1. Al- Raqib (Yang Maha Mengawasi)
Al-Raqib artinya Yang Maha Mengawasi. Al-Raqib, Maha Mengawasi, Allah yang menjadikan hamba-Nya selalu berada dalam pengawasan-Nya. al-Raqib adalah Dzat yang maha memperhatikan dan mengawasi semua hamba-Nya ketika mereka bergerak (beaktifitas) maupun ketika mereka diam, (mengetahui) apa yang mereka sembunyikan maupun yang mereka tampakkan, dan (mengawas) semua keadaan mereka.
Pengawasan Allah bersifat menyeluruh dan total. Dia menjaga segala sesuatu, mengawasinya, hingga tak ada sesuatu pun yang luput dari-Nya. Dengan memahami dan menghayati asma Allah al-Rakiib, akan tumbuh dalam diri seseorang pengawasan dan kontrol terhadap perbuatan lahiriah maupun batiniahnya. Hal ini karena dia menyadari bahwa Allah mengawasi semuanya, yang lahir ataupun yang batin, yang besar ataupun yang kecil, ucapan ataupun perbuatan, bahkan juga niat.
2. Al- Mubdi’u (Yang Maha Memulai)
Al-Mubdi’u artinya Yang Maha Memulai. Allah, Dia lah yang memulai semuanya. Memulai keberadaan alam beserta isinya melalui kemampuan-Nya mencipta. Dia menciptakan sesuatu dari tiada, maka wujudlah segala yang dikehendaki-Nya. Sebagaimana diciptakan Nabi Adam sebagai manusia yang paling awal diciptakan oleh Allah Swt.
”Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan
(menghidupkan)nya kembali; kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan”
(QS. al-Rum [30] :11)
Allah menciptakan alam dan manusia dengan sempurna dan sebaik-baiknya, tanpa ada contoh sebelumnya.
”Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (QS. al-Ankabut[29]:19)
3. Al- Muhyi (Yang Maha Menghidupkan)
Al-Muhyi artinya Yang Maha Menghidupkan. Allah menciptakan manusia, menghidupkan, mematikan, kemudian menghidupkan kembali pada hari kiamat. Tidak ada yang menciptakan kehidupan dan kematian kecuali hanya Allah Swt.
َ”Dan Dialah Allah yang telah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (lagi),
Sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat” (QS. al-Hajj
[22]:66)
Allah menganugerahkan hidup bagi manusia dengan beraneka kualitas kehidupannya, tergantung tingkat keimanan masing-masing.
”Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. an-Nahl [16]:97)
Bagi orang-orang munafik dan kaum kafir, Allah menjadikan kualitas hidup mereka rendah dalam pandangan-Nya. Kemudian pada hari kiamat nanti, mereka akan dibangkitkan dalam keadaan jauh lebih hina dan hidup dalam siksa derita.
Dengan mengimani bahwa Allah lah yang Maha Menghidupkan, kita mengetahui betapa besarnya kemampuan Allah, karena Dia lah yang menghidupkan segala sesuatu. Maka hendaklah seseorang selalu menyerahkan dan menggantungkan segala urusannya kepada Allah dan kembali kepada-Nya dengan menghidupkan segala petunjuk dengan perbuatan ta’atnya. Menghidupkan syi’ar Islam dalam kehidupan, menghidupkan semangat untuk maju, menghidupi diri sendiri, orang tua dan keluarga,dan lain sebagainya.
4. Al- Hayyu (Yang Maha Hidup)
Al-hayyu artinya Yang Maha Hidup. Allah adalah Dzat yang tak mungkin mengalami kematian. Sifat hidup-Nya merupakan sifat yang niscaya, mutlak dan tidak mengalami penyusutan, kerusakan atau peniadaan.
”Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba- Nya” (QS. al-Furqan [25]:58)
Hidupnya Allah berbeda dengan hidupnya makhluk. Allah hidup tanpa kaif (bagaimana caranya) dan juga tanpa aina (di mana [di mana tempatnya] ). Dia tidak ada dalam sesuatu dan tidak ada di atas sesuatu. Kehidupan Allah terlepas dari pembatasan waktu, tidak seperti kehidupan makhluk yang diusahakan dan diabatasi oleh titik permulaan dan titik akhir.
Allah Maha Hidup (al-Hayyu). Dengan sifat-Nya itu, Dia seolah ingin menegaskan kepada hamba-Nya mengenai pentingnya memaknai hidup yang dijiwai oleh keimanan kepada-Nya. Seorang hamba yang meneladani asma Allah al-Hayyu, selalu menjadikan Allah sebagi pusat ketergantungan dan ketundukan dalam segala usaha dan permohonan. Ia meyakini bahwa Allah lah yang memberikan kehidupan dan yang mengurus kehidupannya. Maka dengan kemandirian dan usaha maksimal, ia terus meraih hidup yang bermakna, menghargai hak hidup orang lain, membantu sesama dalam memenuhi hak hidup
5. Al- Qayyum (Yang Maha Berdiri Sendiri)
Al-Qayyum artinya Yang Maha Berdiri Sendiri. Allah al-Qoyyum adalah Dzat yang maha mengelola dan tidak pernah alpa. Al-Qoyyum bersifat hiperbolis, memiliki makna ”memelihara”, mengaktualisasikan”, ”mengatur”,”mendidik”, ”mengawasi”, dan ”menguasai sesuatu”. Pengelolaan terhadap semesta ini dilakukan Allah secara sendirian, tanpa bantuan atau pertolongan siapapun, baik pertolongan para malaikat, para penyangga ’Arsy dan seluruh penghuni langit dan bumi .
Asy-Syaikh al-Harras menjelaskan bahwa al-Qayyum memiliki dua makna:
Pertama, Dia yang berdiri sendiri dan tidak membutuhkan seluruh makhluk, sehingga tidak butuh sesuatu pun, baik dalam hal adanya maupun dalam hal eksistensi- Nya.
Kedua, Dialah yang selalu mengatur makhluk-Nya. Dia selalu mengatur dan memperhatikan urusan makhluk-makhluk-Nya, tidak mungkin Dia luput sesaatpun dari mengawasi mereka, kalau tidak demikian maka akan kacau aturan alam dan akan hancur tonggak-tonggaknya.
”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” (QS. al-Baqarah[2]: 255)
Setelah memahami dan menghayati asma Allah al- Qayyum, hendaknya kita menyadari bahwa, Allah Yang Maha Berdiri sendiri telah menunjukkan kekuasaan serta keagungan-Nya. Maka seyogyanya kita mampu memaknainya dan meneladaninya dengan berusaha untuk menjadi pribadi yang mandiri, menghargai jerih payah, kerja keras, serta kesungguhan orang lain dalam melakukan suatu kebaikan.
6. Al- Akhir (Yang Maha Akhir)
Al-Akhir artinya Yang Maha Akhir, yang tidak ada sesuatu pun setelah Allah Swt. Allah al-Akhir menunjukkan bahwa Allah adalah Dzat yang
”mengakhiri” segalanya. Allah lah Tuhan, tiada Tuhan setelah-Nya. Allah lah sang Pencipta, tiada Sang Pencipta setelah-Nya. Allah lah penentu kehidupan manusia, tiada Penentu selain-Nya.
”Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (QS. al-Hadid [57] :3)
Sebagai Dzat Yang Maha Akhir, Allah Swt. akan tetap abadi dan kekal. Keabadian dan kekekalan Allah Swt. menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya tempat bergantung atas segala urusannya, baik urusan dunia maupun urusan yang akan kita bawa sampai ke akhirat kelak. Sungguh sangat merugi orang-orang yang menggantungkan hidupnya pada selain Allah, karena sesungguhnya setiap yang ada di langit dan bumi ini akan hancur. Akan tetapi jika kita bersandar penuh pada sang Maha Kekal, pastinya kita tidak akan hancur dan terjerumus dalam kesesatan. Orang yang mengesakan al-Akhir akan menjadikan Allah Swt. sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selain- Nya, tidak ada permintaan selain-Nya, dan segala kesudahan hanya tertuju kepada-Nya.
Setelah memahami dan meyakini bahwa Allah adalah al-Akhir, kita menyadari bahwa tujuan akhir kita adalah kembali kepada Allah Swt. maka sejatinya tidak menunda-nunda dalam berbuat kebaikan. Justru, kita harus berusaha menyegerakan dan memperbanyak amal saleh sebagai persiapan dalam menghadapi kehidupan yang abadi di akhirat kelak.
7. Al- Mujib (Yang Maha Mengabulkan Doa)
Al-Mujib artinya Yang Maha Mengabulkan Doa. Al- Mujib adalah nama Allah yang dengan sifat ini Dia mengabulkan atau memperkenankan semua permintaan atau permohonan hamba-Nya.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, ”Dialah al-Mujib.
Dia mengatakan. ’Siapa yang berdoa,’ Akulah yang
menjawab setiap orang yang memanggil-Ku.’ Dialah yang mengabulkan doa orang yang terhimpit ketika memohon kepada-Nya, dalam keadaan tersembunyi atau terang- terangan.”
Menurut Imam al-Ghazali, al-Mujib yaitu yang menyambut permintaan para peminta dengan memberinya, menyambut doa yang berdoa dengan mengabulkannya, memberi sebelum dimintai dan melimpahkan anugerah sebelum dimohonkan. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh Allah karena Dia lah yang mengetahui kebutuhan dan hajat setiap makhluk. Itu sebabnya Allah menyuruh kita berdoa kepada-Nya :
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Seorang hamba yang meneladani asma Allah al-Mujib, akan selalu memenuhi seruan- seruan Allah dan rasul-Nya. Ia juga tak pernah bosan memohon kepada Allah. Iya sadar bahwa doa merupakan ibadah. Doa merupakan titik temu terdekat antara hamba dengan Rabbnya. Doa adalah senjata, benteng, obat dan pintu segala kebaikan. Ia juga akan selalu berusaha untuk memenuhi permintaan orang lain, selama dalam batas kemampuannya dan tidak bertentangan dengan syari’at, baik materi ataupun non materi. Rasulullah Saw. Pun menunjukkan bahwa beliau tidak pernah menolak permohonan yang ditujukan kepadanya
8. Al- Awwal (Yang Pertama)
Al-Awwal artinya Yang Pertama. Allah al-Awwal adalah Dia lah Yang Pertama. Namun Dia juga Yang Terakhir. Hal ini sebagaiman ditegaskan dalam al- Qur’an :
”Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (QS. al- Hadid [57] :3)
Imam Ali bin Abi Thalib melukiskan sifat Allah al-Awwal yaitu”Dia yang awal yang bagi-Nya tiada’sebelum’, sehingga mustahil ada sesuatu sebelum-Nya”. Allah al-Awwal berarti Allah yang mengawali semuanya. Keberadaan alam ini beserta isinya diawali oleh keberadan-Nya. Sebagai yang awal, tentu tidak ada yang mengawali-Nya. Itulah sebabnya Dia disebut al-Awwal. Hal ini menuntut seorang hamba agar memperhatikan keutamaan Rabbnya dalam setiap nikmat, baik berupa nikmat agama ataupun dunia, dimana sebab musababnya berasal dari Allah. Hamba yang meneladani asma Allah al- Awwal, akan selalu menjadi manusia yang the best of the best dan yang pertama dalam melaksnakan amar makruf nahi munkar. Semua itu ia lakukan demi mendapatkan akhir yang husnul khatimah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar