib ibn Abdil Muthalib ibn Hasyim ibn Abdi Manaf ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrahi bin Ka’ab ibn Lu’ay. Ali bin Abi Thalib termasuk dalam golongan Assabiqunal Awwaluun dari kalangan anak-anak. Sejak kecil beliau diasuh oleh Rasulullah Saw, oleh sebab itu beliau terdidik dalam kesempurnaan akhlaq dan sifat-sifat yang terpuji.

Pada   awal   dakwah   Rasulullah   Saw,   Ali   selalu   mengikuti   kemanapun Rasulullah Saw pergi termasuk ketika harus sembunyi-sembunyi melakukan sholat di lembah-lembah Makkah. Ali juga rela mempertaruhkan jiwanya untuk Rasulullah Saw ketika pada malam hijrah ke Yasrib beliau menggantikan tidur di pembaringan Rasulullah Saw.

Dari segi keilmuan, Ali bin Abi Thalib termasuk ulama dan hakim terkemuka dikalangan sahabat, hingga salah satu gelar yang disematkan kepadanya adalah babul ‘ilmi  (pintunya  ilmu).  Para  sahabat  senior  banyak  yang berkonsultasi  kepada Ali mengenai masalah-masalah keilmuan yang mereka hadapi, keluasan dan kedalaman ilmu yang dimiliki oleh Ali tidak diragukan lagi.

Dalam sebagian besar perang Rasulullah Saw, ia selalu bertugas membawa panji-panji perang. Keberanian, kepahlawanannya, dan kepiawaiannya tak ada tandingannya sehingga diberi julukan asadullah (singa Allah). Ali ikut serta dalam perang  Badar  maupun  perang-perang  lainnya,  hanya  saja  pada  peristiwa  perang Tabuk, Ali tidak ikut serta karena mendapat tugas dari Rasulullah Saw untuk menjaga keluarga beliau dan menggantikannya memimpin kota Madinah.

Sepeninggal Rasulullah Saw, Ali menjadi tempat para sahabat meminta pendapat. Meskipun tegas dan keras dalam setiap pertempuran, tetapi beliau memiliki sifat penyayang yang luar biasa. Beliau tak segan-segan menyedekahkan makanan yang seharusnya diperuntukkan bagi keluarganya. Ketika Abu Bakar, Umar bin Khathab dan Usman bin Affan menjadi khalifah, mereka tak segan untuk meminta pendapat dari Ali tentang suatu persoalan dan sebelum mengambil suatu tindakan.

 2. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib

Ketika terjadi pengepungan atas khalifah Usman bin Affan oleh para pemberontak, Ali bin Abi Thalib meminta dua orang putranya Hasan dan Husain untuk menjaga khalifah Usman, namun akhir dari pengepungan itu adalah meninggalnya Usman bin Affan.

Pasca peristiwa itu, para sahabat berkumpul dan mengutarakan pendapat mereka kepada Ali bin Abi Thalib,“Usman telah tiada dan umat membutuhkan pemimpin, sampai saat ini tidak ada seorangpun yang pantas menjadi pemimpin umat Islam selain engkau, dan tak ada juga seorangpun yang lebih senior dalam Islam dan lebih dekat dengan Rasulullah Saw selain engkau”.

Ali menolak penunjukan itu, dan beliaupun belum mengambil tindakan apa pun.Sementara keadaan semakin kacau dan menghawatirkan sehingga  Ali ragu ragu untuk mengambil keputusan dan tindakan. Mereka terus mendesak Ali untuk bersedia menjadi khalifah dan mengingatkan keadaan yang lebih buruk akan terjadi jika Ali tidak bersedia menjadi khalifah. Akhirnya Ali bin Abi Thalib bersedia dan dibai’at menjadi khalifah pada tanggal 24 Juni tahun 656 M di Masjid Nabawi.

Setelah bai’at terlaksana, Ali pun berpidato dan berpesan kepada kaum muslimin “Allah telah menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk untuk membedakan yang baik dari yang buruk. Karena itu, lakukanlah kebaikan dan tinggalkan keburukan”.

Masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib penuh dengan gejolak, hal ini dipicu oleh konflik internal yang muncul silih berganti, sehingga menghambat pemerintahannya. Gejolak ini juga yang mengakibatkan pada subuh tanggal 17 bulan Ramadhan 40 H Ali bin Abi Thalib ditikam oleh Ibnu Muljam, pada 20 Ramadhan beliau meninggal dan dimakamkan di Kufah. Beliau meninggal dalam usia 63 tahun dan menjadi khalifah selama 4 tahun 9 bulan.

3. Substansi dan Strategi Dakwah Ali bin Abi Thalib

Masa pemerintahan Ali bin Abi thalib yang singkat dihabiskan untuk meredam beberapa pemberontakan  yang terjadi. Ada  dua  pemberontakan  yang terjadi pada masa Ali bin Abi Thalib yang dikenal dengan perang Jamal (antara Ali dan Aisyah) dan perang Siffin (antara Ali dan Muawiyah). Beberapa strategi dan ketetapan Ali bin Abi Thalib:

a.   Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Usman, kemudian mengirim kepala daerah baru yang akan menggantikan mereka

b.   Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Usman kepada kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian Ustman kepada siapapun yang tidak beralasan diambil kembali untuk dikuasai Negara.

E.  Hikmah Pembelajaran

1. Khalifah Abu Bakar as-Shidiq merupakan khalifah yang cerdas, jujur dan mempunyai kepribadian yang tulus serta seorang pemimpin yang demokratis

2. Khalifah  Umar  bin  Khatab  merupakan  sosok  yang  pemberani  dan  tegas  dalam memimpin

3. Khalifah Usman bin Affan adalah seorang yang sangat dermawan dan juga cerdas

4. Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat Rasulullah Saw dan banyak mewarisi

ilmu beliau, sehingga AliUterJkeInaPl juUgaBdenLgaInKkecerdasan dan keluasan ilmu yang dimilikinya.


Akhlak Pergaulan Remaja Kelas 11 Bagian 2

Akhlak Tercela  Pergaulan Remaja

Istilah perilaku tercela remaja diidentikkan dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak- anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Tingkah laku kenakalan remaja cakupannya sangat luas mulai dari tingkah  laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal.

1. Bentuk Akhlak Tercela  Pergaulan Remaja 

a. Pergaulan seks bebas (free sex)

Hubungan  seksual  sebelum  atau  di  luar  nikah  tidak  dapat  dibenarkan.

Hubungan seksual  akan  dianggap sah dan dibenarkan  apabila seseorang sudah resmi menikah.  Naluri seksual yang tidak terkendali atau dilakukan tanpa aturan akan mendatangkan kekacauan di masyarakat, misalnya terjangkitnya penyakit kelamin, perkelahian, dan kesulitan menentukan orang tua biologis dari anak-anak yang dilahirkan.  Pergaulan seks bebas (free sex) memicu munculnya pelanggaran- pelanggaran yang baru, misalnya   aborsi dan pembunuhkan bayi-bayi yang lahir dari hubungan seks di luar nikah tersebut. Hamil di luar nikah akan membawa

 

malapetaka baik bagi diri sendiri maupun orang tuanya karena membawa aib keluarga dan mendatangkan masalah. Untuk itu, remaja harus menghindarkan diri dari segala jenis pergaulan yang dapat menjerumuskannya kepada pergaulan seks bebas.

b. Tawuran

Remaja yang terlibat dalam tawuran seringkali dipicu oleh persoalan- persoalan yang sederhana, misalnya saling ejek, senggolan kendaraan, dan lain- lain.   Yang lebih memprihatinkan adalah adanya beberapa remaja yang terlibat tawuran tetapi tidak mengetahui penyebabnya,   hanya ikut-ikutan dengan dalih solidaritas  yang  keliru.  Untuk  itu,  remaja  harus  jeli  dan  hati-hati  apabila menghadapi permasalahan semacam ini.

c. Mengkonsumsi minuman keras

Di dalam alkohol ada racun yang disebut protoplasmic, yaitu racun yang mempunyai efek depresen pada sistem syaraf, sehingga orang yang mengkonsumsi minuman alkohol secara berlebihan akan kehilangan kemampuan untuk mengendalikan diri, baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Hal inilah yang menyebabkan seorang pemabuk sering melakukan keonaran atau keributan bahkan perkelahian  hingga  pembunuhan.  Oleh  karena  itu,  pemabuk  Atau  alkoholis (pecandu alkohol) maupun pengedar minuman keras dianggap melanggar norma- norma sosial dalam masyarakat.

d. Penyalahgunaan narkoba

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Dampak yang ditimbulkan dari mengkonsumsi narkoba sungguh sangat membahayakan. Pada awalnya, narkotika digunakan untuk keperluan medis, namun dalam perkembangannya sering disalahgunakan bukan untuk kepentingan medis. Di dunia medis, narkotika digunakan untuk keperluan operasi medis karena dapat memberikan rasa nyaman dan menghilangkan rasa sakit untuk sementara waktu. Namun apabila digunakan tanpa pengawasan dokter maka sangat membahayakan karena akan berpengaruh kepada sistem kerja otak dan dapat menimbulkan ketergantungan.

2. Dampak Akhlak Tercela  Pergaulan Remaja

a. Bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama

Fenomena kekerasan dan tawuran antar pelajar, bahkan antar mahasiswa ataupun antar kelompok masyarakat sering terjadi di tengah masyarakat. Perilaku reaktif dan emosional secara berlebihan, yang kadang-kadang hanya dipicu oleh hal-hal sepele, amuk massa secara beringas melawan aparat, atau unjuk rasa yang anarkis sering juga sering terjadi. Kejadian-kejadian tersebut sering mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian material. Tentunya perilaku yang demikian ini adalah sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama, untuk itu harus dihindari.

 b. Hilangnya budaya malu

Malu adalah sebagian   dari iman. Hilangnya iman, dapat diawali dari hilangnya rasa malu pada diri seseorang. Orang yang mempunyai rasa malu, dia akan hati-hati dalam melakukan suatu perbuatan. Remaja yang mempunyai rasa malu bila melakukan suatu perbuatan maka akan selalu menjaga   martabat atau harga dirinya.  Orang yang demikian ini, di tengah-tengah masyarakat dan di mata Allah akan mendapatkan tempat yang mulia.

Berbeda dengan remaja yang kehilangan rasa malu, mereka cenderung bangga dengan perilaku tercela yang telah ia lakukan dan bahkan merasa perbuatan salah yang dilakukannya sebagai suatu kebenaran. Padahal    masyarakat memandangnya sebagai suatu perbuatan orang yang berakhlak rendah, begitu juga Allah akan menempatkannya pada kehidupan yang hina.

c.  Menimbulkan masalah kesehatan

Penyalahgunaan      narkoba   memunculkan  berbagai   masalah,  misalnya bidang kesehatan, sosial, kriminal, dan ekonomi. Dalam banyak kasus, penyalahgunaan narkoba telah menjadi sumber masalah di bidang kesehatan, misalnya penularan virus HIV/AIDS yang mematikan. Sedang dampak minuman keras bagi yang mengkonsumsinya adalah mabuk, sehingga dapat menyebabkan cedera dan kematian. Penurunan kesadaran seperti koma dapat terjadi pada keracunan alkohol yang berat demikian juga henti nafas dan kematian.

3. Menghindari Akhlak Tercela Pergaulan Remaja 

a.   Meningkatkan Kadar Iman Dan Amal Saleh

Setiap  ketentuan  yang  dibuat  oleh  Allah  pasti  mengandung  hikmah., Dilarangnya minuman keras, pergaulan seks bebas, tawuran dan perilaku negatif lainnya pasti ada hikmahnya, di antaranya adalah untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Untuk itu remaja harus menyadari dengan sepenuh hati bahwa dengan  meningkatkan  keimanan  kepada  hukum-hukum  yang  ditentukan  oleh Allah maka kualitas pribadi seorang remaja akan menjadi meningkat. Tentunya keimanan ini harus ditindaklanjuti dengan mengamalkan ajaran-ajaran agama misalnya dengan belajar tekun serta mengembangkan minat dan bakat yang dimilikinya.

b.  Meningkatkan Kualitas Akhlak Dan Etika Bergaul

Manusia adalah mahluk sosial sehingga   dalam kehidupannya pasti membutuhkan manusia yang lain. Agar dalam pergaulan antar manusia/interaksi sosial tersebut bisa berjalan dengan baik maka perlu disepakati adanya tata aturan yang harus dipatuhi bersama. Orang yang melanggar tata kehidupan sosial maka akan terkucil dari masyarakatnya. Untuk itu, remaja yang merupakan bagian dari anggota masyarakat harus menjaga kehidupan di lingkungan masyarakatnya sehingga terwujud kehidupan yang harmonis.

 

c.   Mengatur Waktu Dengan Baik

Allah Swt. di dalam al-Qur’an banyak bersumpah dengan menggunakan kata yang menunjukkan kepada waktu, misalnya: al-‘Ashr, al-Lail, adh-Dhuha, dan lain-lain. Ini menunjukkah bahwa umat Islam harus memperhatikan waktu. Remaja harus    menggunakan  kesempatan  yang  ada,  jangan  sampai  menunda- nunda suatu  pekerjaan yang seharusnya dapat diselesaikan atau menyia-nyiakan kesempatan yang ada.  

Artinya: Dari Ibnu Abbas Ra, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. (HR Bukhari)


Asmaul Husna Kelas X Semester Genap Bagian 2

 1. Al- Raqib (Yang Maha Mengawasi)

Al-Raqib artinya Yang Maha Mengawasi. Al-Raqib, Maha Mengawasi, Allah yang menjadikan hamba-Nya selalu     berada     dalam     pengawasan-Nya.    al-Raqib adalah Dzat yang maha memperhatikan dan mengawasi semua hamba-Nya ketika mereka bergerak (beaktifitas) maupun ketika mereka diam, (mengetahui) apa yang mereka sembunyikan maupun yang mereka tampakkan, dan (mengawas) semua keadaan mereka.

Pengawasan Allah bersifat menyeluruh dan total.   Dia menjaga segala sesuatu, mengawasinya, hingga tak ada sesuatu pun yang luput dari-Nya. Dengan memahami dan menghayati asma Allah al-Rakiib, akan tumbuh dalam diri seseorang pengawasan dan kontrol terhadap perbuatan lahiriah maupun batiniahnya.  Hal ini karena dia menyadari bahwa Allah mengawasi semuanya, yang lahir ataupun yang batin, yang besar ataupun yang kecil, ucapan ataupun perbuatan, bahkan juga niat.

2. Al- Mubdi’u (Yang Maha Memulai)

Al-Mubdi’u artinya Yang Maha Memulai. Allah, Dia lah yang memulai semuanya.   Memulai keberadaan alam beserta isinya melalui kemampuan-Nya mencipta. Dia menciptakan sesuatu dari tiada, maka wujudlah segala yang dikehendaki-Nya. Sebagaimana diciptakan   Nabi   Adam   sebagai   manusia   yang   paling   awal diciptakan oleh Allah Swt.

”Allah     menciptakan     (manusia)     dari     permulaan,     kemudian     mengembalikan
(menghidupkan)nya kembali; kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan”
(QS. al-Rum [30] :11)
Allah menciptakan alam dan manusia dengan sempurna dan sebaik-baiknya, tanpa ada contoh sebelumnya.   
”Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (QS. al-Ankabut[29]:19)

3. Al- Muhyi (Yang Maha Menghidupkan)

Al-Muhyi artinya Yang Maha Menghidupkan. Allah menciptakan manusia, menghidupkan, mematikan, kemudian menghidupkan kembali pada hari kiamat.   Tidak ada yang menciptakan kehidupan dan kematian kecuali hanya Allah Swt.
َ”Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan   kamu,   kemudian   menghidupkan   kamu   (lagi),
Sesungguhnya  manusia  itu,  benar-benar  sangat  mengingkari  nikmat”  (QS.  al-Hajj
[22]:66)

Allah menganugerahkan hidup bagi manusia dengan beraneka kualitas kehidupannya, tergantung tingkat keimanan masing-masing.
”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. an-Nahl [16]:97)

Bagi orang-orang munafik dan kaum kafir, Allah menjadikan kualitas hidup mereka rendah dalam pandangan-Nya. Kemudian pada hari kiamat nanti, mereka akan dibangkitkan dalam keadaan jauh lebih hina dan hidup dalam siksa derita.

Dengan mengimani bahwa Allah lah yang Maha Menghidupkan, kita mengetahui betapa besarnya kemampuan Allah, karena Dia lah yang menghidupkan segala sesuatu. Maka hendaklah seseorang selalu menyerahkan dan menggantungkan segala urusannya kepada Allah dan kembali kepada-Nya dengan menghidupkan segala petunjuk dengan perbuatan   ta’atnya.   Menghidupkan   syi’ar   Islam   dalam   kehidupan,   menghidupkan semangat  untuk  maju,  menghidupi  diri  sendiri,  orang  tua  dan  keluarga,dan  lain sebagainya.

4. Al- Hayyu (Yang Maha Hidup)
Al-hayyu    artinya  Yang  Maha  Hidup.  Allah  adalah  Dzat yang tak mungkin mengalami kematian. Sifat hidup-Nya merupakan sifat yang niscaya, mutlak dan tidak mengalami penyusutan, kerusakan atau peniadaan.
 
”Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan  memuji-Nya.  dan  cukuplah  Dia  Maha  mengetahui  dosa-dosa  hamba-hamba- Nya” (QS. al-Furqan [25]:58)

Hidupnya   Allah  berbeda  dengan   hidupnya   makhluk.   Allah  hidup   tanpa   kaif (bagaimana caranya) dan juga tanpa aina (di mana [di mana tempatnya] ).  Dia tidak ada dalam sesuatu dan tidak ada di atas sesuatu. Kehidupan Allah terlepas dari pembatasan waktu, tidak seperti kehidupan makhluk yang diusahakan dan diabatasi oleh titik permulaan dan titik akhir.

Allah Maha Hidup (al-Hayyu). Dengan sifat-Nya itu, Dia seolah ingin menegaskan kepada hamba-Nya mengenai pentingnya memaknai hidup yang dijiwai oleh keimanan kepada-Nya. Seorang hamba yang meneladani asma Allah al-Hayyu, selalu menjadikan Allah sebagi pusat ketergantungan dan ketundukan dalam segala usaha dan permohonan. Ia meyakini bahwa Allah lah yang memberikan kehidupan dan yang mengurus kehidupannya.   Maka dengan kemandirian dan usaha maksimal, ia terus meraih hidup yang bermakna, menghargai hak hidup orang lain, membantu sesama dalam memenuhi hak hidup


5. Al- Qayyum (Yang Maha Berdiri Sendiri)
Al-Qayyum artinya Yang Maha Berdiri Sendiri.  Allah al-Qoyyum adalah Dzat  yang maha mengelola dan tidak pernah   alpa.   Al-Qoyyum   bersifat   hiperbolis,   memiliki makna  ”memelihara”,  mengaktualisasikan”,  ”mengatur”,”mendidik”, ”mengawasi”, dan ”menguasai sesuatu”. Pengelolaan terhadap semesta ini dilakukan Allah secara sendirian, tanpa bantuan atau pertolongan siapapun, baik pertolongan para malaikat, para penyangga ’Arsy dan seluruh penghuni langit dan bumi .

Asy-Syaikh al-Harras  menjelaskan bahwa al-Qayyum memiliki dua makna:
Pertama,  Dia yang berdiri sendiri dan tidak membutuhkan seluruh makhluk, sehingga tidak butuh sesuatu pun, baik dalam hal adanya maupun dalam hal eksistensi- Nya.
Kedua,   Dialah yang selalu mengatur makhluk-Nya. Dia selalu mengatur dan memperhatikan urusan makhluk-makhluk-Nya, tidak mungkin Dia luput sesaatpun dari mengawasi mereka, kalau tidak demikian maka akan kacau aturan alam dan akan hancur tonggak-tonggaknya.
 
”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” (QS. al-Baqarah[2]: 255)
Setelah memahami dan menghayati asma Allah al- Qayyum, hendaknya kita menyadari bahwa, Allah Yang Maha Berdiri  sendiri  telah  menunjukkan  kekuasaan  serta keagungan-Nya. Maka seyogyanya kita mampu memaknainya dan meneladaninya dengan berusaha untuk menjadi pribadi yang mandiri, menghargai jerih payah, kerja keras, serta kesungguhan orang lain dalam melakukan suatu kebaikan.


6.  Al- Akhir (Yang Maha Akhir)

Al-Akhir artinya Yang Maha Akhir, yang tidak ada sesuatu pun setelah Allah Swt.    Allah al-Akhir menunjukkan     bahwa     Allah     adalah     Dzat     yang
”mengakhiri” segalanya.   Allah lah Tuhan, tiada Tuhan setelah-Nya.      Allah   lah   sang   Pencipta,   tiada   Sang Pencipta setelah-Nya.   Allah lah penentu kehidupan manusia, tiada Penentu selain-Nya.

”Dialah  yang  Awal  dan  yang  akhir  yang  Zhahir  dan  yang  Bathin  dan  Dia  Maha mengetahui segala sesuatu” (QS. al-Hadid [57] :3)
Sebagai Dzat Yang Maha Akhir, Allah Swt. akan tetap abadi dan kekal. Keabadian dan kekekalan Allah Swt. menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya tempat bergantung atas segala urusannya, baik urusan dunia maupun urusan yang akan kita bawa sampai ke akhirat kelak.  Sungguh sangat merugi orang-orang yang menggantungkan hidupnya pada selain Allah,  karena sesungguhnya setiap yang ada di langit dan bumi ini akan hancur. Akan tetapi jika kita bersandar penuh pada sang Maha Kekal, pastinya kita tidak akan hancur dan terjerumus dalam kesesatan. Orang yang mengesakan al-Akhir akan menjadikan Allah Swt. sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selain- Nya, tidak ada permintaan selain-Nya, dan segala kesudahan hanya tertuju kepada-Nya.
Setelah memahami dan meyakini bahwa Allah adalah al-Akhir, kita menyadari bahwa tujuan akhir kita adalah kembali  kepada Allah Swt. maka sejatinya tidak menunda-nunda dalam berbuat kebaikan.  Justru, kita harus berusaha menyegerakan dan memperbanyak amal saleh sebagai persiapan dalam menghadapi kehidupan yang abadi di akhirat kelak.
 
7.   Al- Mujib (Yang Maha Mengabulkan Doa)
Al-Mujib artinya Yang Maha Mengabulkan Doa.   Al- Mujib adalah nama Allah yang dengan sifat ini Dia mengabulkan atau memperkenankan semua permintaan atau permohonan hamba-Nya.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, ”Dialah al-Mujib.
Dia   mengatakan.   ’Siapa   yang   berdoa,’   Akulah   yang
menjawab setiap orang yang memanggil-Ku.’ Dialah yang mengabulkan doa orang yang terhimpit ketika memohon kepada-Nya, dalam keadaan tersembunyi atau terang- terangan.”
Menurut Imam al-Ghazali, al-Mujib yaitu yang menyambut permintaan para peminta dengan memberinya, menyambut doa yang berdoa dengan mengabulkannya, memberi sebelum dimintai dan melimpahkan anugerah sebelum dimohonkan.  Hal ini hanya bisa dilakukan  oleh  Allah  karena  Dia  lah  yang  mengetahui  kebutuhan  dan  hajat  setiap makhluk.  Itu sebabnya Allah menyuruh kita berdoa kepada-Nya :

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.

Seorang hamba yang meneladani asma Allah al-Mujib, akan selalu memenuhi seruan- seruan Allah dan rasul-Nya.  Ia juga tak pernah bosan memohon kepada Allah.  Iya sadar bahwa doa merupakan ibadah.  Doa merupakan titik temu terdekat antara hamba dengan Rabbnya.   Doa adalah senjata, benteng, obat dan pintu segala kebaikan. Ia juga akan selalu berusaha untuk memenuhi permintaan orang lain, selama dalam batas kemampuannya dan tidak bertentangan dengan syari’at, baik materi ataupun non materi. Rasulullah Saw. Pun menunjukkan bahwa beliau tidak pernah menolak permohonan yang ditujukan kepadanya

8.  Al- Awwal (Yang Pertama)
Al-Awwal artinya Yang Pertama.  Allah al-Awwal adalah Dia lah Yang Pertama.  Namun Dia juga Yang Terakhir.  Hal ini sebagaiman ditegaskan dalam al- Qur’an :

”Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (QS. al- Hadid [57] :3)
 
Imam Ali bin Abi Thalib melukiskan sifat Allah al-Awwal yaitu”Dia yang awal yang bagi-Nya tiada’sebelum’, sehingga mustahil ada sesuatu sebelum-Nya”. Allah al-Awwal berarti Allah yang mengawali semuanya.  Keberadaan alam ini beserta isinya diawali oleh keberadan-Nya.    Sebagai  yang  awal,  tentu  tidak  ada  yang  mengawali-Nya.  Itulah sebabnya Dia disebut al-Awwal. Hal ini menuntut seorang hamba agar memperhatikan keutamaan Rabbnya dalam   setiap nikmat, baik berupa nikmat agama ataupun dunia, dimana sebab musababnya berasal dari Allah.  Hamba yang meneladani asma Allah al- Awwal, akan selalu menjadi manusia yang the best of the best dan yang pertama dalam melaksnakan amar makruf nahi munkar. Semua itu ia lakukan demi mendapatkan akhir yang husnul khatimah

Selasa, 12 Januari 2021

PERKEMBAANGAN ISLAM MASA KHULAFAURRASYIDIN (SKI Kelas 10 Sem. Genap ) Bagian 1

Rasulullah Saw diutus ke dunia ini mempunyai dua tugas yang harus dilaksanakan yaitu: pertama, menyampakan risalah Allah Swt, yang dengannya beliau dipilih untuk menyampaikan  kepada  umat  manusia.  Dalam  hal  ini  beliau  seolah  dipandang  sebagai legislator syariat yang diberi mandat oleh Allah Swt. Kedua, menjadi imam kaum muslimin yang menyatukan mereka, mengajak dan mengarahkan mereka kepada kebaikan dan menjauhkan  dari  keburukan,  serta  menjadi  hakim  pemutus  barbagai  persoalan  diantara mereka   berdasarkan   hukum   yang   diwahyukan   kepadanya,   kemudian   beliau   menjadi pelaksana dari hukum-hukum tersebut. Dengan wafatnya beliau, maka tugas pertama telah usai, dan menjadi tanggung jawab para sahabatnya untuk meneruskan tugas yang kedua,menjadi imam kaum muslimin.

A.   Khalifah Abu Bakar ash-Shidiq

1. Mengenal Abu Bakar as-Shidiq
Abu Bakar dilahirkan dua tahun setelah Tahun Gajah yang bertepatan dengan tahun kelahiran Rasulullah Saw. nama asli Abu Bakar adalah Abdullah, dan diberi julukan Abu Bakar (Bakr adalah nama unta yang masih muda). Nama lengkapnya adalah Abu Bakar bin Abu Quhafah bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib bin Fihr.

Pada masa jahiliyah Abu Bakar adalah teman akrab Rasulullah Saw yang selalu bersama-sama mencari Tuhan dan tetap konsisten dengan akhlak mulia. Abu Bakar sering menemani Rasulullah Saw dalam perjalanan dagang ke Negeri Syam, demikian juga ketika seorang pendeta  yang menyampaikan tanda-tanda kenabian kepada Abu Thalib dalam sebuah perjalanan dagang ke Negeri Syam, Abu Bakar turut serta dalam rombongan tersebut.
Saat dewasa, Abu Bakar menjadi penduduk Quraisy yang sangat banyak pengetahuannya,  khususnya  tentang sejarah  dan  peninggalan  masa  lalu.  Dia  pun
menjadi saudagar yang kaya raya, berakhlak mulia, dan selalu menepati janji.  Sejak memasuki  usia  baligh  beliau tidak  pernah  menyembah  berhala, Abu  Bakar  sangat menyadari betapa batil dan semrawutnya kehidupan beragama di Makkah kala itu.

Dalam  jiwanya  terdapat  keberanian  bagai  singa  yang  dapat  menggoncang orang yang berusaha menggoyangkan keiamanannya. Ketika Rasulullah Saw dimuliakan dengan kerasulannya, Abu Bakar menjadi Assabiqunal Awwalun tanpa keragu-raguan sedikitpun dalam hatinya, sampai-sampai Rasulullah Saw berkata “Tidaklah aku mengajak seseorang memeluk Islam melainkan dirinya dihinggapi keragu-raguan, berbeda halnya dengan Abu Bakar”.
Ketika Rasulullah Saw diisrakan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa, orang-orang mempertanyakan kebenaran peristiwa itu, bahkan banyak diantara mereka yang mendustakan Muhammad, tapi tidak demikian dengan Abu Bakar, beliaulah orang yang pertama mempercayai peristiwa itu dan mengimaninya hingga beliau diberi gelar Ash-Shidiq.
Dalam peristiwa hijrah ke Madinah, Abu Bakar mendapat kehormatan menemani Rasulullah Saw dan menjadi salah seorang yang berada dalam gua. Dalam sejarah  peperangan  membela  Islam,  Abu  Bakar  selalu  ikut  serta,  tidak  ada  satu pertempuranpun yang tidak diikutinya. Abu Bakar menjadi pemegang ar-rayah dalam perang Tabuk. Abu Bakar diperintahkan oleh Rasulullah Saw untuk memimpin rombongan haji pada tahun kesembilan hijriyah. Ketika Rasulullah Saw sakit, Abu Bakar diperintahkan oleh beliau menggantikannya menjadi imam sholat

2. Pengangkatan Abu Bakar as-Shiddiq

Tatkala tersiar kabar tentang meninggalnya Rasulullah Saw, kaum muslimin diliputi kebimbangan tentang siapa pengganti pemimpin mereka. Banyak diantara mereka yang tidak mempercayai berita tersebut dan menganggap bahwa Rasulullah Saw belum meninggal. Dalam keadaan seperti ini Abu Bakar berseru kepada seluruh kaum muslimin dengan pidatonya: “Wahai sekalian manusia, barangsiapa yang menyembah kepada Muhammad, maka Muhammad telah meninggal dunia. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tidak pernah akan mati selamanya”
Abu Bakar kemudian membaca kan firman Allah Q.S. Ali Imran ayat 144:
“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran 3: 144)
Demi  mendengar  pidato  Abu  Bakar  tersebut,  kaum    muslimin  menyadari bahwa  Rasulullah  Saw benar  telah meninggalkan  mereka,  dan  jika  bukan  karena kebesaran jiwa Abu Bakar, mungkin kaum muslimin tidak bisa menerima kenyataan tersebut.
Kebimbangan selanjutnya adalah tentang siapakah sosok yang dapat menggantikan kepemimpinan Rasulullah Saw. Saat itu, kaum Anshar terbagi menjadi dua golongan besar, Aus dan Khazraj. Mereka berkumpul di Saqifah Bani Saidah (sebuah Balai Irung atau tempat pertemuan) bermaksud memilih pengganti Rasulullah Saw dari kalangan mereka dengan menunjuk Saad bin Ubadah. Kaum Anshar merasa berhak atas jabatan itu karena merekalah yang menolong kaum muslimin ketika hijrah ke Madinah.
Pertemuan di Saqifah Bani Saidah tersebut didengar oleh kaum Muhajirin. Maka Abu Bakar, Umar diikuti sahabat yang lainnya menuju Saqifah Bani Saidah.
 
Muhajirin  dan  Anshar  merasa  berhak  atas  kepemimpinan  itu,  maka  Abu  Bakar berkata: “Baik kami dari golongan Muhajirin maupun kalian golongan Ansor merupakan saudara satu agama yang senantiasa menyeru kepada kebaikan melawan kebatilan. Jika kalian menyebutkan tentang kebaikan-kebaikan yang telah kalian lakukan, memang begitulah kenyataannya
Saat itu Abu Bakar bermaksud mempersilahkan kepada kaum Muhajirin dan Anshar  untuk  memilih  diantara  Umar  bin  Khathab  dan  Abu  Ubadah  menjadi pemimpin mereka, namun Umar bin Khathab berkata “Bukalah tanganmu Wahai Abu Bakar, bukankah Rasulullah Saw telah menyuruhmu menjadi imam sholat bagi kaum muslimin? Jika Rasulullah Saw sudah percaya kepadamu mengenai soal agama, maka kami akan mempercayai engkau untuk urusan keduniaan, kami serahkan urusan kepemimpinan ini kepada engkau, engkaulah orang kedua yang berada dalam gua waktu itu, dan engkaulah orang yang paling dicintai Rasulullah Saw daripada kami.
Kemudian Umar membai’at Abu Bakar diikuti kaum muslimin. Dengan demikian, selesai dan sempurnalah pemba’iatan Abu Bakar, karena mayoritas kaum muslimin membai’atnya, dimana para sahabat terkemuka saat itu berada di Madinah, kecuali Ali bin Abi Thalib yang sedang mengurus jenazah Rasulullah Saw.
Masa kepemimpin Abu Bakar yang sangat singkat yaitu 2 tahun 3 bulan 10 hari digunakan untuk menata kembali aqidah kaum muslim setelah tergoncang dengan kepergian Rasulullah Saw. Abu Bakar wafat pada 21 Jumadil Akhir tahun 13 H/ 22
Agustus 634 M. setelah menderita sakit selama kurang lebih 15 hari lamanya. kemudian beliau dimakamkan di kamar Aisyah, disamping makam Rasulullah Saw.

3. Substansi dan Strategi Dakwah Abu Bakar as-Shiddiq

Masa kepemimpinan Abu Bakar yang singkat banyak dihabiskan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul akibat wafatnya Rasulullah Saw. Berbagai hal yang dilakukan Abu Bakar dalam kepemimpinannya tidak lain adalah ingin mewujudkan stabilitas dan membangun kembali masyarakat Muslim yang bersatu. Beberapa strategi dilakukan Abu Bakar antara lain:

a.    Peristiwa Riddah

Meninggalnya  Rasulullah  Saw banyak  menimbulkan  gejolak  dikalangan umat Islam, salah satunya adalah kaum murtad. Mereka menyatakan keluar dari Islam, ada juga yang masih beriman dan menjalankan sholat tetapi tidak mau menunaikan  zakat  karena  beranggapan  bahwa  meninggalnya  Rasulullah  Saw berarti menggugurkan kewajiban mereka untuk menunaikan zakat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar.
Karena sikap keras kepala dan penentangan  yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut perang Riddah (perang melawan keumurtadan. Khalid bin Walid adalah jendral yang banyak berjasa dalam perang Riddah ini.
Masa pemerintahan Abu Bakar hampir sama dengan pada masa Rasulullah Saw, bersifat sentral, kekuasaan legislative, ekskutif, dan yudikatif terpusat ditangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti halnya Rasulullah Saw, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabatnya untuk bermusyawarah.

b.   Kodifikasi al-Qur’an

Munculnya perang Riddah menimbulkan banyak korban termasuk para penghafal al-Qur’an. Kenyataan ini sangat menghawatirkan dan merugikan. Oleh karena itu Umar bin Khathab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur’an menjadi satu buku. Khalifah    kemudian    menunjuk    Zaid    bin    Sabit    untuk    memimpin pengumpulan  ayat-ayat Al Quran. Zaid  bin  Sabit  ditunjuk  karena  ia adalah sosok  pemuda yang cerdas dan berpengalaman  mencatat ayat-ayat  al- Qur’an. Proses kodifikasi ini berlangsung hingga masa pemerintahan khalifah ketiga Usman bin Affan.

c.    Perluasan Wilayah

Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, Abu Bakar berkonsentrasi merealisasikan cita-cita Rasulullah Saw mengirimkan ekspedisi ke perbatasan Syiria dibawah pimpinan Usamah. Selain itu Abu Bakar menugaskan empat orang panglima yang berkonsentrasi mempersiapkan ekspedisi militer ke Syam. Beliau mengirimkan lima devisi pasukan dengan tugas sebagai berikut:
1. Abu Ubaidah Ibn Jarrah, sahabat yang dijuluki amin hadzihi al-ummah (orang terpercaya dari umat Islam) dikirimkan ke Himsh dan Humah
2. Yazid bin Abu Sufyan dikirim ke Damaskus

3. Syurahbil ibn Hasanah dikirim ke Yordania

4. Amr bin Ash dikirim ke Palestina

5. Ikrimah  ibn  Abu  Jahal,  pasukannya  ditugaskan  untuk  selalu  siap  siaga menyokong keempat devisi diatas bila membutuhkan bantuan.
 
B.   Khalifah Umar bin Khathab

1. Mengenal Umar bin Khathab

Umar bin Khathab lahir 13 tahun setelah kelahiran Rasulullah Saw. Nama lengkapnya Umar bin Khathab bin Nufail bin Adi bin Kaab bin Luay. Umar menghabiskan separuh dari perjalanan hidupnya pada masa jahiliyah. Ia tumbuh pada masa itu, sebagaimana anak-anak Quraisy lainnya. Ia mengungguli anak-anak Quraisy lainnya karena ia termasuk orang yang mau belajar dan pandai baca tulis. Sejak kecil ia tumbuh dan berkembang dalam kehidupan yang keras.
Sebelum masuk Islam Umar sudah terbiasa menyelesaikan berbagai sengketa yang terjadi di kalangan bangsa Arab. Umar terkenal sebagai orang yang bijaksana, bicaranya fasih, penyantun, argumentasinya kokoh dan gigih mempertahankan segala sesuatu yang sudah menjadi tradisi suku Quraisy berupa ritual peribadatan dan sistem sosial.

Beliau dididik menjadi sosok yang yang memiliki kemuliaan dan keberanian, tidak segan menyatakan kebenaran tanpa tedeng aling-aling. Ketika Rasulullah Saw diangkat  menjadi  Nabi,  Umar  berusia  27  tahun.  Pada  awalnya  dia  tidak  mau menerima kebenaran Risalah ini, hingga ia memusuhi Islam sampai banyak kaum muslim menderita akibat ulahnya.
Ketika  terjadi  peristiwa  hijrah  ke  Habasyah,  Umar  melihat  kaum  muslim sangat memegang teguh keyakinannya, dan begitu siap menanggung beban penderitaaan karenanya, bahkan kalaupun harus berpisah dengan tanah kelahirannya. Semua itu mendorong dirinya untuk membuka hati mendengar seruan dakwah Islam.
Terdapat banyak pendapat tentang bagaimana Umar bin Khathab masuk Islam, semua itu tidak lepas dari doa Rasulullah Saw. “Ya Allah, mulaikanlah Islam dengan orang yang paling Engkau cintai dari kedua orang ini, dengan Abu Jahl bin Hisyam atau dengan Umar bin al-Khathab” (HR.at-Tirmidzi). Doa Rasulullah Saw inilah yang menjadi faktor utama Umar masuk Islam.
Keislaman   Umar   bin   Khathab   membuat   Islam   semakin   kuat,   dakwah Rasulullah Saw yang semula dilakukan dengan sembunyi-sembunyi lambat laun dilakukan dengan terang-terangan. Rasulullah Saw melihat telah tiba saatnya untuk berdakwah secara terang-terangan.
Dakwah Islam telah kuat dan dapat membela dirinya sendiri. Beliau keluar dari Darul Arqam bersama kaum muslimin dengan membentuk dua barisan. Satu
 
barisan dipimpin oleh Umar bin Khathab dan satu barisan lagi dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muthalib
Tatkala orang-orang Quraisy melihat Umar dan Hamzah memimpin barisan kaum muslimin, mereka terlihat sangat bersedih dan terpukul, kesedihan yang belum pernah dialami oleh  kaum kafir Quraisy, saat itulah Rasulullah memberikan gelar Al- Faruq (pembeda antara yang haq dan yang bathil).
Ketika ada perintah hijrah ke Yasrib, kaum muslim melakukan perjalanan secara diam-diam karena takut mendapat serangan, Umar bin Khathab menyatakan dengan terang-terangan bahwa dia akan berhijrah, seraya berkata “barangsiapa yang menginginkan ibunya kehilangan anaknya, temuilah aku dibalik lembah ini”. Umar pun berangkat hijrah tanpa ada yang membuntuti. Umar pun tiba di Madinah dan menjadi pembantu setia Rasulullah Saw.
2. Pengangkatan Umar bin Khathab

Ketika Abu Bakar menderita sakit dan merasa sakitnya semakin parah, beliau mengumpulkan beberapa orang pemuka sahabat. Di hadapan mereka Abu Bakar mengatakan, “kalian telah melihat keadaanku seperti ini, aku kira sakit yang aku derita kali ini akan mengantarkanku kepada ajalku. Karenaanya, hendaklah kalian memilih orang-orang yang paling kalian cintai untuk menjadi pemimpin kalian. Bila kalian memilihnya selagi aku masih hidup, maka yang demikian itu lebih baik agar kalian tidak berselisih sepeninggalku”.
Inilah yang disebut sebagai wilayatul ‘ahdi. Manusia senantiasa merasa bahwa diri mereka mampu menjadi khalifah dan lebih berhak untuk itu, karena itu, jika orang-orang  dibiarkan  begitu  saja  tanpa  ada  pesan  atau  wasiat  pengangkatan seseorang menjadi khalifah, maka kesatuan dan persatuan yang telah terwujud bisa terancam berserakan.
Para sahabat bermusyawarah, namun tidak ada satu orang sahabatpun yang bersedia dipilih dan pada akhirnya mengembalikan sepenuhnya kepada Abu Bakar. Dalam hal ini kemudian Abu Bakar memanggil sahabatnya, Abdurrahman bin Auf dan  Usman  bin  Affan  serta  beberapa  sahabat  yang  lain  untuk  dimintai  pendapat tentang sosok Umar bin Khathab. Merekapun sependapat bahwa Umar bin Khathab adalah orang yang tepat untuk menjadi khalifah selanjutnya.
Ketika pendapat sudah bulat, Abu Bakar memanggil Usman bin Affan dan mendiktekkan  wasiat  kepadanya:  “BismilLahirrahmanirrahim.  Inilah  pesan  Abu Bakar bin Abu Quhafah kepada kaum muslim. Amma Ba’du; sesungguhnya aku telah
 
menunjuk Umar bin Khathab sebagai penggantiku yang akan memimpin kalian. Maka hendaklah kalian mendengar dan mematuhi dia. Hendaklah kalian berbuat kebajikan. Bila dia berlaku adil, maka itulah dugaan dan batas pengetahuanku mengenai dia. Bila dia bertindak aniaya, maka setiap orang akan memperoleh balasan dari dosa yang telah diperbuatnya. Aku hanya menghendaki kebaikan dan aku tidak mengetahui perkara yang ghaib”.

Sesungguhnya aku telah menunjuk Umar bin Khathab untuk memimpin kalian, maka dengar dan taatilah, kaum muslimin menjawab, “Kami mendengar dan kami Taat”.
Umar mulai memegang tampuk ke-Khalifahan pada hari selasa 22 Jumadil Tsani tahun 13 H, bertepatan dengan 13 Agustus tahun 634 M. Umar  bin Khaathab wafat 3 Dzulhijjah tahun 23 H, dengan masa kepemimpinan 10 tahun 6 bulan 10 hari.

3. Substansi dan Strategi Dakwah Umar bin Khathab

Pada masa pemerintahan Umar bin Khathab gelombang ekspansi semakin meningkat. Setelah Damaskus berhasil dikuasai, setahun kemudian Syiria jatuh dalam kekuasaan Islam. Dengan menggunakan  Syiria sebagai basis pertahanan, ekspansi
berhasil diteruskan hingga ke Mesir dibawah pimpinan Amr bin Ash dan ke Iraq dibawah pimpinan Saad bUin AJbIi WPaqUashB. DLengIaKn demikian pada masa kepemimpinan
Umar bin Khathab wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia,Palestina, Syiria,sebagian besar wilayah Persia dan Mesir. Selain perluasan wilayah, Umar bin Khathab melakukan beberapa strategi kepemimpinannya dengan beberapa hal berikut: 
a.   Mengatur Administrasi Negara
Dengan  mencontoh administrasi  yang  sudah  berkembang di  Persia,  Umar  bin Khathab mengatur pemerintahan menjadi delapan propinsi; Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir
 
b.  Mengeluarkan Undang-undang

Pada masa Umar mulai ditertibkannya undang-undang dengan mengadakan kebijakan peraturan perundangan mengenai ketertiban pasar, ukuran dalam jual beli dan mengatur kebersihan jalan pasar.

c.   Membentuk Departeman

Beberapa departemen yang didirikan untuk menyokong roda pemerintahan adalah; jawatan kepolisian yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban, penertiban system pembayaran gaji dan pajak tanah, mendirikan pengadilan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan eksekutif, departemen pekerjaan umum dan mendirikan Baitul Mal yang pada masa Umar mulai diterbitkannya mata uang dan juga ditetapkannya tahun hijriyah dengan perhitungan hijrah Rasulullah Saw
ke Yasrib sebagai tahun pertama Hijriyah.

Peran Umat Islam dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia (SKI Kelas 12 ---Sem. Genap). Bagian 1

Perjuangan umat Islam pada masa penjajahan 

a. Pangeran Diponegoro (w.1855 M)

Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga di Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta  dengan  nama  Mustahar  dari  seorang  ibu bernama R.A. Mangkarawati, yang merupakan keturunan Kyai  Agung  Prampelan,  ulama  yang  sangat  disegani  di masa Panembahan Senapati mendirikan kerajaan Mataram.

Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara Raden Mas Antawirya.  Sejak kecil beliau dididik oleh neneknya, Kanjeng Ratu Ageng di Tegalrejo, terkenal sebagai orang yang amat saleh. Beliau selalu berusaha memperdalam soal agama. Untuk memperkuat imannya, beliau sering mengasingkan diri di tempat-tempat yang jauh, bertapa dan mengembara, sehingga dengan sendirinya banyak orang tertarik oleh kepribadiannya. Sebagai orang yang sangat saleh, beliau tidak mementingkan keduniawian, dan selalu mengingat kepentingan umum. Terdesak oleh keadaan maka beliau bertindak untuk mempertahankan kedudukan para bangsawan dan membela nasib rakyat kecil.

Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya, permaisuri dari Sultan Hamengkubuwana I,  Gusti  Kangjeng Ratu Tegalrejo, daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak kepemimpinan Sultan Hamengkubuwana V (1822). Ketika itu, Diponegoro menjadi salah satu anggota perwalian yang mendampingi Hamengkubuwana V yang baru berusia 3 tahun, sedangkan pemerintahan sehari-hari dipegang oleh Patih Danureja di bawah pengawasan residen. Pangeran Diponegoro yang menyadari maksud dan tujuan siasat Belanda itu menganggap bahwa kedudukannya sebagai wali Sultan bertentangan dengan aturan-aturan agama sehingga ia menolak pengangkatan tersebut Residen Belanda. Cara perwalian seperti itu tidak disetujuinya.

Perang Diponegoro (1825-1830) berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, ia memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan   sangat   mengeksploitasi   rakyat   dengan   pembebanan   pajak.   Sikap Diponegoro  yang menentang Belanda  secara terbuka,  mendapat  simpati  dan dukungan rakyat. Atas saran GPH Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah gua yang bernama Gua Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu.  Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Gua Selarong. Kyai Mojo dikenal sebagai ulama besar yang sebenarnya masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Diponegoro. Ibu Kyai Mojo, R.A. Mursilah, adalah saudara perempuan dari Sultan Hamengkubuwana III.

Dalam pertempuran-pertempuran dari tahun 1825 sampai 1826 kemenangan ada di pihak Diponegoro. Hal ini disebabkan (1) semangat perang pasukan Diponegoro masih tinggi, (2) siasat gerilya yang dilakukan Diponegoro belum tertandingi, dan (3) sebagian pasukan Belanda masih berada di Sumatera Barat dalam rangka Perang Padri.  Karena itu tawaran Belanda untuk melakukan perdamaian selalu ditolak oleh Diponegoro.

Melihat semakin kuatnya Diponegoro dan semakin meluasnya medan pertempuran, maka Belanda menilai bahwa perlawanan Diponegoro sangat membahayakan kedudukan Belanda di Indonesia. Itulah sebabnya Belanda lalu menggelar berbagai siasat untuk menumpas atau menghentikan perlawanan Diponegoro itu. Pada tahun 1829 Pangeran Mangkubumi dan Alibasya Sentot Prawirodirjo mengambil keputusan menyerahkan diri sebelum dikalahkan. Sampai tahun 1829 tersebut kira-kira 200 ribu pasukan Diponegoro telah gugur. Oleh karena kondisinya yang semakin terdesak dan melihat kedudukannya yang sudah tidak ada harapan lagi, maka Diponegoro bersedia untuk melakukan perundingan.

Dengan berbagai alasan tersebut, Pangeran Diponegoro ditangkap di tempat  perundingan  tersebut.  Diponegoro  kemudian  dibawa ke  Menado dan pada tahun 1834 dipindahkan ke Makasar dan di sana beliau wafat pada tanggal 8  Januari  1855.  Makam  beliau  hingga  kini  menjadi  tempat  ziarah  bangsa Indonesia.

Sebagai penghargaan atas jasa Diponegoro dalam melawan penjajahan. Di beberapa kota besar Indonesia terdapat Jalan Pangeran Diponegoro. Kota Semarang sendiri juga memberikan apresiasi agar nama Pangeran Diponegoro akan senantiasa hidup. Nama-nama tempat yang menggunakan namanya antara lain Stadion Diponegoro, Jalan Pangeran Diponegoro, Universitas Diponegoro (Undip), maupun Kodam IV/Diponegoro.

Pemerintah Republik Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno pada tanggal 8 Januari 1955 pernah menyelenggarakan Haul Nasional memperingati 100 tahun wafatnya Pangeran Diponegoro, sedangkan pengakuan sebagai  Pahlawan  Nasional  diperoleh  Pangeran  Diponegoro  pada  tanggal  6 November 1973 melalui Keppres No.87/TK/1973

b. Teuku Umar (w.1899 M)

Salah   satu   pahlawan   dari   Aceh   yang   dengan   gigih melawan Belanda adalah Teuku Umar. Teuku Umar yang dilahirkan di Meulaboh Aceh Barat pada tahun 1854, adalah anak seorang Uleebalang bernama Teuku Achmad

Mahmud dari perkawinan dengan adik perempuan Raja MUeuJlaIboPh. UUBmarLImKempunyai    dua    orang    saudara perempuan dan tiga saudara laki-laki. Nenek moyang Umar adalah Datuk Makhudum Sati berasal dari Minangkabau. Dia merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta yang merupakan perwakilan Kesultanan Aceh pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda di Pariaman.

Ketika perang Aceh meletus pada 1873 Teuku Umar ikut serta berjuang bersama pejuang-pejuang Aceh lainnya, umurnya baru menginjak 19 tahun. Mulanya ia berjuang di kampungnya sendiri, kemudian dilanjutkan ke Aceh Barat. Pada umur yang masih muda ini, Teuku Umar sudah diangkat sebagai keuchik gampong (kepala desa) di daerah Daya Meulaboh. Pada usia 20 tahun, Teuku Umar menikah dengan Nyak Sofiah, anak Uleebalang Glumpang. Untuk meningkatkan  derajat  dirinya,  Teuku  Umar  kemudian  menikah  lagi  dengan Nyak  Malighai,  puteri  dari  Panglima  Sagi  XXV  Mukim.  Pada  tahun  1880, Teuku Umar menikahi janda Cut Nyak Dhien, puteri pamannya Teuku Nanta Setia. Suami Cut Nya Dien, yaitu Teuku Ibrahim Lamnga meninggal dunia pada Juni 1878 dalam peperangan melawan Belanda di Gle Tarun. Keduanya kemudian berjuang bersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda.

Teuku Umar kemudian mencari strategi untuk mendapatkan senjata dari pihak Belanda. Akhirnya, Teuku Umar berpura-pura menjadi antek Belanda. Belanda berdamai dengan pasukan Teuku Umar pada tahun 1883. Gubernur Van Teijn pada saat itu juga bermaksud memanfaatkan Teuku Umar sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh. Teuku Umar kemudian masuk dinas militer. aktik tersebut berhasil, sebagai kompensasi atas keberhasilannya itu, pemintaan Teuku Umar untuk menambah 17 orang panglima dan 120 orang prajurit, termasuk seorang Pang Laot (panglima Laut).

Tahun 1884 Kapal Inggris "Nicero" terdampar. Kapten dan awak kapalnya disandera oleh raja Teunom. Teuku Umar ditugaskan untuk membebaskan kapal tersebut. Teuku Umar menyatakan bahwa merebut kembali Kapal "Nicero" dengan syarat diberi logistik dan senjata yang banyak sehingga dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Teuku Umar berangkat dengan kapal "Bengkulen" ke Aceh Barat membawa 32 orang tentara Belanda dan beberapa panglimanya. Tidak lama, Belanda dikejutkan berita yang menyatakan bahwa semua tentara Belanda yang ikut, dibunuh di tengah laut. Seluruh senjata dan perlengkapan perang lainnya dirampas. Sejak itu Teuku Umar kembali memihak

 pejuang Aceh untuk melawan Belanda . Pada tanggal 10 Pebruari 1899 M, di Keudee Lhok Bubon, Teuku Umar bersama pasukannya mengatur rencana penyerangan terhadap Belanda yang berada di Tangsi Meulaboh. Namun rencana ini terdengar oleh Belanda, Jendral Van Heutzs memerintahkan Letnan Ver Brugh untuk memimpin pasukannya berpatroli ke arah Barat dengan menyusuri pantai serta melakukan penjagaan di Suak   Ujong   Kalak.   Teuku   Umar   bergerak   menyusuri   pantai   bersama pasukannya dari Lhok Bubon menuju Meulaboh pada malam hari tanggal 11Pebruari 1899 M, Pasukan Belanda yang telah lebih dahulu bersiaga di seberang Suak Ujong Kalak melepaskan tembakan. Pasukan Teuku Umar terkepung, Peluru Belanda bersarang di dada kirinya dan usus besar, beliau gugur sebagai Syuhada’. bersaudara    dari    ayah    bernama    R.M.Tjokroamiseno,  salah  seorang  pejabat  pemerintahan  pada  saat  itu.  Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai bupati Ponorogo. Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai beberapa murid yang selanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia,  yaitu Musso yang sosialis/komunis, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis. Namun ketiga muridnya itu saling berselisih.

Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan organisasi Sarekat Islam. Sebagai pimpinan Sarikat Islam, HOS dikenal dengan kebijakan- kebijakannya    yang    tegas    namun    bersahaja.    Kemampuannya    berdagang menjadikannya seorang UgurJu IyanPg UdiseBganLi kIarKena mengetahui tatakrama dengan budaya yang beragam. Pergerakan SI yang pada awalnya sebagai bentuk protes atas para pedagang asing yang tergabung sebagai Sarekat Dagang Islam yang oleh HOS dianggap sebagai organisasi yang terlalu mementingkan perdagangan tanpa mengambil daya tawar pada bidang politik. Dan pada akhirnya tahun 1912 SDI berubah menjadi Sarekat Islam, SI digiring menjadi partai politik setelah mendapatkan status Badan Hukum pada10 September 1912 oleh pemerintah yang saat itu dikontrol oleh Gubernur Jenderal Idenburg. SI kemudian berkembang menjadi parpol dengan keanggotaan yang tidak terbatas pada pedagang dan rakyat Jawa-Madura saja. Kesuksesan SI ini menjadikannya salah satu pelopor partai Islam yang sukses saat itu.

Perpecahan SI menjadi dua kubu karena masuknya infiltrasi komunisme memaksa HOS Cokroaminoto untuk bertindak lebih hati-hati kala itu. Ia bersama rekan-rekannya  yang masih  percaya  bersatu  dalam  kubu  SI putih  berlawanan dengan Semaun yang berhasil membujuk tokoh-tokoh pemuda saat itu seperti Alimin, Tan Malaka, dan Darsono dalam kubu SI Merah. Namun bagaimanapun, kewibawaan HOS Cokroaminoto justru dibutuhkan sebagai penengah di antara kedua  pecahan  SI tersebut, mengingat  ia  masih  dianggap  guru  oleh  Semaun. Akhirnya Semaun dan Darsono dikeluarkan dari SI.

Pada tahun 1929, SI diusung sebagai Partai Sarikat Islam Indonesia hingga menjadi peserta pemilu pertama pada 1955. HOS Cokroaminoto hingga saat ini akhirnya dikenal sebagai salah satu pahlawan pergerakan nasional yang berbasiskan perdagangan, agama, dan politik nasionalis. Kata- kata mutiaranya seperti “ Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat ” akhirnya menjadi embrio pergerakan para tokoh pergerakan nasional yang patriotik, dan ia menjadi salah satu tokoh yang berhasil membuktikan besarnya kekuatan politik dan perdagangan Indonesia. H.O.S. Cokroaminoto meninggal di Yogyakarta pada 17 Desember 1934 pada usia 52 tahun.

b. Kiai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (w.1923 M)

Lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 dan meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun) adalah   seorang   Pahlawan   Nasional   Indonesia.   Dia adalah   putra   keempat   dari   tujuh   bersaudara   dari KH  Abu  Bakar  adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar

 Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.

Nama kecil K.H. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Dia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Dia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, kiai Ilyas, kiai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, K.H. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).

Pada umur 15 tahun, dia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan  Ibnu  Taimiyah.  Ketika  pulang  kembali  ke  kampungnya  tahun  1888,  ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, dia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta. Pada  tahun  1912,  Ahmad  Dahlan  pun  mendirikan  organisasi Muhammadiyah untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam. Dia ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan al-Qur'an dan al-Hadits. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal 18 November 1912. Dan sejak awal Ahmad Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.

Pada tanggal 20 Desember 1912, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti Srandakan, Wonosari, Imogiri dan lain-Iain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Ujung Pandang, Ahmadiyah di Garut. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan Sidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam.

Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, di samping juga melalui relasi - relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah   di   seluruh   Indonesia.   Permohonan   ini   dikabulkan   oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.

Atas  jasa-jasa  K.H.  Ahmad  Dahlan  dalam  membangkitkan  kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut: KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari  nasibnya  sebagai  bangsa  terjajah  yang  masih  harus  belajar  dan berbuat; Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran   slam  dan Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria

d. Kiai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie  (w. 1947 M)

Lahir di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 14 Februari1871 meninggal di Jombang, Jawa Timur pada umur 76 tahun; 24 Dzul Qo'dah 1287 H- 3 Ramadhan 1366 H; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang) adalah salah seorang Pahlawan  Nasional  Indonesia  yang merupakan

pendiri  Nahdlatul  Ulama,  organisasi  massa  Islam  yang terbesar di Indonesia. Di kalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.

K.H Hasjim Asy'ari adalah putra ketiga dari 10 bersaudara. Ayahnya bernama  Kyai  Asy'ari,  pemimpin  Pondok  Pesantren  yang  berada  di  sebelah selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah. Sementara kesepuluh saudaranya antara lain: Nafi'ah, Ahmad Saleh, Radiah, Hassan, Anis, Fatanah, Maimunah,

 Maksum, Nahrawi dan Adnan. Berdasarkan silsilah garis keturunan ibu, K.H. Hasjim Asy'ari memiliki garis keturunan baik dari Sultan Pajang Jaka Tingkir juga mempunyai keturunan ke raja Hindu Majapahit, Raja Brawijaya V (Lembupeteng).

K.H. Hasjim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo. Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Muhammad Mahfudz  at-Tarmasi,  Syekh  Ahmad  Amin  Al-Aththar,  Syekh  Ibrahim  Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.

Di Makkah, awalnya K.H. Hasjim Asy'ari belajar di bawah bimbingan Syaikh Mafudz dari Termas (Pacitan) yang merupakan ulama dari Indonesia pertama  yang  mengajar  Sahih  Bukhori  di  Makkah.  Ia  mendapatkan  ijazah langsung dari Syaikh Mahfudz untuk mengajar Sahih Bukhari, di mana Syaikh Mahfudz merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (Isnad) hadis dari

23 generasi penerima karya ini. Selain belajar hadis ia juga belajar tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah. K.H. Hasjim Asy'ari juga mempelajari fiqih madzab Syafi'i di bawah asuhan Syaikh Ahmad Khatib dari   Minangkabau   yang   juga   ahli   dalam   bidang   astronomi   (ilmu   falak), matematika (ilmu hisab), dan aljabar. Pada masa belajar pada Syaikh Ahmad Khatib   inilah   K.H.   Hasjim   Asy'ari   mempelajari   Tafsir   Al-Manar   karya monumental Muhammad Abduh. Pada prinsipnya ia mengagumi rasionalitas pemikiran Abduh akan tetapi kurang setuju dengan ejekan Abduh terhadap ulama tradisionalis.

Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, K.H. Hasjim Asy'ari mendirikan Pesantren Tebu Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Pada tahun 1926, K.H Hasjim Asy'ari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.

Dalam  upaya  perjuangan  untuk  meraih  kemerdekaan,  pada  tanggal  17 September 1945 fatwa Jihad telah di tanda tangani KH Hasyim Asy’ari yang kemudian di kukuhkan dalam rapat para kyai tanggal 21-22 Oktober 1945 dan di kenal dengan nama Resolusi Jihad. Resolusi Jihad sebagai pengobar semangat para  ulama  dan  santri  yang  tergabung  dalam  laskar  Hizbullah  dan  Sabilillah dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah. Selain itu juga mendesak pemerintah agar segera menentukan sikap melawan kekuatan asing yang ingin menggagalkan kemerdekaan. Surabaya menjadi medan pertempuran antara laskar Hizbullah dan sekutu. Berbekal fatwa Jihad yang diteguhkan dalam resolusi Jihad yang isinya menyerukan kepada seluruh elemen bangsa khususnya umat Islam untuk membela NKRI. Pertempuran 10 Nopember 1945 laskar ulama dan santri menjadi garda terdepan dalam pertempuran. Berikut isi teks resolusi jihad Nahdlatul Ulama sebagaimana pernah dimuat di harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, edisi No. 26 tahun ke-I, Jumat Legi, 26 Oktober 1945.

Toentoetan Nahdlatoel Oelama kepada Pemerintah Repoeblik Indonesia

Soepaya mengambil tindakan jang sepadan

Resoloesi wakil-wakil daerah Nahdlatoel Oelama Seloeroeh Djawa-Madoera

Bismillahirrochmanir Rochim

Resoloesi :

Rapat besar wakil-wakil daerah (Konsoel2) Perhimpoenan Nahdlatoel Oelama seloeroeh Djawa-Madoera pada tanggal 21-22 October 1945 di Soerabaja.

Mendengar :

Bahwa  di  tiap-tiap  Daerah  di  seloeroeh  Djawa-Madoera  ternjata  betapa besarnja hasrat Oemmat Islam dan ‘Alim Oelama di tempatnja masing-masing oentoek mempertahankan dan menegakkan agama, kedaoelatan negara repoeblik indonesia merdeka.

Menimbang :

a. Bahwa   oentoek   mempertahankan   dan   menegakkan   Negara   Repoeblik Indonesia   menurut   hoekoem   Agama   Islam,   termasoek   sebagai   satoe kewadjiban bagi tiap2 orang Islam.

b. Bahwa di Indonesia ini warga negaranja adalah sebagian besar terdiri dari

Oemmat Islam.

Mengingat:

Bahwa oleh fihak Belanda (NICA) dan Djepang jang datang dan berada di sini telah banjak sekali didjalankan kedjahatan dan kekedjaman jang menganggoe ketentraman oemoem.

Bahwa semoea jang dilakoekan oleh mereka itu dengan maksoed melanggar kedaoelatan Negara Repoeblik Indonesia dan Agama, dan ingin kembali mendjadjah di sini maka beberapa tempat telah terdjadi pertempoeran jang mengorbankan beberapa banjak djiwa manoesia.

Bahwa pertempoeran2 itu sebagian besar telah dilakoekan oleh Oemmat Islam jang merasa wadjib menoeroet hoekoem Agamanja oentoek mempertahankan Kemerdekaan Negara dan Agamanja.

Bahwa di dalam menghadapai sekalian kedjadian2 itoe perloe mendapat perintah

dan toentoenan jang njata dari Pemerintah Repoeblik Indonesia jang sesoeai dengan kedjadian terseboet.

 

Memoetoeskan :

Memohon dengan sangat kepada Pemerintah Repoeblik Indonesia soepaja menentoekan soeatoe sikap dan tindakan jang njata serta sepadan terhadap oesaha2 jang akan membahajakan Kemerdekaan dan Agama dan Negara Indonesia teroetama terhadap fihak Belanda dan kaki tangannja.

Seoapaja  memerintahkan  melandjoetkan  perdjoeangan  bersifat  “sabilillah”

oentoek tegaknja Negara Repoeblik Indonesia Merdeka dan Agama Islam.

Soerabaja, 22 Oktober 1945

NAHDLATOEL OELAMA


B.    Peran Umat Islam Pasca Kemerdekaan

Dalam  mengisi  kemerdekaan,  umat  Islam  berperan  aktif  dalam  pembangunan dalam berbagai bidang. Tokoh- tokoh yang berperan diantaranya :

1. Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah atau Hamka (w. 1981 M)

Prof.  DR.  H.  Abdul  Malik  Karim  Amrullah  gelar Datuk Indomo, populer dengan nama penanya Hamka; lahir di Nagari Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat tanggal 17 Februari1908. Beliau meninggal di Jakarta pada umur 73 tahun.

Ia berkiprah sebagai wartawan, penulis, dan pengajar. Ia terjun dalam politik melalui Masyumi sampai partai tersebut dibubarkan, menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam Muhammadiyah hingga akhir hayatnya. Universitas al-Azhar dan Universitas Nasional Malaysia menganugerahkannya  gelar  doktor  kehormatan,  sementara  Universitas Moestopo, Jakarta mengukuhkan Hamka sebagai guru besar. Namanya disematkan untuk Universitas Hamka milik Muhammadiyah.

Hamka remaja meninggalkan pendidikannya di Thawalib, menempuh perjalanan ke Jawa dalam usia 16 tahun. Setelah setahun melewatkan perantauannya, Hamka kembali ke Padang Panjang membesarkan Muhammadiyah. Pengalamannya ditolak sebagai guru di sekolah milik Muhammadiyah karena tak memiliki diploma dan kritik atas kemampuannya berbahasa Arab melecut keinginan Hamka pergi ke Mekkah. Dengan bahasa Arab  yang dipelajarinya,  Hamka mendalami sejarah Islam dan sastra secara otodidak.  Kembali  ke  Tanah  Air,  Hamka  merintis  karier  sebagai  wartawan sambil  bekerja  sebagai  guru  agama  di  Deli.  Dalam  pertemuan  memenuhi kerinduan ayahnya, Hamka mengukuhkan tekadnya untuk meneruskan cita-cita ayahnya dan dirinya sebagai ulama dan sastrawan. Kembali ke Medan pada 1936 setelah pernikahannya, ia menerbitkan majalah Pedoman Masyarakat. Lewat karyanya Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, nama Hamka melambung sebagai sastrawan.

Selama  revolusi  fisik,  Hamka  bergerilya  bersama  Barisan  Pengawal Nagari dan Kota (BPNK) menyusuri hutan pengunungan di Sumatra Barat untuk menggalang persatuan menentang kembalinya Belanda. Pada 1950, Hamka membawa keluarga kecilnya ke Jakarta. Meski mendapat pekerjaan di Departemen Agama, Hamka mengundurkan diri karena terjun di jalur politik. Dalam pemilihan umum 1955, Hamka dicalonkan Masyumi sebagai wakil Muhammadiyah dan terpilih duduk di Konstituante. Ia terlibat dalam perumusan kembali dasar negara. Sikap politik Masyumi menentang komunisme dan gagasan  Demokrasi  Terpimpin  memengaruhi  hubungannya  dengan  Sukarno. Usai Masyumi dibubarkan sesuai Dekret Presiden 5 Juli 1959, Hamka menerbitkan  majalah  Panji  Masyarakat  yang berumur  pendek,  dibredel  oleh Sukarno  setelah  menurunkan  tulisan  Hatta  yang  telah  mengundurkan  diri sebagai wakil presiden berjudul "Demokrasi    ita". Seiring meluasnya pengaruh komunis,  Hamka  dan  karya-karyanya  diserang  oleh  organisasi  kebudayaan Lekra. Tuduhan melakukan gerakan subversif membuat Hamka diciduk  dari rumahnya ke tahanan Sukabumi pada 1964. Ia merampungkan Tafsir Al-Azhar dalam keadaan sakit sebagai tahanan.

Seiring peralihan kekuasaan ke Soeharto, Hamka dibebaskan pada Januari1966. Ia mendapat ruang pemerintah, mengisi jadwal tetap ceramah di RRI dan TVRI. Ia mencurahkan waktunya membangun kegiatan dakwah di Masjid Al- Azhar.  Ketika  pemerintah  menjajaki  pembentukan  Majelis  Ulama  Indonesia pada 1975, peserta musyawarah memilih dirinya secara aklamasi sebagai ketua.

Sepeninggal Hamka, pemerintah menyematkan Bintang Mahaputra Utama secara anumerta kepada Hamka. Sejak 2011, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional  Indonesia.  Namanya  diabadikan  untuk  perguruan  tinggi  Islam  di Jakarta milik Muhammadiyah, yakni Universitas Muhammadiyah Hamka

 2. KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (w. 2009 M)

Dr. (H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur (lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940. Beliau   adalah   tokoh   Muslim   Indonesia   yang   menjadi Presiden  Indonesia  yang  keempat  dari  tahun  1999  hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B.J. Habibie setelah dipiliholeh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada 23 Juli 2001.

Abdurrahman Wahid lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar Jombang, Jawa Timur dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggal 4 Agustus, tetapi kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender Islam  yang  berarti  ia  lahir  pada  4  Sya'ban  1359  Hijriah,  sama  dengan  7 September 1940. Ia lahir dengan nama Abdurrahman Addakhil. Kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur.

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Ia lahir dalam keluarga yang sangat terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syamsuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur, K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949.  Ibunya,  Ny.  Hj.  Sholehah,  adalah  putri  pendiri  Pondok  Pesantren Denanyar Jombang. Saudaranya adalah Salahuddin Wahid dan Lily Wahid. Ia menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri: Alisa, Yenny, Anita, dan Inayah.

Gus Dur secara terbuka pernah menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa, ia adalah keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa), pendiri Kesultanan Demak. Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok  yang merupakan  selir  Raden Brawijaya  V.  Tan  Kim  Han  sendiri kemudian   berdasarkan   penelitian   seorang   peneliti   Prancis,   Louis-Charles Damais   diidentifikasikan   sebagai   Syekh   Abdul   Qodir    Al -Shini    yang diketemukan makamnya di Trowulan.

Pada  tahun  1944,  Gus  Dur  pindah  dari  Jombang  ke  Jakarta,  tempat ayahnya  terpilih  menjadi  Ketua  pertama  Partai  Majelis  Syuro  Muslimin Indonesia (Masyumi), sebuah organisasi yang berdiri dengan dukungan tentara Jepang yang saat itu menduduki Indonesia. Pada akhir perang tahun 1949, Gus Dur pindah ke Jakarta dan belajar di SD KRIS sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Gus Dur tetap tinggal di Jakarta dengan keluarganya meskipun ayahnya sudah tidak menjadi menteri agama pada tahun 1952. Pada April 1953, ayah Gus Dur meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.

Pada tahun 1963, Gus Dur belajar Studi Islam di Universitas Al Azhar di Kairo Mesir. Kemudian menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun   1970,   selanjutnya   Gus  Dur   pergi   ke   Belanda   untuk   meneruskan pendidikan di Universitas Leiden, tetapi kecewa karena pendidikannya di Universitas Baghdad tidak diakui. Dari Belanda kemudian Jerman dan Prancis sebelum kembali ke Indonesia tahun 1971. Gus Dur kembali ke Jakarta bergabung ke Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) organisasi yg terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat. LP3ES mendirikan majalah Prisma dan Gusdur menjadi salah satu kontributor utama majalah tersebut. Selain bekerja sebagai kontributor LP3ES, Gusdur juga berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa. Pada tahun 1984 - 2000 Gus Dur terpilih sebagai ketua umum Tanfidziyah Pegurus Besar Nahdlatul Ulama.

Pada  20  Oktober  1999,  MPR  melaksanakan  sidang  untuk  memilih presiden dan wakil presiden. Abdurrahman Gus Dur kemudian terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia ke-4 bersama Megawati Soekarno Putri sebagai Wakil Presiden. Kabinet pertama Gus Dur bernama Kabinet Persatuan Nasional. Gus dur kemudian mulai melakukan dua reformasi pemerintahan. Reformasi pertama adalah membubarkan Departemen Penerangan dan departemen Sosial karena di anggap kurang maksimal dalam hal fungsi dan perannya. Pada tahun 2000  di  pemisahan  institusi  TNI  dan  POLRI  dimana  saat  orde  baru  kedua institusi keamanan tersebut menjadi satu dengan nama ABRI.

Rencana Gus Dur adalah memberikan Aceh referendum. Namun referendum ini menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur. Gus Dur juga ingin mengadopsi pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh dengan mengurangi jumlah personel militer di negeri Serambi Mekkah tersebut. Pada 30 Desember 2000, Gus Dur mengunjungi Jayapura di provinsi Irian Jaya. Selama kunjungannya, ia berhasil meyakinkan pemimpin- pemimpin Papua untuk menciptakan perdamaian dan memberi izin pemberian nama Papua sebagai pengganti Irian Jaya.

Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Imlek menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa. Abdurrahman Wahid melakukan kunjungan terakhirnya   ke   luar   negeri   sebagai   presiden   pada   Juni   2001   ketika   ia mengunjungi Australia.

Gus Dur menderita banyak penyakit, bahkan sejak ia mulai menjabat sebagai presiden. Ia menderita gangguan penglihatan, Diabetes dan gangguan ginjal juga dideritanya. Ia meninggal dunia pada hari Rabu, 30 Desember 2009, di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada pukul 18.45 dan di makamkan di pemakaman keluarga Pondok pessantren Tebuireng Jombang.

Berbagai penghargaan diterima Gus Dur diantaranya: Pada tahun 1993, Gus Dur menerima Ramon Magsaysay Award, sebuah penghargaan yang cukup prestisius untuk kategori Community Leadership, "Bapak Tionghoa" oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang di Kelenteng Tay Kak Sie Gang Lombok. Pada tanggal 10 Maret 2004. Ia mendapat penghargaan dari Simon Wiesenthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan Hak Asasi Manusia. Gus Dur memperoleh penghargaan dari Mebal Valor yang berkantor di Los Angeles karena Gus Dur dinilai memiliki keberanian membela kaum minoritas, salah satunya dalam membela umat beragama Konghucu di Indonesia dalam memperoleh  hak-haknya  yang  sempat  terpasung  selama  era  orde  baru.  Dan masih banyak penghargaan lain di terima Gus Dur.

Pada  saat  ini  para   murid,  pengagum,  dan  penerus  pemikiran  dan perjuangan Gus Dur disebut Gusdurian, mereka mendalami pemikiran Gus Dur, meneladani karakter dan prinsip nilainya, dan berupaya untuk meneruskan perjuangan yang telah dirintis dan dikembangkan oleh Gus Dur sesuai dengan konteks tantangan zaman. Pemikiran, karakter dan prinsip perjuangan Gus Dur terangkum  pada  9  (Sembilan)  Nilai  utama  yaitu  ketauhidan,  kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, kekesatriaan, dan kearifan lokal.


3. Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie (w.2019 M)

Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 – meninggal di Jakarta pada umur 83 tahun. Beliau adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga.

Sebelumnya, B.J. Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ke-7, menggantikanTry Sutrisno. B. J. Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. B.J. Habibie kemudian digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari (sebagai wakil presiden) dan juga selama 1 tahun dan 5 bulan (sebagai presiden), B. J. Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.

Dari sekian banyak presiden  B. J. Habibie merupakan satu-satunya Presiden yang berasal dari Gorontalo, Sulawesi dari garis keturunan Ayahnya yang berasal dari Kabila, Gorontalo dan Jawa dari ibunya yang berasal dari  Yogyakarta.  Saat ini, Pemerintah Provinsi  Gorontalo  telah menginisiasi dibangunnya  Monumen  B.J.  Habibie  di  depan  pintu  gerbang  utama  Bandar Udara Djalaluddin, di Kabupaten Gorontalo. Selain itu, masyarakat Provinsi Gorontalo pun sempat mengusulkan nama B.J. Habibie digunakan sebagai nama universitas negeri setempat, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo yang masih digunakan.

B.J. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Ayahnya yang berprofesi sebagai ahli pertanian yang berasal dari etnis Gorontalo, sedangkan ibunya  dari  etnis Jawa.  Alwi  Abdul  Jalil  Habibie  (Ayah  dari  B.J.  Habibie) memiliki marga "Habibie", salah satu marga asli dalam struktur sosial Pohala'a (Kerajaan dan Kekeluargaan) di Gorontalo. Sementara itu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo (Ibu dari B.J. Habibie) merupakan anak seorang dokter spesialis mata di Jogjakarta, dan ayahnya yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah.

Marga Habibie dicatat secara historis berasal dari wilayah Kabila, sebuah daerah di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Dari silsilah keluarga, kakek dari B.J. Habibie merupakan seorang pemuka agama, anggota majelis peradilan agama serta salah satu pemangku adat Gorontalo yang tersohor pada saat itu. Keluarga besar Habibie di Gorontalo terkenal gemar beternak sapi, memiliki kuda dalam jumlah yang banyak, serta memiliki perkebunan kopi. Sewaktu kecil, Habibie pernah berkunjung ke Gorontalo untuk mengikuti proses khitanan dan upacara adat yang dilakukan sesuai syariat Islam dan adat istiadat Gorontalo.

B. J. Habibie pernah menuntut ilmu di Sekolah Menengah Atas Kristen Dago.  Habibie kemudian belajar tentang keilmuan teknik mesin di  Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954. Pada 1955–1965, Habibie melanjutkan studi teknik penerbangan,  spesialisasi  konstruksi  pesawat  terbang,  di  RWTH  Aachen, Jerman Barat, menerima gelar diplom ingenieur pada 1960 dan gelar doktor ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.

Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Pada tahun 1973, ia kembali ke Indonesia atas permintaan mantan presiden Soeharto. Habibie kemudian menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun

1978 sampai Maret 1998. Gebrakan B. J. Habibie saat menjabat Menristek diawalinya dengan keinginannya untuk mengimplementasikan "Visi Indonesia". Menurut Habibie, lompatan-lompatan Indonesia dalam "Visi Indonesia" bertumpu pada riset dan teknologi, khususnya pula dalam industri strategis yang dikelola oleh PT. IPTN, PINDAD, dan PT. PAL. Targetnya, Indonesia sebagai negara agraris dapat melompat langsung menjadi negara Industri dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sementara itu, ketika menjabat sebagai Menristek, Habibie juga terpilih sebagai Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang pertama. Habibie terpilih secara aklamasi menjadi Ketua ICMI pada tanggal 7 Desember1990. Puncak karir Habibie terjadi pada tahun 1998, dimana saat itu ia diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999), setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden ke-7 (menjabat sejak 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998) dalam Kabinet Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto.

B.J. Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto pada tanggal 11 September 2019 pukul 18.05 WIB karena penyakit yang dideritanya (gagal jantung)  dan  faktor  usia.  Sebelumnya,  Habibie  telah  menjalani  perawatan intensif sejak 1 September 2019.   Sebelum Dimakamkan, pada malam hari Jenazah B.J. Habibie dibawa dari RSPAD menuju ke kediaman Habibie-Ainun di Jalan Patra Kuningan XIII Blok L15/7 No.5, kawasan Patra Kuningan untuk disemayamkan. Ia kemudian dimakamkan di samping istrinya yaitu Hasri Ainun Besari di Taman Makam Pahlawan Kalibata slot 120 pada tanggal 12 September 2019 pukul 14.00 WIB. Upacara pemakaman dihadiri oleh Presiden RepublikIndonesia Joko Widodo sebagai inspektur upacara.


Senin, 11 Januari 2021

Akhalk Pergaulan Remaja Kelas 11 Bagian 1

 A. Pengertian Remaja 

Fase remaja merupakan salah satu tahapan kehidupan psikologis yang penting bagi setiap manusia. Pada tahapan ini, remaja memiliki ciri-ciri khusus dalam tugas perkembangannya yang berlangsung antara usia 13-19 tahun, yaitu perubahan masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sebelum masa remaja, seorang anak akan melewati masa peralihan (adolesen) yaitu antara usia 9-13 tahun, yang dikenal sebagai masa pubertas. Pada masa ini, anak memiliki dorongan kuat dalam mengaktualisasikan diri menurut jenis kelamin untuk mendapatkan pengakuan sebagai penegasan identitas diri baik dari segi fisik maupun biologis. Masa remaja adalah masa yang labil bagi anak sehingga memerlukan lingkungan yang baik, yaitu yang dapat membentuk karakter dalam dirinya. Jika remaja tumbuh dalam lingkungan positif, maka akan tumbuh dan berkembang ke arah yang bagus, tetapi apabila tumbuh dalam lingkungan yang negatif maka mereka juga akan berkembang ke arah yang negatif pula. Disinilah pentingnya lingkungan yang baik dan pendidikan bagi generasi muda. Masa remaja adalah masa peralihan dari usia anak-anak kepada usia dewasa. Pada masa ini rasa ingin tahu remaja tumbuh dengan pesat, mereka lebih terbuka kepada teman sejawatnya daripada kepada orang tua. Penanaman nilai-nilai akhlak terpuji bagi remaja sangatlah penting, karena apabila dalam pergaulan remaja diisi dengan kegiatan yang baik maka akan dapat membentuk pribadi yang baik pula, sehingga mereka dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi kehidupan di masa mendatang. Akan tetapi sebaliknya apabila pergaulan remaja tidak diisi dengan kegiatan yang positif maka akan dapat menjerumuskan masa depan mereka dalam kehidupan yang tidak baik. 

1. Bentuk Akhlak Terpuji Pergaulan Remaja 

a. Menjalin persaudaraan (ukhuwah) 

Suasana yang damai merupakan dambaan setiap umat manusia. Kedamaian akan terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara apabila diantara warga masyarakatnya menjalin rasa persaudaraan (ukhuwah). Islam telah mengajarkan, bahwa umat manusia harus menjaga persaudaraan ini. Persaudaraan yang dibangun tidak hanya terbatas pada persaudaraan yang dilandasi oleh kesamaan agama (ukhuwah Islamiyah) saja, tetapi juga menyangkut persaudaraan dalam bingkai bangsa dan negara (ukhuwah wathoniyah) walaupun berbeda agama, suku, dan rasnya, dan persaudaraan antar sesama manusia (ukhuwah insaniyah) walaupun berbeda agama, suku, ras dan bangsanya. Dalam kaitanya dengan pergaulan remaja, 

Islam memberi petunjuk bahwa antara laki-laki dengan perempuan diperbolehkan mengadakan pergaulan sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah agama yang menjaga kesucian, pergaulan di dalam Islam adalah pergaulan yang dilandasi oleh nilai-nilai kesucian. 

Dalam pergaulan dengan lawan jenis harus dijaga jarak sehingga tidak ada kesempatan terjadinya kejahatan seksual yang pada gilirannya akan merusak bagi pelaku maupun bagi masyarakat umum. Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari perbuatan zina, Islam telah membuat batasan-batasan sebagai berikut : 

1) Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Jika laki-laki dan perempuan di tempat sepi maka yang ketiga adalah syetan, mula-mula saling berpandangan, lalu berpegangan, dan akhirnya menjurus pada perzinaan, itu semua adalah bujuk rayu setan. 

2) Laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik. Saling bersentuhan yang dilarang dalam Islam adalah sentuhan yang disengaja dan disertai nafsu birahi. 

3) Laki-laki ataupun perempuan tidak boleh mengadakan pergaulan dengan orang yang dapat menjerumuskan ke dalam perilaku lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT), tawuran, mengkonsumsi minuman keras dan narkoba. 

b. Mengembangkan wawasan keilmuan 

Menurut Jean Piaget, kelompok remaja berada pada tahap operasional formal, dan merupakan tahap terakhir dari perkembangan kognisi. Perkembangan yang sehat dan normal membuat mereka mampu memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan berbagai alternatif dan memahami berbagai masalah yang kompleks dan rumit. Fokus mereka adalah kemampuan berpikir secara abstrak dan  berpikir secara hipotetis. 

Diantara bentuk pengembangan wawasan keilmuan bagi remaja adalah giat dan disiplin dalam belajar baik secara individu maupun dalam kelompok belajar (study club), sehingga sebagian remaja sudah terlihat kehebatan intelektualitasnya dalam berbagai bidang pemikiran dan perasaan sehingga mampu melahirkan karya-karya bermutu dalam bidang seni, sains, dan teknologi. Merujuk kepada pendapat tersebut maka remaja harus diarahkan untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya melalui kegiatan-kegiatan akademik atau non-akademik baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan formal. Waktu dan kesempatan yang dimiliki harus digunakan sebaik mungkin untuk mempersiapkan diri dengan baik sehingga dapat dijadikan bekal untuk kehidupannya di masa-masa mendatang. 

c. Mengembangkan sikap saling menghormati dan menghargai (tasamuh) 

Tasamuh (toleransi) adalah rasa tenggang rasa atau sikap menghargai dan menghormati terhadap sesama, baik terhadap sesama muslim maupun dengan non muslim. Sikap tasamuh juga berarti sikap toleran yaitu tidak mementingkan diri sendiri dan juga tidak memaksakan kehendak. Salah satu nilai yang terkandung dalam tasamuh adalah menghormati dan menghargai perbedaan dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing indifidu untuk mencari titik temu dalam persamaan dalam batas-batas tertentu. 

Islam mengajarkan bahwa sesama muslim harus bersatu serta tidak boleh bercerai-berai, bertengkar, dan bermusuhan. Karena sesama muslim adalah saudara. Terhadap pemeluk agama lain, kita diperintahkan agar bersikap tasamuh. Sikap tasamuh terhadap non muslim itu hanya terbatas pada urusan yang bersifat duniawi, tidak menyangkut masalah akidah, syari’ah dan ubudiyah. 

d. Bijak dalam menggunakan media sosial

 Media sosial merupakan media untuk bersosialisasi satu sama lain yang dilakukan dengan online yang memungkinkan manusia saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Pemanfaatan media sosial yang tepat, akan sangat berguna bagi perkembangan peradaban manusia, tetapi apabila disalahgunakan maka akan sangat membahayakan tata kehidupan sosial yang berakibat pada rusaknya nilai-nilai persatuan (ukhuwah), bahkan membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Dalam menggunakan media sosial, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 

1) Menata niat. Dengan niat yang baik maka pikiran akan menjadi terarah untuk melakukan yang baik. 

2) Bacalah berita hanya dari sumber yang layak dipercaya dan kredibel. Apabila mendapatkan informasi lewat media sosial baik berupa tulisan ataupun yang lainnya hendaklah dilihat sumbernya. Gunakan pikiran dengan jernih dan cerdas untuk menganalisa kebenaran informasi tersebut 

3) Baca dulu isi beritanya, pertimbangkanlah manfaat dan madharatnya. Sebab apabila isi berita tersebut tidak ada manfaat dan bahkan membawa kemadharatan maka sesungguhnya yang bersangkutan telah melakukan keburukan dan perbuatan tersebut termasuk dosa, sedangkan jejak digital yang ada maka tidak akan bisa ditarik atau dihapus. 

4) Jangan menelan mentah-mentah isi berita yang ada di media sosial, begitu juga jangan mudah terprovokasi yang dapat memecah ukhuwah Islamiyah ataupun ukhuwah wathoniyah. 

5) Gunakanlah media sosial untuk kepentingan dakwah, dan menjalin ukhuwah basyariyah, ukhuwah Islamiyah, dan ukhuwah wathaniyah. 

6) Ingatlah bahwa pelanggaran terhadap penggunaan media sosial selain dapat dituntut dan dikenai sanksi yang berat sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, tetapi juga merupakan perbuatan dosa yang di akhirat nanti akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah Swt. 

2. Dampak Positif Akhlak Terpuji Pergaulan Remaja 

a. Menumbuhkan sikap arif dan bijaksana Sikap arif dan bijaksana dapat dilihat pada kemampuan bertindak sesuai dengan norma-norma yang hidup dalam masyarakat baik norma-norma hukum, norma-norma keagamaan, kebisaaan-kebisaaan maupun kesusilaan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pada saat itu, serta mampu memperhitungkan akibat dari tindakannya. Perilaku remaja yang arif dan bijaksana mendorong terbentuknya pribadi yang berwawasan luas, mempunyai tenggang rasa yang tinggi, bersikap hati-hati, sabar dan santun. 

b. Menumbuhkan sikap mandiri Sikap mandiri harus ditanamkan pada diri remaja. Dengan kemandirian yang dimilikinya maka dia akan mampu bertindak tanpa bantuan pihak lain, bebas dari campur tangan siapapun dan bebas dari pengaruh apapun. Sikap mandiri pada diri remaja akan mendorong terbentuknya perilaku tangguh, tidak mudah terpengaruh perilaku negatif, berpegang teguh pada prinsip dan keyakinan atas kebenaran sesuai tuntutan ajaran agama, moral dan ketentuan hukum yang berlaku. 

c. Menumbuhkan sikap tanggungjawab Tanggung jawab dapat diartikan sebagai kesediaan dan keberanian untuk melaksanakan semua tugas dan wewenang sebaik mungkin serta bersedia menanggung segala akibat atas pelaksanaan tugas dan wewenang tersebut. Remaja yang mempunyai rasa tanggung jawab akan mendorong terbentuknya pribadi yang mampu menegakkan kebenaran dan keadilan, penuh pengabdian, serta tidak menyalahgunakan profesi yang diamanatkan. 


3. Membisaakan Akhlak Terpuji Pergaulam Remaja 

a. Menutup Aurat Kebisaaan 

menutup aurat harus senantiasa dijaga, tidak terkecuali para remaja juga harus selalu membisaakan dirinya dalam menutup aurat. Diantara manfaat menutup aurat adalah untuk menjaga kehormatan diri dan kebersihan hati. Mengenai batas-batas aurat yang harus dijaga, antara laki-laki dan perempuan berbeda sesuai dengan ketentuan agama. Andaipun mengikuti perkembangan mode berpakaian maka ketentuan baku dalam berpakaian tetap harus diperhatikan, misalnya: pakaian harus menutup anggota tubuh yang semestinya ditutup, tidak transparan dan tidak ketat. 

b. Menjauhi Perbuatan Zina 

Pergaulan antara laki-laki dengan perempuan diperbolehkan sampai pada batas tidak membuka peluang terjadinya perbuatan dosa. Islam adalah agama yang menjaga kesucian maka pergaulan di dalam Islam harus dilandasi dengan nilai-nilai kesucian. Dalam pergaulan lawan jenis, harus dijaga jarak agar tidak mengarah kepada perbuatan zina. Untuk itu, para remaja harus menjaga norma -norma dalam pergaulan sehingga tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas. 

c. Mengajak Untuk Berbuat Kebaikan 

Orang yang memberi petunjuk kepada teman ke jalan yang benar akan mendapatkan pahala seperti teman yang melakukan kebaikan itu, dan ajakan untuk berbuat kebajikan merupakan suatu bentuk kasih sayang terhadap teman. Termasuk pada perbuatan baik yang dapat dilakukan oleh para remaja adalah menjaga nilai-nilai persatuan dan kebangsaan dengan bergabung dengan organisasi kepemudaan. Kepedulian remaja terhadap lingkungan alam juga menjadi hal yang penting untuk dikampenyekan kepada para remaja sehingga para remaja mempunyai kebisaaan untuk menjaga lingkungan. 

d. Mengisi Waktu Luang Dengan Kegiatan Yang Bermanfaat 

Masa remaja harus dipergunakan sebaik mungkin, yaitu dengan cara mengisi waktu untuk kegiatan-kegiatan yang positif. Kegiatan yang dapat diikuti oleh remaja untuk mengisi waktunya sangat bervariasi sesuai dengan bakat dan minat yang dimilinya, misalnya dengan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, mengikuti kursus-kursus untuk meningkatkan keterampilan kewirausahaan, mengikuti kegiatan keolahragaan ataupun mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan di lingkungan masyarakat. Apabila para remaja memanfaatkan waktu dengan tepat maka akan dapat mempersiapkan masa depannya dengan sedini mungkin. 

e. Tawadlu’ Kepada Yang Lebih Tua Dan Menyayangi Yang Lebih Muda 

Dalam pergaulan sehari-hari, kehidupan remaja pasti tidak dapat dipisahkan dengan orang yang lebih tua, ataupun yang lebih muda. Dalam hal ini,  remaja harus dapat menempatkan dirinya dengan tepat, sehingga akhlak dalam pergaulan dengan yang lebih tua dan yang lebih muda harus diperhatikan. Kepada yang lebih tua, para remaja harus menunjukkan sikap hormat, tawadhu’ (rendah hati) dan kepada yang lebih muda harus mengembangkan sikap sayang dan dapat membimbing yang lebih muda untuk berperilaku sopan. Dalam hal bergaul dengan yang lebih muda, maka remaja harus dapat dijadikan contoh bagi adikadiknya. 

f. Santun Dan Rendah Hati 

Santun dan rendah hati adalah perilaku mulia yang harus dimiliki manusia, tidak terkecuali adalah para remaja. Sikap santun dalam pergaulan akan melahirkan kenyamanan, sehingga orang yang ada dalam pergaulan tersebut akan merasa nyaman dan betah untuk berada dalam lingkugannya. Interaksi sosial yang di dalamnya ada sikap santun akan melahirkan budaya luhur yaitu sikap asah, asih, dan asuh. Orang yang memiliki sikap rendah hati akan memandang dirinya pada posisi yang benar. Apabila sedang mendapatkan keberuntungan maka membuatnya tidak sombong dan lupa diri, tetapi ketika sedang diuji dengan kegagalan maka tidak membuatnya putus asa dan patah semangat.