Rasulullah Saw diutus ke dunia ini mempunyai dua tugas yang harus dilaksanakan yaitu: pertama, menyampakan risalah Allah Swt, yang dengannya beliau dipilih untuk menyampaikan kepada umat manusia. Dalam hal ini beliau seolah dipandang sebagai legislator syariat yang diberi mandat oleh Allah Swt. Kedua, menjadi imam kaum muslimin yang menyatukan mereka, mengajak dan mengarahkan mereka kepada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan, serta menjadi hakim pemutus barbagai persoalan diantara mereka berdasarkan hukum yang diwahyukan kepadanya, kemudian beliau menjadi pelaksana dari hukum-hukum tersebut. Dengan wafatnya beliau, maka tugas pertama telah usai, dan menjadi tanggung jawab para sahabatnya untuk meneruskan tugas yang kedua,menjadi imam kaum muslimin.
Selasa, 12 Januari 2021
PERKEMBAANGAN ISLAM MASA KHULAFAURRASYIDIN (SKI Kelas 10 Sem. Genap ) Bagian 1
A. Khalifah Abu Bakar ash-Shidiq
1. Mengenal Abu Bakar as-Shidiq
Abu Bakar dilahirkan dua tahun setelah Tahun Gajah yang bertepatan dengan tahun kelahiran Rasulullah Saw. nama asli Abu Bakar adalah Abdullah, dan diberi julukan Abu Bakar (Bakr adalah nama unta yang masih muda). Nama lengkapnya adalah Abu Bakar bin Abu Quhafah bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib bin Fihr.
Pada masa jahiliyah Abu Bakar adalah teman akrab Rasulullah Saw yang selalu bersama-sama mencari Tuhan dan tetap konsisten dengan akhlak mulia. Abu Bakar sering menemani Rasulullah Saw dalam perjalanan dagang ke Negeri Syam, demikian juga ketika seorang pendeta yang menyampaikan tanda-tanda kenabian kepada Abu Thalib dalam sebuah perjalanan dagang ke Negeri Syam, Abu Bakar turut serta dalam rombongan tersebut.
Saat dewasa, Abu Bakar menjadi penduduk Quraisy yang sangat banyak pengetahuannya, khususnya tentang sejarah dan peninggalan masa lalu. Dia pun
menjadi saudagar yang kaya raya, berakhlak mulia, dan selalu menepati janji. Sejak memasuki usia baligh beliau tidak pernah menyembah berhala, Abu Bakar sangat menyadari betapa batil dan semrawutnya kehidupan beragama di Makkah kala itu.
Dalam jiwanya terdapat keberanian bagai singa yang dapat menggoncang orang yang berusaha menggoyangkan keiamanannya. Ketika Rasulullah Saw dimuliakan dengan kerasulannya, Abu Bakar menjadi Assabiqunal Awwalun tanpa keragu-raguan sedikitpun dalam hatinya, sampai-sampai Rasulullah Saw berkata “Tidaklah aku mengajak seseorang memeluk Islam melainkan dirinya dihinggapi keragu-raguan, berbeda halnya dengan Abu Bakar”.
Ketika Rasulullah Saw diisrakan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa, orang-orang mempertanyakan kebenaran peristiwa itu, bahkan banyak diantara mereka yang mendustakan Muhammad, tapi tidak demikian dengan Abu Bakar, beliaulah orang yang pertama mempercayai peristiwa itu dan mengimaninya hingga beliau diberi gelar Ash-Shidiq.
Dalam peristiwa hijrah ke Madinah, Abu Bakar mendapat kehormatan menemani Rasulullah Saw dan menjadi salah seorang yang berada dalam gua. Dalam sejarah peperangan membela Islam, Abu Bakar selalu ikut serta, tidak ada satu pertempuranpun yang tidak diikutinya. Abu Bakar menjadi pemegang ar-rayah dalam perang Tabuk. Abu Bakar diperintahkan oleh Rasulullah Saw untuk memimpin rombongan haji pada tahun kesembilan hijriyah. Ketika Rasulullah Saw sakit, Abu Bakar diperintahkan oleh beliau menggantikannya menjadi imam sholat
2. Pengangkatan Abu Bakar as-Shiddiq
Tatkala tersiar kabar tentang meninggalnya Rasulullah Saw, kaum muslimin diliputi kebimbangan tentang siapa pengganti pemimpin mereka. Banyak diantara mereka yang tidak mempercayai berita tersebut dan menganggap bahwa Rasulullah Saw belum meninggal. Dalam keadaan seperti ini Abu Bakar berseru kepada seluruh kaum muslimin dengan pidatonya: “Wahai sekalian manusia, barangsiapa yang menyembah kepada Muhammad, maka Muhammad telah meninggal dunia. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tidak pernah akan mati selamanya”
Abu Bakar kemudian membaca kan firman Allah Q.S. Ali Imran ayat 144:
“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur. (QS. Ali Imran 3: 144)
Demi mendengar pidato Abu Bakar tersebut, kaum muslimin menyadari bahwa Rasulullah Saw benar telah meninggalkan mereka, dan jika bukan karena kebesaran jiwa Abu Bakar, mungkin kaum muslimin tidak bisa menerima kenyataan tersebut.
Kebimbangan selanjutnya adalah tentang siapakah sosok yang dapat menggantikan kepemimpinan Rasulullah Saw. Saat itu, kaum Anshar terbagi menjadi dua golongan besar, Aus dan Khazraj. Mereka berkumpul di Saqifah Bani Saidah (sebuah Balai Irung atau tempat pertemuan) bermaksud memilih pengganti Rasulullah Saw dari kalangan mereka dengan menunjuk Saad bin Ubadah. Kaum Anshar merasa berhak atas jabatan itu karena merekalah yang menolong kaum muslimin ketika hijrah ke Madinah.
Pertemuan di Saqifah Bani Saidah tersebut didengar oleh kaum Muhajirin. Maka Abu Bakar, Umar diikuti sahabat yang lainnya menuju Saqifah Bani Saidah.
Muhajirin dan Anshar merasa berhak atas kepemimpinan itu, maka Abu Bakar berkata: “Baik kami dari golongan Muhajirin maupun kalian golongan Ansor merupakan saudara satu agama yang senantiasa menyeru kepada kebaikan melawan kebatilan. Jika kalian menyebutkan tentang kebaikan-kebaikan yang telah kalian lakukan, memang begitulah kenyataannya
Saat itu Abu Bakar bermaksud mempersilahkan kepada kaum Muhajirin dan Anshar untuk memilih diantara Umar bin Khathab dan Abu Ubadah menjadi pemimpin mereka, namun Umar bin Khathab berkata “Bukalah tanganmu Wahai Abu Bakar, bukankah Rasulullah Saw telah menyuruhmu menjadi imam sholat bagi kaum muslimin? Jika Rasulullah Saw sudah percaya kepadamu mengenai soal agama, maka kami akan mempercayai engkau untuk urusan keduniaan, kami serahkan urusan kepemimpinan ini kepada engkau, engkaulah orang kedua yang berada dalam gua waktu itu, dan engkaulah orang yang paling dicintai Rasulullah Saw daripada kami.
Kemudian Umar membai’at Abu Bakar diikuti kaum muslimin. Dengan demikian, selesai dan sempurnalah pemba’iatan Abu Bakar, karena mayoritas kaum muslimin membai’atnya, dimana para sahabat terkemuka saat itu berada di Madinah, kecuali Ali bin Abi Thalib yang sedang mengurus jenazah Rasulullah Saw.
Masa kepemimpin Abu Bakar yang sangat singkat yaitu 2 tahun 3 bulan 10 hari digunakan untuk menata kembali aqidah kaum muslim setelah tergoncang dengan kepergian Rasulullah Saw. Abu Bakar wafat pada 21 Jumadil Akhir tahun 13 H/ 22
Agustus 634 M. setelah menderita sakit selama kurang lebih 15 hari lamanya. kemudian beliau dimakamkan di kamar Aisyah, disamping makam Rasulullah Saw.
3. Substansi dan Strategi Dakwah Abu Bakar as-Shiddiq
Masa kepemimpinan Abu Bakar yang singkat banyak dihabiskan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul akibat wafatnya Rasulullah Saw. Berbagai hal yang dilakukan Abu Bakar dalam kepemimpinannya tidak lain adalah ingin mewujudkan stabilitas dan membangun kembali masyarakat Muslim yang bersatu. Beberapa strategi dilakukan Abu Bakar antara lain:
a. Peristiwa Riddah
Meninggalnya Rasulullah Saw banyak menimbulkan gejolak dikalangan umat Islam, salah satunya adalah kaum murtad. Mereka menyatakan keluar dari Islam, ada juga yang masih beriman dan menjalankan sholat tetapi tidak mau menunaikan zakat karena beranggapan bahwa meninggalnya Rasulullah Saw berarti menggugurkan kewajiban mereka untuk menunaikan zakat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar.
Karena sikap keras kepala dan penentangan yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut perang Riddah (perang melawan keumurtadan. Khalid bin Walid adalah jendral yang banyak berjasa dalam perang Riddah ini.
Masa pemerintahan Abu Bakar hampir sama dengan pada masa Rasulullah Saw, bersifat sentral, kekuasaan legislative, ekskutif, dan yudikatif terpusat ditangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti halnya Rasulullah Saw, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabatnya untuk bermusyawarah.
b. Kodifikasi al-Qur’an
Munculnya perang Riddah menimbulkan banyak korban termasuk para penghafal al-Qur’an. Kenyataan ini sangat menghawatirkan dan merugikan. Oleh karena itu Umar bin Khathab mengusulkan kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan tulisan-tulisan al-Qur’an menjadi satu buku. Khalifah kemudian menunjuk Zaid bin Sabit untuk memimpin pengumpulan ayat-ayat Al Quran. Zaid bin Sabit ditunjuk karena ia adalah sosok pemuda yang cerdas dan berpengalaman mencatat ayat-ayat al- Qur’an. Proses kodifikasi ini berlangsung hingga masa pemerintahan khalifah ketiga Usman bin Affan.
c. Perluasan Wilayah
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, Abu Bakar berkonsentrasi merealisasikan cita-cita Rasulullah Saw mengirimkan ekspedisi ke perbatasan Syiria dibawah pimpinan Usamah. Selain itu Abu Bakar menugaskan empat orang panglima yang berkonsentrasi mempersiapkan ekspedisi militer ke Syam. Beliau mengirimkan lima devisi pasukan dengan tugas sebagai berikut:
1. Abu Ubaidah Ibn Jarrah, sahabat yang dijuluki amin hadzihi al-ummah (orang terpercaya dari umat Islam) dikirimkan ke Himsh dan Humah
2. Yazid bin Abu Sufyan dikirim ke Damaskus
3. Syurahbil ibn Hasanah dikirim ke Yordania
4. Amr bin Ash dikirim ke Palestina
5. Ikrimah ibn Abu Jahal, pasukannya ditugaskan untuk selalu siap siaga menyokong keempat devisi diatas bila membutuhkan bantuan.
B. Khalifah Umar bin Khathab
1. Mengenal Umar bin Khathab
Umar bin Khathab lahir 13 tahun setelah kelahiran Rasulullah Saw. Nama lengkapnya Umar bin Khathab bin Nufail bin Adi bin Kaab bin Luay. Umar menghabiskan separuh dari perjalanan hidupnya pada masa jahiliyah. Ia tumbuh pada masa itu, sebagaimana anak-anak Quraisy lainnya. Ia mengungguli anak-anak Quraisy lainnya karena ia termasuk orang yang mau belajar dan pandai baca tulis. Sejak kecil ia tumbuh dan berkembang dalam kehidupan yang keras.
Sebelum masuk Islam Umar sudah terbiasa menyelesaikan berbagai sengketa yang terjadi di kalangan bangsa Arab. Umar terkenal sebagai orang yang bijaksana, bicaranya fasih, penyantun, argumentasinya kokoh dan gigih mempertahankan segala sesuatu yang sudah menjadi tradisi suku Quraisy berupa ritual peribadatan dan sistem sosial.
Beliau dididik menjadi sosok yang yang memiliki kemuliaan dan keberanian, tidak segan menyatakan kebenaran tanpa tedeng aling-aling. Ketika Rasulullah Saw diangkat menjadi Nabi, Umar berusia 27 tahun. Pada awalnya dia tidak mau menerima kebenaran Risalah ini, hingga ia memusuhi Islam sampai banyak kaum muslim menderita akibat ulahnya.
Ketika terjadi peristiwa hijrah ke Habasyah, Umar melihat kaum muslim sangat memegang teguh keyakinannya, dan begitu siap menanggung beban penderitaaan karenanya, bahkan kalaupun harus berpisah dengan tanah kelahirannya. Semua itu mendorong dirinya untuk membuka hati mendengar seruan dakwah Islam.
Terdapat banyak pendapat tentang bagaimana Umar bin Khathab masuk Islam, semua itu tidak lepas dari doa Rasulullah Saw. “Ya Allah, mulaikanlah Islam dengan orang yang paling Engkau cintai dari kedua orang ini, dengan Abu Jahl bin Hisyam atau dengan Umar bin al-Khathab” (HR.at-Tirmidzi). Doa Rasulullah Saw inilah yang menjadi faktor utama Umar masuk Islam.
Keislaman Umar bin Khathab membuat Islam semakin kuat, dakwah Rasulullah Saw yang semula dilakukan dengan sembunyi-sembunyi lambat laun dilakukan dengan terang-terangan. Rasulullah Saw melihat telah tiba saatnya untuk berdakwah secara terang-terangan.
Dakwah Islam telah kuat dan dapat membela dirinya sendiri. Beliau keluar dari Darul Arqam bersama kaum muslimin dengan membentuk dua barisan. Satu
barisan dipimpin oleh Umar bin Khathab dan satu barisan lagi dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muthalib
Tatkala orang-orang Quraisy melihat Umar dan Hamzah memimpin barisan kaum muslimin, mereka terlihat sangat bersedih dan terpukul, kesedihan yang belum pernah dialami oleh kaum kafir Quraisy, saat itulah Rasulullah memberikan gelar Al- Faruq (pembeda antara yang haq dan yang bathil).
Ketika ada perintah hijrah ke Yasrib, kaum muslim melakukan perjalanan secara diam-diam karena takut mendapat serangan, Umar bin Khathab menyatakan dengan terang-terangan bahwa dia akan berhijrah, seraya berkata “barangsiapa yang menginginkan ibunya kehilangan anaknya, temuilah aku dibalik lembah ini”. Umar pun berangkat hijrah tanpa ada yang membuntuti. Umar pun tiba di Madinah dan menjadi pembantu setia Rasulullah Saw.
2. Pengangkatan Umar bin Khathab
Ketika Abu Bakar menderita sakit dan merasa sakitnya semakin parah, beliau mengumpulkan beberapa orang pemuka sahabat. Di hadapan mereka Abu Bakar mengatakan, “kalian telah melihat keadaanku seperti ini, aku kira sakit yang aku derita kali ini akan mengantarkanku kepada ajalku. Karenaanya, hendaklah kalian memilih orang-orang yang paling kalian cintai untuk menjadi pemimpin kalian. Bila kalian memilihnya selagi aku masih hidup, maka yang demikian itu lebih baik agar kalian tidak berselisih sepeninggalku”.
Inilah yang disebut sebagai wilayatul ‘ahdi. Manusia senantiasa merasa bahwa diri mereka mampu menjadi khalifah dan lebih berhak untuk itu, karena itu, jika orang-orang dibiarkan begitu saja tanpa ada pesan atau wasiat pengangkatan seseorang menjadi khalifah, maka kesatuan dan persatuan yang telah terwujud bisa terancam berserakan.
Para sahabat bermusyawarah, namun tidak ada satu orang sahabatpun yang bersedia dipilih dan pada akhirnya mengembalikan sepenuhnya kepada Abu Bakar. Dalam hal ini kemudian Abu Bakar memanggil sahabatnya, Abdurrahman bin Auf dan Usman bin Affan serta beberapa sahabat yang lain untuk dimintai pendapat tentang sosok Umar bin Khathab. Merekapun sependapat bahwa Umar bin Khathab adalah orang yang tepat untuk menjadi khalifah selanjutnya.
Ketika pendapat sudah bulat, Abu Bakar memanggil Usman bin Affan dan mendiktekkan wasiat kepadanya: “BismilLahirrahmanirrahim. Inilah pesan Abu Bakar bin Abu Quhafah kepada kaum muslim. Amma Ba’du; sesungguhnya aku telah
menunjuk Umar bin Khathab sebagai penggantiku yang akan memimpin kalian. Maka hendaklah kalian mendengar dan mematuhi dia. Hendaklah kalian berbuat kebajikan. Bila dia berlaku adil, maka itulah dugaan dan batas pengetahuanku mengenai dia. Bila dia bertindak aniaya, maka setiap orang akan memperoleh balasan dari dosa yang telah diperbuatnya. Aku hanya menghendaki kebaikan dan aku tidak mengetahui perkara yang ghaib”.
Sesungguhnya aku telah menunjuk Umar bin Khathab untuk memimpin kalian, maka dengar dan taatilah, kaum muslimin menjawab, “Kami mendengar dan kami Taat”.
Umar mulai memegang tampuk ke-Khalifahan pada hari selasa 22 Jumadil Tsani tahun 13 H, bertepatan dengan 13 Agustus tahun 634 M. Umar bin Khaathab wafat 3 Dzulhijjah tahun 23 H, dengan masa kepemimpinan 10 tahun 6 bulan 10 hari.
3. Substansi dan Strategi Dakwah Umar bin Khathab
Pada masa pemerintahan Umar bin Khathab gelombang ekspansi semakin meningkat. Setelah Damaskus berhasil dikuasai, setahun kemudian Syiria jatuh dalam kekuasaan Islam. Dengan menggunakan Syiria sebagai basis pertahanan, ekspansi
berhasil diteruskan hingga ke Mesir dibawah pimpinan Amr bin Ash dan ke Iraq dibawah pimpinan Saad bUin AJbIi WPaqUashB. DLengIaKn demikian pada masa kepemimpinan
Umar bin Khathab wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia,Palestina, Syiria,sebagian besar wilayah Persia dan Mesir. Selain perluasan wilayah, Umar bin Khathab melakukan beberapa strategi kepemimpinannya dengan beberapa hal berikut:
a. Mengatur Administrasi Negara
Dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang di Persia, Umar bin Khathab mengatur pemerintahan menjadi delapan propinsi; Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir
b. Mengeluarkan Undang-undang
Pada masa Umar mulai ditertibkannya undang-undang dengan mengadakan kebijakan peraturan perundangan mengenai ketertiban pasar, ukuran dalam jual beli dan mengatur kebersihan jalan pasar.
c. Membentuk Departeman
Beberapa departemen yang didirikan untuk menyokong roda pemerintahan adalah; jawatan kepolisian yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban, penertiban system pembayaran gaji dan pajak tanah, mendirikan pengadilan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan eksekutif, departemen pekerjaan umum dan mendirikan Baitul Mal yang pada masa Umar mulai diterbitkannya mata uang dan juga ditetapkannya tahun hijriyah dengan perhitungan hijrah Rasulullah Saw
ke Yasrib sebagai tahun pertama Hijriyah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar