Minggu, 21 Maret 2021

PERADABAN ISLAM DAULAH UMAYYAH DI ANDALUSIA

 Sejarah Lahirnya Daulah Umayyah di Andalusia

Masuknya Islam ke Andalusia menjadi angin segar bagi perkembangan Islam sekaligus menjadi awal masuknya Islam ke beberapa wilayah lainnya seperti Cordoba, Granada dan Toledo, ibukota pemerintahan Spanyol. Penaklukkan Andalusia ini terjadi pada masa pemerintahan Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) yang merupakan khalifah ke enam Daulah Umayyah di Damaskus. Jatuhnya Andalusia dan beberapa kota penting di negeri itu, membuka jalan baru bagi upaya umat Islam untuk menyebarkan Islam ke seluruh Eropa.  Secara singkat dapat dijabarkan proses lahirnya Daulah Umayyah di Andalusia sebagai berikut:

1. Penaklukan Andalusia

Sebelum Islam masuk ke Andalusia, Islam sudah telebih dahulu berkembang di Afrika  Utara.  Afrika  Utara  dijadikan  sebagai  salah  satu  provinsi  dari  Daulah Umayyah di Damaskus. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M). pada perkembangan selanjutnya ditunjuklah Musa bin Nusair sebagai gubernur di Afrika Utara. Sebelum dikuasai

Islam, kawasan Afrika Utara telah menjadi basis kekuasaan Kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothic.Setelah kawasan Afrika Utara benar-benar dapat dikuasai Islam dan menyatakan kesetiaannya terhadap pemerintahan Musa bin Nusair, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Andalusia. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi pasukan muslim untuk menaklukan Andalusia.

Proses penaklukan Andalusia melalui tahapan yang sangat panjang. Musa bin Nusair sebagai Gubernur Afrika Utara mengutus Tharif bin Malik untuk menyelidiki keadaan  Andalusia  saat  itu.  Tharif  membawa  pasukan  perang  dan  500  pasukan berkuda dan melintasi selat yang terletak diantara Maroko dan Benua Eropa. Dalam ekspedisi ini Tharif dibantu oleh Raja Julian dengan menaiki empat buah kapal milik Raja Julian, dan sukses tanpa perlawanan yang berarti.

Melihat keberhasilan Tharif bin Malik dan pasukannya, maka Musa Bin Nusair kembali melakukan ekspedisi ke Spanyol dengan membawa pasukan dalam jumlah yang lebih besar, yaitu 7000 ribu pasukan di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Pasukan Thariq bin Ziyad sebagian besar terdiri dari suku Bar-bar yang didukukng oleh Musa bin Nusair dan orang-orang Arab yang dikirim oleh Khalifah Walid bin Abdul Malik.

Tahriq bin Ziyad membawa pasukannya menyebrangi selat yang kemudian terkenal dengan selat Gibraltar (Jabal Thariq). Thariq berhasil dengan gemilang dan berturut-turut  berhasil  menaklukan  berbagai  wilayah  penting  di  Eropa  seperti Cordoba, Granada dan Toledo (ibukota kerajaan Gothic saat itu).

Dengan ditaklukkannya Andalusia, maka periode pertama Pemerintahan Daulah Umayyah Andalusia dimulai, dengan pusat pemerintahan di Damaskus. Periode pertama ini Andalusia berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Daulah Umayyah yang masih berpusat di Damaskus.

Pada periode pertama ini, situsai politik dan perekonomian belum tertata dengan baik. Sering terjadi konflik internal yang mengakibatkan melambatnya kemajuan di segala bidang. Konflik internal yang terjadi disebabkan antara lain oleh perbedaan etnis dan golongan juga terdapat perbedaan pandangan antara khalifah yang berpusat di Damaskus dengan Gubernur Afrika Utara. Periode pertama ini, Islam di Andalusia belum memasuki kegiatan pembangunan dalam bidang peradaban dan kebudayaan.

2. Peran Abdurrahman I

Keruntuhan   Daulah   Umayyah   di   Damaskus   dan   digantikan   oleh   Daulah Abbasiyah di Baghdad, menyisakan satu orang keturunan dari Daulah Umayyah yaitu Abdurrahman I yang bergelar ad-Dakhil. Abdurrahman ad-Dakhil berhasil lolos dari kejaran tentara Bani Abbasiyah yang berhasil menaklukkan Daulah Umayyah di Damaskus..

Islam mulai babak baru dengan datangnya Abdurrahman ad-Dakhil ke Andalusia. Abdurrahman mengambil kekuasaan di Andalusia pada masa Gubernur Yusuf al-Fihr. Ia kemudian memproklamirkan berdirinya Daulah Umayyah di Andalusia sebagai kelanjutan dari Daulah Umayyah di Damaskus. Oleh ahli sejarah periode ini disebut dengan  periode  kedua  pemerintahan  Daulah  Umayyah,  periode  kedua  ini  terjadi antara tahun 755-912 M.

Pada   periode   ini   umat   Islam   dibawah   kekuasaan   para   Amir   dan   mulai memperoleh kemajuan, baik dalam bidang politik maupun peradaban. Amir pertama pada periode kedua ini adalah Abdurrahman ad-Dakhil. Ia berhasil membawa kegemilangan Islam dan sukses mendirikan masjid Cordoba dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Andalusia.

 B.  Perkembangan   Peradaban   dan   Ilmu   Pengetahuan   Masa   Daulah Umayyah di Andalusia

Abdurrahman ad-Dakhil berhasil meletakkan sendi dasar yang kokoh bagi tegaknya Daulah Umayyah di Andalusia. Selama kurang lebih 32 tahun masa pemerintahannya ia mampu mengatasi berbagai tekanan dan ancaman dari dalam negeri maupun serangan dari luar. Karena ketangguhannya itu ia dijuluki Rajawali Quraisy.

Daulah Umayyah di Andalusia yang dipelopori oleh Abdurrahman Ad-Dakhil berhasil mengalami masa kejayaan selama kurun waktu tujuh setengah abad (756-1492 M) dengan amir-amir sebagai berikut:

1.    Abdurrahman Ad-Dakhil (756-788 M)

2.    Hisyam bin Abdurrahman (788-796 M)

3.    Al-Hakim bin Hisyam (796-822 M)

4.    Abdurrahman al-Ausath (822-852 M)

5.    Muhammad bin Abdurrahman (852-886 M)

6.    Munzir bin Abdurrahman (886-912 M)

7.    Abdurrahman an-Nasir (912-961 M)

 8.    Hakam al-Muntasir (961-976 M)

9.    Hisyam II (976-1009 M)

10.  Muhammad II (1009-1010 M)

11.  Sulaiman (1013-1016 M)

12.  Abdurrahman IV (1016-1018 M)

13.  Abdurrahman V (1018-1023 M)

14.  Muhammmad III (1023-1025 M)

15.  Hisyam III (1027-1031 M)

Amir-amir  tersebut  berkuasa  dengan  pembagian  beberapa  periode,  dimana periode pertama di mulai sejak Andalusia dikuasai pada masa Daulah Umayyah berpusat di Damaskus. Penguasa Andalusia pada periode kedua adalah, Abdurrrahman Ad-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausatth, Muhammad bin Abdurrahman, Munzir bin Muhammad dan Abdullah bin Muhammad. Pada periode kedua ini, Daulah Umayyah mengalami kemajuan dalam berbagai bidang.

Periode ketiga berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar an-Nasir. Pada periode ini penguasa mulai memakai gelar Khalifah, khalifah yang memimpin pada periode ketiga ini adalah Abdurrahman an-Nasir, Hakam II dan Hisyam II. Pada perode ini Daulah Umayyah Andalusia mengalami puncak kejayaan menyaingi   peradaban   Daulah   Abbasiyah   di   Baghdad.   Abdurrahman   an-Nasir membangun universitas Cordoba dilengkapi dengan perpustakaan yang mempunyai koleksi ribuan buku, pembangunan kota berlangsung sangat cepat, masyarakat mendapatkan kesejahteraan dan kemakmurannya.

Periode keempat terjadi antara tahun 1013-1086 dimana mulai terlihat melemah karena terpecah-pecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil (Mulk at Thawaif) di bawah pemerintahan raja-raja golongan yang berpusat di Seville. Munculnya Mulk at Thawaif ini sangat berpengaruh terhadap eksistensi Daulah Umayyah.

Periode kelima berlangsung dari tahun 1086-1248, pada periode ini muncul kekuatan yang dominan yaitu Daulah Murabithun yang berasal dari Afrika Utara yang sedikit banyak membantu umat Islam di Andalusia dari serangan orang-orang Kristen.

Periode keenam berlangsung dari tahun 1248-1492, pada periode ini kekuasaan Islam hanya di daerah Granada yaitu di bawah kekuasaan Bani Ahmar. Peradaban ini dibangun kembali sehingga sempat mengalami kemajuan seperti pada pemerintahan Abdurrahman an-Nasir. Namun secara politik jangkauan daulah ini hanya berkuasa di wilayah  yang  sangat  kecil,  sehingga  berakhirlah  kekuasaan  Daulah  Umayyah  di Andalusia pada periode keenam.

Selama  kurang  lebih  tujuh  setengah  abad  Daulah  Umayyah  di  Andalusia (Spanyol) berkuasa, banyak prestasi dan kemajuan yang sudah dicapai, bahkan pengaruhnya membawa Eropa kepada kemajuan. Puncak kejayaan Islam di Andalusia terjadi pada periode ketiga (912-1013 M) dimulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang brgelar an-Nasir, pada periode ini Islam di Andalusia mencapai puncak kejayaan dan kemajuan, menyaingi kejayaan Daulah Abbasiyah di Baghdad. 

Kemajuan-kemajuan tersebut antara lain:

1. Ilmu Pengetahuan dan Sains

Spanyol adalah kota yang subur, kesuburannya mendatangkan penghasilan ekonomi yang  tinggi  dan  banyak  menghasilkan  pemikir-pemikir  berkualitas.  Masyarakat muslim   Spanyol   merupakan   masyarakat   yang   majemuk   terdiri   dari   berbagai komunitas, antara lain; al-Muwalladun (orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (orang  Islam  yang  berasal  dari  Afrika  Utara),  ash-Shaqalibah  (penduduk  daerah antara Konstantinopel dan Burgaria  yang menjadi tawanan Jerman dan kemudian dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab. Semua komunitas  itu  memberikan  saham  intelektual  terhadap  terbentuknya  lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra dan pembangunan fisik di Spanyol. Kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang dicapai pada masa ini, antara lain:

a. Filsafat

Atas inisiatif Hakam II, karya-karya ilmiah dan filsafat diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordoba dengan perpustakaan dan universitasnya yang lengkap mampu menyaingi kemajuan Daulah Abbasiyah di Baghdad. Tokoh pertama dalam sejarah Filsafat Spanyol  adalah  Abu Bakar Muhammad ibn as- Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajah, ia tinggal di Granada dengan karyanya yang terkenal tadbir al-Mutawahid. Pada masa itu di Timur ada al-Farabi dan Ibnu Sina.

Tokoh kedua  adalah Abu bakar Ibnu Tufail yang berasal dari Wady sebuah kota kecil di Timur Granada, ia banyak menulis masalah filsafat, astronomi dan juga kedokteran. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan. Tokoh lain  yaitu Ibu Rusyd dari Cordoba, yang menjadi ciri khas dari Ibnu Rusyd adalah kecermatannya dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian

 filsafat dan agama. Karya-karyanya yang terkenal adalah Mabadi Falasifah, Kulliyat, Tafsir Urjuza, Kasfu Afillah. Selain ahli filsafat, ia juga seorang ahli Fikih dengan karya besarnya Bidayah al-Mujtahid, dan karya dalam bidang kedokteran dengan judul al-Hawi.

b. Sains

Dalam hal sains pada masa ini banyak bermunculan ilmu-ilmu seperti; kedokteran, matematika, kimia, astronomi, dan geografi. Abbas ibn Fams terkenal sebagai ahli dalam ilmu kimia dan astronomi sekaligus sebagai orang yang pertama kali menemukan pembuatan kaca dari batu. Ahmad bin Ibas ahli dalam bidang obat-obatan, dalam ilmu Geografi ilmuwan yang terkenal adalah Ibu Jubair yang menulis tentang Negeri-negeri Muslim Mediterania dan Sicilia. Ibnu Batutah juga salah satu ilmuwan yang terkenal hingga Samudra Pasai dan Cina.

Dalam bidang matematika, melalui buku terjemahan karya Ibrahim al-Fazari, seorang pakar matematika bernama Nasawi berhasil memperkenalkan angka-angka India seperti 0,1,2 hingga 9, hingga angka-angka  India di Eropa lebih dikenal dengan angka Arab. Para ahli dalam bidang kedokteran antara lain:

1.   Thabib ibn Qurra’ ia dianggap sebagai bapak ilmu Kimia


2.   Ar-Razi atau Razes, karyanya yang terkenal dalam bidang penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan dalam bahasa latin

3.   Ibnu Sina, di Eropa disebut dengan Avicena, selain sebagai filosof juga seorang dokter dan ahli musik. Karyanya yang terkenal adalah Shafa, Najat, Sadidiya, Danes Nomeh dan al-Qanuun fi at-Thib (buku tentang kedokteran yang diterjemahkan kedalam bahasa latin).

c. Fikih

Dalam bidang fikih, Islam di Spanyol menganut Madzhab Maliki yang diperkenalkan pertama kali oleh Ziyad bin Abd ar-Rahman. Dalam perkembangannya dipegang oleh seorang Qadhi yaitu Ibnu Yahya. Ahli-ahli Fiqh lainnya adalah Abu Bakar ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Said al-Baluthi dan Hazm.

d. Sejarah

Orang yang pertama kali mengemukakan teori perkembangan sejarah adalah Ibnu Khaldun melalui karyanya yang berjudul Muqaddimah. Buku ini menjadi tumpuan studi  ilmuwan-ilmuwan  barat,  beliau  juga  merupakan  perumus filsafat  sejarah. Karya-karya Ibu Khaldun mampu memberikan sumbangan dan pengaruh dalam pemikiran-pemikiran ilmuwan barat. Ahli sejarah lainnya adalah Yahya bin Hakam seorang penyair yang dikenal dengan al-Gazzal, juga Abu Bakar Ibn Muhammad yang terkenal dengan Ibn al-Quthiyah dengan karyanya berjudul Tarikh Iftitah al- Andalus memiliki nilai tersendiri, karena penafsirannya mengenai peristiwa- peristiwa di Spanyol yang sebelumnya tidak diketahui oleh orang Arab.

2. Peradaban dan Pembangunan

Banyaknya  peninggalan  monumental  yang  hingga  sekarang  masih  bisa  dilihat, menjadi saksi sejarah akan perhatian yang sangat besar dari pemerintahan Daulah Umayyah  Andalusia  terhadap  kemajuan pembangunan  fisik,  salah  satunya  adalah sebagai berikut:

c. Cordoba

Cordoba merupakan ibukota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian dikuasai oleh Daulah  Umayyah.  Kota  ini  dibangun  dan  diperindah.  Taman  dan  jembatan dibangun dengan indah di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Di sekitar ibukota berdiri istana-istana megah yang semakin mempercantik kota Cordoba. Di Cordoba  dibangun  masjid  raya  Cordoba,  ada  juga  Istana  Damsyik  disana.

Keindahan  Cordoba  semakin  nyata  manakala  fasilitas-fasilitas umum  dibangun dengan rapih dan dilenUgkaJpiIdePngUan sBaluLranIaKir yang panjangnya mencapai 80 km.

terdapat juga Al-Qasr al-Kabir yang didalamnya terdapat gedung-gedung istana yang megah, Rushafat, merupakan Istana yang dikelilingi oleh taman yang berada disebelah barat laut Cordoba.

d. Granada

Granada merupakan pusat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Arsitektur bangunannya sangat terkenal di seluruh Eropa. Disana terdapat Istana al-Hambra yang indah dan megah merupakan pusat dan puncak ketinggian arsitektur di Spanyol kala itu. Kisah tentang kemajuan seni arsitektur terlihat juga dengan bangunan istana-istana megah lainnya seperti, Istana al-Gaza, Menara Girilda, al- Zahra kota satelit di bukit Sierra Monera, kota ini dilengkapi dengan masjid tanpa atap dan air mengalir ditengah masjid sangat unik dan indah.

Kemajuan yang dicapai di Andalusia bukan datang dengan tiba-tiba, melainkan banyak faktor yang menjadi pendukungnya, yaitu:

1. Heterogenitas  komposisi  masyarakat  tadi  Andalusia  mendorong  terciptanya  iklim intelektual yang maju. Islam datang dengan semangat toleransi yang begitu tinggi, dengan semangat itu telah mengakhiri kezaliman keagamaan yang sudah berlangsung sebelumnya.

2. Adanya semangat kesatuan budaya Islam yang timbul pada pemikiran ulama dan para ilmuwan.

3. Persaiangan  antara  Mulk  at-Tawaif  (kerajaan-kerajaan  kecil)  justru  menyebabkan perkembangan peradaban di sekitar Cordoba. Semuanya bersaing ingin menandingi Cordoba dalam hal ilmu pengetahuan, satra, seni dan kebudayaan.

4. Adanya dorongan dari para penguasa yang mempelopori kegiatan ilmiyah, sehingga muncul ilmuwan-ilmuwan yang kompeten dalam bidangnya.

C.  Kemunduran Daulah Umayyah di Andalusia

Masyarakat Andalusia masih menganggap kehadiran Islam di Negara mereka merupakan ancaman dan juga penjajah bagi mereka, keadaan ini memperkuat nasionalisme  masyarakat  Kristen  Andalusia.  Akhirnya  setelah  kurun  waktu  tujuh setengah abad Daulah Umayyah berkuasa mulai mengalami masa kelemahan, disamping faktor diatas ada beberapa faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Daulah Umayyah di Andalusia:

1. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan

Tidak adanya peraturan tentang pola pemilihan dan pengalihan kepemimpinan menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Sistem monarki membuat masing-masing ahli waris merasa berhak untuk menjabat sebagai pemimpin setiap ada kekosongan kepemimpinan. Karena faktor itulah muncul kerajaan-kerajaan dan kekuatan kecil di sekitar Andalusia, munculnya Muluk at-Tawaif ini juga yang memperparah keadaan sehingga Granada sebagai pusat kekuasaan Islam terakhir di Andalusia, jatuh ketangan Ferdinand dan Isabella.

 2. Tidak adanya Ideologi Pemersatu

Orang-orang pribumi enggan untuk menerima para muallaf menjadi bagian dari mereka. Akibatnya kelompok etnis non Arab sperti etnis Salvia dan Barbar   sering menggrogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosial dan ekonomi negeri tersebut, ini menunjukan tidak adanya idiologi yang member makna persatuan, disamping juga tidak adanya figure yang menjadi pengaut idiologi tersebut.

3. Keterpurukan Ekonomi

Kegigihan  para  penguasa  mengembangkan  ilmu  pengetahuan  dan  sedikit mengabaikan perkembangan perekonomian mengakibatkan timbul kesulitas ekonomi yang memberatkan dan berpengaruh terhadap perkembangan politik dan militer.

4. Terasing

Islam di Andalusia bagaikan negeri kecil yang terpencil dan terasing, ia jarang mendapatkan perhatian dan bantuan kecuali dari Afrika Utara. Hal ini mengakibatkan tidak ada yang membantu membendung kebangkitan Kristen di wilayah Andalusia. Kekuatan Kristen inilah yang lambat laun mulai menggrogoti Islam di Andalusia.


KEMATIAN SERTA ALAM BARZAKH

 A.  Kematian

Seluruh yang bernyawa pasti akan mengalami kematian, termasuk di dalamnya adalah manusia. Bagi manusia, kematian merupakan pintu gerbang untuk memasuki alam akhirat. Tidak ada  manusia yang  lolos dari kematian. Namun demikian, hanya sedikit yang mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang pasti datang tersebut. Orang yang lalai menyambut datangnya kematian, akan mengalami kematiannya dengan sebutuan su’ul khatimat, tetapi bagi orang yang senantiasa mempersiapkan diri untuk menyambut kematian dengan beramal saleh dan berharap rida Allah Swt., maka baginya adalah husnul khatimah. Tentang kepastian datangnya kematian ini, Allah Swt., berfirman:

ََArtinya: tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.(QS. Al-Ankabut [29]: 57)

Allah Swt. telah menginformasikan kepada seluruh umat manusia, bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian. Hanya Allah Yang Maha Hidup, tidak akan mati. Adapun jin, manusia, malaikat, semua akan mati. Kematian merupakan sesuatu yang sangat menakutkan.  Maut merupakan ketetapan Allah Swt. yang akan mendatangi seluruh orang yang hidup dan tidak ada yang dapat menolak maupun menahannya. Maka   kita harus menyiapkan diri untuk menghadapinya dengan keimanan  dan amal saleh.

Di masa modern ini memang ada banyak usaha untuk memperpanjang umur. Namun semuanya gagal. Ini setelah ditemukan bahwa sel akan mati, karena kematian ada di dalamnya. Inilah yang diinformasikan Rasulullah Saw. berikut: “Wahai para hamba Allah, berobatlah, karena Allah selalu memberikan obat untuk semua penyakit kecuali ketuaan,” (HR. Ahmad). Pada QS. al-Mulk (67): 2, Allah Swt. berfirman: Artinya: yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS. Al-Mulk [67]: 2)

Pada ayat ini, kita mendapati bagaimana Allah membicarakan kematian sebelum kehidupan. Allah menginformasikan kepada kita bahwa kematian adalah makhluk  seperti kehidupan. Orang jahiliah menduga bahwa kematian itu datang secara tiba-tiba dan membabi buta. Padahal ada proses yang luar bisa, yang sangat mirip dengan program komputer. Para ahli memastikan bahwa  kematian itu sudah diprogram sedemikian rupa oleh Allah Swt. yang setiap orang akan mengalaminya, yaitu  ada pada setiap sel tubuh. Program kematian dimulai bersamaan dengan sel pertama yang menjadi bahan dasar manusia. Program ini mendampingi manusia hingga ia menemui ajalnya dengan sistem luar biasa yang tidak ada cela sama sekali. Allah Swt. berfirman:

Artinya: Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya? Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, (QS. Al-Waqi’ah [56]: 58-60)

Dengan demikian, kematian pastilah datang. Kemanapun manusia lari, dan di manapun  manusia bersembunyi  untuk  menghindari  kematian,  maka  apabila kematian sudah saatnya datang, maka tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya. Allah Swt. berfirman: Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah  kamu kerjakan".  (QS. Al-Jumu’ah [62]: 8)

Dalam ajaran agama-agama samawi, kematian mempuyai peranan yang sangat besar dalam memantapkan akidah serta menumbuhkembangkan semangat pengabdian. Tanpa pemahaman yang tepat tentang kematian, manusia tidak akan berpikir tentang apa sesudah   mati,   dan   tidak   akan   mempersiapkan   diri   menghadapinya.   Al-Qur’an menjelaskan  kehidupan dunia dengan istilah al-hayat ad-dunya (kehidupan yang rendah), dan kehidupan akhirat dengan istilah al-hayawan (kehidupan yang sempurna), sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-‘Ankabut (29): 64 berikut: Artinya:  Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya  kehidupan. (QS. Al-‘Ankabut [29]: 64)

Satu-satunya jalan untuk mendapatkan kenikmatan dan kesempurnaan itu adalah kematian. Al-Raghib al-Isfahani menjelaskan: “Kematian yang dikenal sebagai perpisahan ruh dari badan, merupakan sebab yang mengantar manusia menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain.” Ada beberapa istilah yang digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan kematian, antara lain al-wafat (wafat), imsak (menahan), sebagaimana firman-Nya:

Artinya: Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS. Az-Zumar [39]: 42)

Dalam ayat yang lain, Allah menyipati kematian sebagai musibah/malapetaka. Istilah ini ditujukan kepada manusia yang durhaka, atau terhadap mereka yang ditinggal mati. Pengertian ini dimaksudkan bagi orang-orang yang ditinggalkan, dan sekaligus bagi mereka  yang  mati  tetapi  tidak  membawa  bekal  yang  cukup  untuk  hidup  di  negeri seberang, sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Māidah [5]: 106.

B.  Keadaan Orang Mati

Umur seseorang di dunia ini adalah salah satu takdir Allah yang sudah ditetapkan kepada yang bersangkutan. Jika ia mempergunakannya untuk mengerjakan amal-amal yang bermanfaat, baginya di akhirat kelak akan mendapatkan keuntungan, begitu juga sebaliknya jika dipergunakan untuk kemaksiatan dan belum sempat bertaubat ketika ajal menjemput, maka dia termasuk golongan orang-orang yang merugi.

Orang yang  takut akan akibat perbuatan dosa,  adalah termasuk orang yang cerdas, karena dia menyadari sebelum dosa-dosanya itu menjadi penyebab kehancurannya, maka dia akan segera bertaubat, dan tidak akan mengulanginya. Ibnu Mas’ud berkata: “Seseorang yang beriman setiap kali melihat dosanya, ia seolah-olah sedang duduk di bawah gunung dan khawatir gunung itu menimpa dirinya.” (HR. Bukhari). Untuk itu, orang yang cerdas akan selalu berusaha memperbaiki diri sehingga di akhir hayatnya akan berada dalam keadaan yang baik (husnul khatimah),   jangan sampai di akhir hayatnya dalam keadaan yang buruk (su’ul khatimah).

Proses kematian yang dialami seseorang berbeda-beda. Allah Swt. menginformasikan tentang bagaimana malaikat Izrafil melaksanakan tugas mencabut nyawa. Ada yang dicabut dengan keras, seperti dicabutnya duri dari kapas, tetapi ada yang dicabut dengan lemah lembut, seperti orang tidur.Allah Swt. berfirman:

 Artinya: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat- malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut. (QS. An-Nāzi’āt [79]:1-2)

Orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan menghadapi kematian dengan tenang, karena dalam dirinya ada kesadaran bahwa kematian itu pasti datang, bahkan Allah Swt.  telah  menginformasikan  bahwa  malaikat  akan  turun  untuk  menghiburnya dengan  kabar  gembira  tentang  surga  yang  dijanjikan.  Hal  tersebut  difirmankan  oleh Allah. Swt. dalam QS. Fushilat (41): 30 berikut:  Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan  mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu" (QS. Fushilat [41]: 30)

 Tetapi bagi orang  kafir,  malaikat akan mendatanginya dengan membentaknya dan memukul muka dan belakang mereka seraya menyampaikan informasi tentang balasan orang  kafir, yaitu neraka yang akan membakarnya. Hal itu diinformasikan Allah dalam QS. al-Anfāl (8): 50. Artinya:   Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri). (QS. Al-Anf Anfāl [8]: 50)

Adapun orang ẓalim, akan didatangi malaikat dengan membentak dan memukulny seraya menyampaikan informasi tentang balasan orang ẓalim, yaitu  siksaan yang sangat menghinakan. Allah swt. berfirman:

Artinya:  Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,  (sambil  berkata):  "Keluarkanlah  nyawamu"  Di  hari  ini  kamu dibalas   dengan   siksa   yang   sangat   menghinakan,   karena   kamu   selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS. Al-An’am [6]: 93)

1.   Husnul Khatimah

a.   Pengertian husnul khatimah

Istilah husnul khatimah sudah menjadi kosa kata yang sering kita dengar dalam  percakapan  sehari-hari.  Istilah  ini  digunakan  untuk  mengungkapkan keadaan   orang yang meninggal dunia dalam keadaan baik.   Allah swt. mengingatkan   kepada   orang-orang   yang   beriman   agar   senantiasa   menjaga keislamannya sampai ajal datang, sebagaimana firman-Nya:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar- benar   takwa   kepada-Nya;   dan   janganlah   sekali-kali   kamu   mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran [3]: 102)

Begitu juga Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk menjaga kemurnian  akidahnya  dengan  cara  hanya  menyembah  kepada  Allah  sampai dengan datangnya sesuatu yang pasti (kematian). Allah Swt. berfirman: Artinya: Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (QS. Al-Hijr [15]: 99)

Oleh karena itulah, seorang muslim harus berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keimanannya sehingga ketika meninggalkan alam fana ini dalam keadaan husnul khatimah. Apabila telah khilaf dalam perbuatan dosa dan maksiat maka segera memohon ampun kepada Allah Swt, seraya bertaubat dengan taubatan nashuha, dan menebus kesalahan tersebut dengan amal  yang baik.  Rasulullah Saw.bersabda:

Artinya:  “Apabila  Allah  menghendaki  kebaikan  pada  hambanya,  maka  Allah memanfaatkannya”. Para sahabat bertanya,”Bagaimana Allah akan memanfaatkannya?” Rasulullah menjawab,”Allah akan memberinya taufiq untuk beramal saleh sebelum dia meninggal.” (HR. Ahmad, Tirmidzi).

b.  Tanda-tanda husnul khatimah

Pertanda orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah   ada yang hanya diketahui oleh orang yang sedang sakaratul maut, dan ada pula yang diketahui oleh orang lain. Tanda husnul khatimah, yang hanya diketahui hamba yang mengalaminya, yaitu diterimanya kabar gembira saat sakaratul maut, berupa ridha Allah sebagian anugerah-Nya. Allah Swt. berfirman:

Artinya:  “Sesungguhnya  orang-orang  yang  mengatakan:  “Rabb  kami  ialah Allah,”   kemudian   mereka   meneguhkan   pendirian   mereka,   maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat [41]: 30).

Kabar gembira ini diberikan ketika seseorang sedang mengalami  sakratul maut, di dalam kubur dan ketika dibangkitkan dari kubur,    Rasulullah Saw.bersabda:

Artinya: “Barangsiapa yang suka bertemu Allah, maka Allahpun suka untuk bertemu dengannya. Dan barangsiapa tidak suka bertemu Allah, maka Allah pun benci untuk bertemu dengannya”. ‘Aisyah bertanya,”Wahai Nabiyallah! Apakah (yang dimaksud) adalah benci kematian? Kita semua  benci  kematian?”  Rasulullah  menjawab,”Bukan  seperti  itu. Akan tetapi, seorang mukmin, apabila diberi kabar gembira tentang rahmat dan ridha Allah serta Surga-Nya, maka ia akan suka bertemu Allah. Dan sesungguhnya, orang kafir, apabila diberi kabar tentang azab Allah dan kemurkaan-Nya, maka ia akan benci untuk bertemu Allah, dan Allahpun membenci bertemu dengannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Nawawi berkata, ”Secara syari’at, kecintaan dan kebencian yang diperhitungkan adalah pada saat sakratul maut yaitu pada saat taubat tidak diterima  (lagi).  Ketika  itu,  semuanya  diperlihatkan  bagi  yang  sedang  naza’ (proses pengambilan nyawa), dan akan nampak baginya tempat kembalinya.”

Nasib seseorang di alam barzakh   dan di akhirat sangat ditentukan oleh keadaannya pada saat menghadapi sakratul maut. Apabila pada akhir hidupnya diakhiri dengan baik (husnul khatimah), maka dia akan mendapatkan kebahagiaan di di alam kubur dan seterusnya. Apabila pada akhir hayatnya di akhiri dengan su’ul khatimah, maka akan mendapatkan siksa yang berkepanjangan. Rasulullah

Saw.bersabda:

 Artinya:  “Sesungguhnya  amalan  itu  (tergantung)  dengan  penutupnya”.  (HRBukhari dan lainnya)

Oleh  sebab  itulah  orang-orang  yang  saleh  selalu  mempersiapkan  diri dengan  amal  saleh  dan     melanggengkan  ẓikir  kepada  Allah  Swt.  Mereka melakukan amal saleh tanpa putus, merendahkan diri kepada Allah Swt. agar Allah Swt. memberikan kekuatan untuk tetap istiqamah sampai akhir hayatnya.

Allah Swt. berfirman Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri) ”. (Ali Imran [3]: 102)

Imam Muslim ra. meriwayatkan   hadiś dalam Shahih-nya, dari Abdullah bin Amr bin Ash ra.  dia mengatakan :

َArtinya:“Saya mendengar Rasulullah Saw. .,  bersabda : “Sesungguhnya kalbu- kalbu keturunan Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikannya sesuai kehendakNya,” kemudian Rasulullah Saw. ., berdoa: “Ya Allah, Dzat yang membolak- balikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatan-Mu”.  (HR. Muslim)

Tanda-tanda orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah di antaranya adalah:

1)  Mengucapkan kalimat tauhid menjelang ajal.

Dalilnya adalah hadiś riwayat al-Hakim dan lainnya, bahwasannya Rasullullah

Saw. bersabda  Artinya: “Barangsiapa yang akhir ucapannya la ilaha illallah , maka ia masuk

surga”. (HR. Hakim)

2)  Meninggal  dunia  di  jalan  Allah,  meninggal  dalam  keadaan  sabar  ketika ditimpa penyakit pes, TBC, sakit perut, radang selaput dada, tenggelam.

 Artinya:  “Siapakah  orang  yang  syahid  menurut  kalian?”  Para  sahabat menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, maka ia syahid”.

Rasulullah bersabda,”Kalau begitu, orang yang mati syahid dariumatku  sedikit,”  mereka  bertanya,”Kalau  begitu,  siapa  wahai Rasulullah?”  Beliau    menjawab,”Orang  yang  terbunuh  di  jalan Allah, ia syahid. Orang yang mati di jalan Allah, maka ia syahid. Orang yang mati karena sakit tha’un, maka ia syahid. Barangsiapa yang mati karena sakit perut, maka ia syahid. Dan orang yang (mati) tenggelam adalah syahid”. (HR. Muslim)

3)  Meninggal pada   hari Jum`at. Rasulullah Saw. bersabda :

Artinya: “Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum`at atau malam Jum`at,  melainkan  Allah  akan  menjaganya  dari  fitnah  (siksa) kubur”. (HR Ahmad dan Tirmidzi)

 4)  Bagi  wanita,    meninggal  saat  melahirkan,  ataupun  meninggal  saat  sedang hamil, Rasulullah Saw.bersabda: Artinya: “Dan wanita yang dibunuh anaknya (karena melahirkan) masuk golongan syahid, dan anak itu akan menariknya dengan tali pusarnya ke Surga.” (HR. Ahmad)

5)  Meninggal karena sedang ribath (menjaga wilayah perbatasan), Rasulullah

Saw.bersabda: Artinya:  “Berjaga-jaga  sehari-semalam  (di  daerah  perbatasan) lebih  baik

daripada   puasa   beserta   salat   malamnya   selama   satu   bulan.

Seandainya  ia  meninggal,  maka  pahala  amalnya  yang  telah  ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rizki baginya, dan ia terjaga dari fitnah”. (HR. Muslim)

6)  Meninggal dalam keadaan melakukan amal saleh, Rasulullah Saw.bersabda: Artinya: “Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah karena mencari wajah (pahala)  Allah  kemudian  amalnya  ditutup  dengannya,  maka  ia masuk surga. Barangsiapa berpuasa karena mencari wajah Allah kemudian amalnya diakhiri dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa bersadaqah kemudian itu menjadi amalan terakhirnya, maka ia masuk surga. (HR Imam Ahmad dan selainnya)”.

7)  Meninggal karena mempertahankan harta dari perampokan atau pembegalan.

 Artinya:  Dari  Abu  Hurairah  Ra.,  ia  berkata  bahwa  ada  seseorang  yang menghadap   Rasulullah   Saw.   .,ia   berkata,   “Wahai   Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seseorang yang mendatangiku dan ingin  merampas  hartaku?”  Beliau  bersabda,  “Jangan  kau  beri kepadanya.” Ia bertanya lagi, “Bagaimana pendapatmu jika ia ingin membunuhku?” Beliau bersabda, “Bunuhlah dia.” “Bagaimana jika ia  malah  membunuhku?”,  ia  balik  bertanya.  “Engkau  dicatat syahid”,     jawab     Nabi Saw.     “Bagaimana     jika     aku     yang membunuhnya?”, ia bertanya kembali. “Ia yang di neraka”, jawab Nabi Saw.(HR. Muslim).

c.   Upaya mendapatkan husnul khatimah

1)  Melakukan ketaatan  kepada Allah secara terus-menerus, menjauhkan diri dari perbuatan syirik, Allah Swt. berfirman:  Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan   sebenar-benar   takwa,   dan   janganlah   kalian   mati melainkan  dalam  keadaan  muslim  (berserah  diri) ”.  (QS.  Ali Imran [3]: 102)

2)  Berdoa kepada Allah Swt. dengan sungguh-sungguh agar meninggal dalam keadaan husnul khatimah

3)  Berusaha untuk selalu memperbaiki diri, secara lahir dan batin.

2.   Su’ul Khatimah

a.   Pengertian su’ul khatimah

Su’ul artinya   jelek   atau   buruk   dan khatimah artinya   penutup.   Yang dimaksud dengan su’ul khatimah adalah penutup kehidupan dunia yang buruk, seperti seseorang meninggal dunia dalam keadaan durhaka kepada Allah Swt. ataupun orang yang meninggal ketika sedang melaksanakan maksiat.

Allah Swt. telah mendeskripsikan tentang orang-orang yang beriman itu mempunyai dua sikap dalam hidupnya. Pertama, sikap takut yang besar kepada Allah.  Kedua,  sikap  tekat/kemauan  yang kuat  untuk  berbuat  sebaik  mungkin, sebagaimana firman-Nya:Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun),dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka   itu   bersegera   untuk   mendapat   kebaikan-kebaikan,   dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. (QS. Al- Mukminum [23]: 57-61)

 Karena beriman akan datangnya kematian, dan akan adanya hisab, maka orang-orang beriman itu selalu takut (khauf) kepada Allah. Rasa takutnya kepada Allah ini diwujudkannya dengan penuh harap akan datangnya pertolongan dari Allah Swt. sehingga mereka selalu menjaga diri untuk sesegera mungkin untuk melakukan amal kebaikan. Mereka selalu beramal baik dalam rangka menghindari akhir hayat yang buruk (su’ul khatimah)

b.  Tanda-tanda su’ul khatimah

1)  Sulit  dibimbing  mengucapkan  ẓikir/lā  ilāha  illallāh  ketika  menghadapi sakratul maut.

2)  Sering melalaikan salat.

3)  Suka mengkonsumsi khamar.

4)  Durhaka kepada orang tua.

5)  Suka berbuat zalim terhadap orang lain.

6)  Melakukan dosa besar, keji, dan tidak mau bertaubat kepada Allah swt.

c.   Sebab-sebab su’ul khatimah

a.   Rusaknya aqidah (keyakinan). b.   Menunda-nunda taubat.

c.   Adanya ketergantungan kepada dunia, dan terjerumus kepada jalan-jalan yang terlarang.

d.   Menyeleweng dari jalan yang lurus dan menolak terhadap kebenaran serta petunjuk.

e.   Gandrung kepada kemaksiatan.

b.   Bunuh diri dengan segala macam caranya.

 

C.  Alam Barzakh  (Alam Kubur)

1.   Pengertian Barzakh

Kamus  Istilah  Keagamaan   yang  diterbitkan   oleh  Puslitbang  Lektur  dan Khazanah   Keagamaan   Badan   Litbang   dan   Diklat   Kementerian   Agama   RI menjelaskan Barzakh   )حزرب(  sebagai berikut:    (1) Alam transisi antara dunia dan akhirat sebagai tempat roh orang mati berada (alam yang memisahkan kehidupan dunia dengan akhirat); (2) Keadaan seorang sufi yang mengalami fana dan baqa yang seakan-akan terhalang atau terpisah dari kesadaran tentang lingkungan sosialnya; (3) penghalang,  pembatas  di  antara  dua  hal  atau  kawasan.  Adapun  yang  dimaksud barzakh dalam bahasan ini adalah sebagaimana yang terdapat dalam nomor 1.

Al-Qur’an menyebutkan sebanyak tiga kali, yaitu dalam QS. al-Mu’minun (23)

: 100, QS. ar-Rahman (55) : 20, dan dalam QS. al-Furqan (25) : 53, namun hanya surah Mukminun yang memiliki makna yang sesuai dengan pembahasan ini:

Artinya:  “(Demikianlah  keadaan  orang-orang  kafir  itu),  hingga  apabila  datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:” Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia ), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Mukminun [23]: 99-100)

Sedangkan secara terminologi, barzakh didefinisikan sebagai suatu  alam yang terdapat di antara dunia dan akhirat, yang pada saat itu ruh manusia yang sudah meninggal   dunia   berada   di   alam   tersebut   untuk   menunggu   datangnya   Hari Kebangkitan (yaum al-ba’ts), yang merupakan awal dari kehidupan akhirat. Dengan definisi ini, barzakh dimaksudkan sebagai suatu alam atau tempat yang merupakan terminal persinggahan ruh manusia setelah kematian, yaitu setelah ruh terpisah dari jasadnya.  Di  alam  barzakh  inilah  ruh  manusia  berada  dan  menunggu  sampai datangnya hari kebangkitan yang juga lazim disebut hari kiamat.

2.   Keadaan Mayit dan Ruh  Di Alam Barzakh

Setelah mayit dikubur, maka kubur akan menghimpit dan menjepit dirinya. Tidak seorangpun   dapat selamat dari himpitannya. Beberapa hadiś menerangkan bahwa kubur menghimpit Sa’ad bin Muadz  Ra., padahal kematiannya membuat ‘arsy bergetar, pintu-pintu langit terbuka, serta malaikat sebanyak tujuh puluh ribu menyaksikannya.   Imam   an-Nasa’i   meriwayatkan   dari   Ibn   Umar   Ra.,   bahwa Rasulullah   Saw. bersabda :Artinya: Inilah yang membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit dibuka, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh ia dihimpit dan dijepit (oleh kubur), akan tetapi kemudian dibebaskan.” (HR. An-Nasa’i)

Di samping itu, kondisi alam kubur adalah gelap gulita. Rasulullah Saw.bersabda sehubungan dengan kematian seorang sahabat yang biasa menyapu di masjid Nabawi sebagai berikut: Artinya: Dari sahabat Abu Hurairah Ra.,bahwa seorang wanita hitam atau seorang pemuda yang biasa menyapu di masjid Nabawi pada masa Rasulullah. Rasulullah Saw..,tidak mendapatinya sehingga beliau Saw., menanyakannya. Para  sahabat  menjawab,  ‘Dia  telah  meninggal’.  Beliau  Saw.,  berkata,

‘Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?’ Abu Hurairah berkata,

‘Seolah-olah  mereka  meremehkan  urusannya’.  Beliau  Saw.,  bersabda,

‘Tunjukkan kuburnya kepadaku’. Lalu mereka menunjukkannya, beliau pun kemudian menyalati wanita itu, lalu bersabda, “Sesungguhnya kuburan- kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi para penghuninya, dan sesungguhnya Allâh Swt. menyinarinya bagi mereka dengan  salatku terhadap mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hani’ Ra,, bekas budak Utsman bin Affan Ra. berkata, “Kebiasaan Utsman bin Affan  jika  berhenti   di   sebuah   kuburan,   beliau  menangis   sampai   membasahi janggutnya. Lalu beliau ditanya, ‘Disebutkan tentang surga dan neraka tetapi engkau tidak  menangis.  Namun  engkau  menangis  dengan  sebab  ini  (melihat  kubur), (Mengapa demikian?)’ Beliau, ‘Sesungguhnya Rasulullah Saw.., bersabda, (yang artinya) ‘Kubur adalah persinggahan pertama dari (persinggahan-persinggahan) akhirat. Bila seseorang selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih mudah darinya; bila seseorang tidak selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih berat darinya.’ Rasulullah Saw.juga bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur.’” (HR. at-Tirmidzi dan ibnu Majah).

Adapun keberadaan ruh di alam barzakh akan terus seperti apa adanya, dan tidak akan hancur ataupun punah. Ruh manusia tetap eksis dan tidak akan hancur, karena ruh manusia itu ciptaan yang berasal dari ruh Tuhan. Oleh sebab itu, ruh dalam ajaran Islam ditegaskan tidak akan hancur dan akan terus ada, sebagaimana dijelaskan Allah dalam QS. al-Sajdah (32):9, QS. al-Hijr (15): 29, QS. Sad (38): 72, QS. al- Anbiya’ (21): 91, dan QS. al-Tahrim (66): 12.   Pada ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa setelah Allah menyempurnakan kejadian bentuk jasmani manusia, kemudia ditiupkan ke dalamnya ruh. Itulah sebabnya ketika kematian tiba, dan kemudian jasad manusia dikebumikan dan hancur, ruh tetap ada dan tidak akan punah.

3.   Fitnah (Ujian) Kubur

Jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kubur, dua malaikat akan mendatanginya   dan   memberikan   pertanyaan-pertanyaan.   Inilah   yang   dimaksud dengan fitnah (ujian) kubur. Dalam hadiś shahih riwayat Imam Ahmad  dari sahabat al-Barro  bin  ‘Azib  Ra.,  Rasulullah  Saw.bersabda  yang  artinya:  Kemudian  dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya, lalu keduanya bertanya, “Siapakah Rabbmu ?” Dia (si mayyit) menjawab, “Rabbku adalah Allâh”. Kedua malaikat itu bertanya,    “Apa    agamamu?”Dia    menjawab:    “Agamaku    adalah    al-Islam”. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab, “Beliau utusan Allâh”.Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah ilmumu?” Dia menjawab, “Aku membaca kitab Allâh, aku mengimaninya dan membenarkannya”. Lalu seorang penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari surga), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga. Maka datanglah kepadanya bau dan   wangi   surga.   Dan   diluaskan   baginya   di   dalam   kuburnya   sejauh   mata memandang. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan, “Bergembiralah dengan apa yang  menyenangkanmu,  inilah  harimu yang  engkau  telah  dijanjikan  (kebaikan)”. Maka  ruh  orang  Mukmin  itu  bertanya  kepadanya,  “Siapakah  engkau,  wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang saleh”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, tegakkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali kepada istriku dan hartaku”.

Pertanyaan ini juga dilontarkan kepada orang kafir, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Saw., yang artinya: Kemudian ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya. Dan dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya. Kedua malaikat itu bertanya,  “Sipakah  Rabbmu?”  Dia  menjawab:  “Hah,  hah,  aku  tidak  tahu”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah agamamu?” Dia menjawab, “Hah, hah, aku tidak tahu”. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?”Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”. Lalu penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka.” Maka panas neraka dan asapnya datang mendatanginya. Dan kuburnya disempitkan, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan.   Dan   datanglah   seorang   laki-laki   berwajah   buruk   kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang menyusahkanmu ! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan) kepadamu”. Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”.

 4.   Nikmat kubur dan siksa kubur

Orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah akan mendapatkan nikmat kubur, sementara yang meninggal dalam keadaan su’ul khatimah akan mendapatkan siksa kubur. Penjelasan tentang adanya nikmat kubur adalah firman

Allah Swt dalam QS. Ali Imran : 169 berikut: Artinya:  Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati;   bahkan   mereka   itu   hidup   di   sisi   Tuhannya   dengan   mendapat rezeki. (QS.Ali Imran [3]:169)Barzah tidak hanya dikhususkan bagi para Nabi, Rasul, Syuhada dan orang mukmin  saja,  akan  tetapi    juga  disediakan  untuk  para  kafir  yang  membangkang seperti Fir’aun dan para pengikutnya, Allah Swt., berfirman dalam QS. Al-Mukmin ayat 45-46 berikut:  Artinya: Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk. Kepada mereka dinampakkan  neraka  pada  pagi  dan  petang,  dan  pada  hari  terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras". (QS. Al-Mukmin [40]: 45-46) Ayat-ayat  di  atas  dengan  sangat  jelas  menginformasikan    tentang  adanya nikmat kubur yang diterima oleh para Nabi, Rasul dan seluruh orang yang beriman, ataupun siksaan yang akan ditimpakan kepada orang yang hidupnya dipenuhi dengan kemaksiatan dan kekufuran.

Di alam barzakh, manusia akan mendapatkan pertanyaan kubur, kesenangan atau kesulitan sesuai dengan derajat keimanannya. Alam barzakh  merupakan tempat penyucian bagi orang-orang yang beriman untuk meringankan perhitungan mereka di akhirat (tasfiyah).  Kondisi manusia di alam barzakh  dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a.   Kelompok orang yang mendapatkan nikmat dan kebahagiaan.

Kelompok orang yang mendapatkan nikmat kubur adalah orang yang beriman dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah, dan orang-orang yang mendapatkan pengampunan dari Allah Swt. Inilah  karunia bagi orang-orang yang soleh. “Jangan kamu kira orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, tapi sesungguhnya mereka hidup di sisi tuhan mereka dan mendapat rezeki.”(QS. Ali Imran [3]: 169).

b.   Kelompok orang yang mendapatkan siksaan dan kesengsaraan.

 Inilah siksa bagi orang-orang kafir, durhaka, berdosa, zalim, para tiran, dan semacamnya. “Kepada mereka ditayangkan neraka pagi dan petang, dan pada saat datangnya hari kiamat (ia berkata): “Masukkan keluarga Firaun dalam siksa yang paling berat.” (QS. Al-Mukmin [40]: 46)

c.   Kelompok orang yang dibiarkan saja tanpa kenikmatan dan tanpa siksaan. Mereka seperti  tertidur saja,  dan tersentak ketika hari  kiamat  tiba.  Ini  adalah  kondisi orang-orang yang melakukan maksiat dan dosa di dunia, tetapi tidak sebesar dosa dan maksiat yang dilakukan oleh kelompok kedua.   “dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; "Mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)". seperti Demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran).   dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; Maka Inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya).” (QS. Al-Rum

[30]: 55-56).



Memahami Nafsu Syahwat dan Ghadhab

Memahami Nafsu Syahwat

1.   Hakikat dan Sifat Dasar Nafsu

Kenapa hawa nafsu diciptakan?  Pada hakikatnya semua manusia memiliki nafsu, karena  manusia  tidak  dapat  hidup  jika  tidak  ada  nafsu.  Allah  menciptakan  manusia disertai dengan hawa nafsu. Banyak mengandung faedah, meski tidak bisa hidup jika tidak ada nafsu. Andaikata nafsu makan dicabut (misalnya) pasti binasalah manusia. Jika nafsu terhadap lawan jenis dihilangkan, mereka tidak punya keturunan  dan akhirnya binasa. Nafsu adalah keinginan seseorang atau dorongan hati yang kuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

 Hawa nafsu adalah sesuatu yang disenangi oleh jiwa, baik bersifat positif maupun negatif, baik bersifat jasmani maupun ruhani. Perbuatan baik ataupun buruk digerakkan oleh nafsu, artinya menjadi pusat komando segala kegiatan manusia, sekaligus sebagai motor penggerak yang menggerakkan segala macam tingkah laku manusia. Nafsu itu ibarat seperti sungai dia bisa mengalir dengan tenang dan bisa meluap atau menghancurkan, dan karena itu perlu dikontrol dengan sistem bendungan dan irigasi yang baik sehingga memberikan manfaat yang maksimal bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Sehingga pada hakikatnya nafsu itu penting bagi diri manusia akan tetapi penggunaan nafsu yang tidak terkontrol pada diri manusia itu yang berbahaya.

2.   Memahami Nafsu Syahwat

a.   Pengertian Nafsu Syahwat

Secara istilah, nafsu adalah keinginan seseorang atau dorongan hati yang kuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Syahwat secara lughawi artinya menyukai atau menyenangi. Yaitu kecintaan terhadap sesuatu sehingga kecintaan itu menguasai hatinya.

Kecintaan itu sering menyeret seseorang untuk melanggar hukum Allah ’azza wa Jalla  dengan  tujuan  untuk  mendapatkan  sesuatu  yang  lezatt.  Adapun  secara  istilah syari’at, nafsu syahwat adalah kecondongan jiwa terhadap sesuatu yang disukainya sehingga keluar dari batas syari’at.

Maka hakikat syahwat (keinginan) nafsu adalah kecenderungan kepada sesuatu yang sesuai dengan tabi’atnya (watak) dan menjauhi sesuatu yang tidak disukai dan dicintai. Akan tetapi, sebenarnya keberadaan syahwat pada manusia itu tidak tercela, karena terdapat faedah dan manfaat didalamnya. Celaan itu tertuju jika manusia melewati batas dalam memenuhi syahwat. Misalnya, menuruti nafsu syahwat dengan melakukan kemaksiatan mulai  dari  menonton  film  porno, berpacaran  dan  akhirnya  sampai  pada perzinaan.

Dorongan nafsu syahwat mengarah kepada tiga hal besar, yaitu :

1) Syahwat dan kesenangan terhadap harta benda, sehingga melahirkan kerakusan, perampokan, pencurian, manipulasi, korupsi, bahkan kekerasan fisik, seperti pembunuhan dan penganiayaan.

 2)  Syahwat dari kesenangan terhadap seks, sehingga melahirkan  kejahatan  dan  kekejian  berupa  perzinaan,  pemerkosaan  dan penyimpangan seksualitas lainnya, bahkan hanya karena seks terjadi pembunuhan dan penganiayaan fisik.

3)  Syahwat dan kesenangan terhadap jabatan dan kedudukan, sehingga melahirkan para pejabat dan pemimpin yang zalim, otoriter, bahkan diktator. Akhirnya menindas siapa saja yang akan menghalang-halangi.

b. Bahaya Menuruti Nafsu Syahwat

Salah satu sifat dari   nafsu syahwat adalah “tidak pernah terpuaskan”, disaat kita menuruti satu keinginannya, nafsu itu akan menuntut hal lain dan akan terus begitu hingga tak ada habisnya. Mempunyai satu gunung emas pun masih tak cukup  ia masih ingin yang lebih.  Orang yang mengikuti hawa nafsu tidak akan mementingkan agamanya dan tidak mendahulukan ridha Allah Swt. dan Rasul-Nya. Dia akan selalu menjadikan hawa nafsu menjadi tolak ukurnya, dia dibuat buta dan tuli oleh hawa nafsunya. Orang yang mengikuti hawa nafsu tanpa terkendali akan mengakibatkan bahaya besar sebagai berikut.

1) Merusak potensi diri seseorang. Nabi Saw. mengingatkan bahwa mengikuti hawa nafsu akan membawa kehancuran.

“Tiga perkara yang membinasakan dan tiga perkara yang menyelamatkan.  adapaun

tiga perkara yang membinasakan adalah kebakhilan, dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang membanggakan diri sendiri.  Sedangkan tiga perkara yang menyelamatkan adalah takut kepada Allah di waktu sendirian dan dilihat orang banyak, sederhana di waktu kekurangan dan kecukupan, dan (berkata/berbuat) adil di waktu marah dan ridha.” (HR. Anas, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Adullah bin Abi aufa, dan Ibnu Umar).

2)  Mendatangkan kesusahan dan kesempitan

3)  Mengakibatkan   rusaknya   lingkungan   alam karena   nafsu   mengeksploitasi   alam   yang

berlebih-lebihan. ”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,   supaya   Allah   merasakan   kepada   mereka   sebahagian   dari   (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(QS. ar- Rum [30]:

4)  Melahirkan   kerakusan,   perampokan,   pencurian,   manipulasi,   korupsi,   bahkan kekerasan fisik, seperti pembunuhan dan penganiayaan.   Sebagai dampak menuruti syahwat harta.

5)  Lahirnya para pejabat dan pemimpin yang zalim, otoriter, bahkan diktator

6)  Dampak   menuruti   syahwat   kesenangan   terhadap   kelezatan   makanan,   akan menimbulkan berbagai macam penyakit tubuh.

7)    Nafsu akan  mendorong  manusia untuk  berbuat  jahat,  melampiaskan  syahwat  dan menentang ajaran agama. Apabila pelampiasan nafsu syahwat sex pada remaja akan menimbulkan dampak yang lebih berbahaya diantaranya adalah putus sekolah, suramnya masa depan, perceraian, melahirkan anak terlantar, dan tumbuhnya generasi yang memerosotkan harkat dan martabat negara.

َ”Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu

selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”(QS. Yusuf [12]: 53).

b.  Cara Menundukkan Nafsu Syahwat

Walaupun memenuhi kebutuhan hidup yang disukainya itu diperbolehkan, namun bukan berarti seorang mukmin dibolehkan selalu menuruti hawa nafsunya bahkan dia harus mengendalikannya. Termasuk menahan syahwat perut, yang kemudian timbul syahwat kemaluan dan rakus harta benda. Maka wajib bagi kita berusaha untuk menundukkan nafsu itu demi keselamatan dan kesejahteraan dunia akhirat dengan jalan sebagai berikut.

1)  Meningkatkan taqwa kepada Allah dengan menerapi diri dengan rasa takut kepada Allah Swt.

2)  Dengan Mujahadah

Mujahadah  berasal  dari  kata  al-jihad  yaitu  berusaha dengan  segala  kesungguhan, kekuatan dan kesanggupan pada jalan yang diyakini benar. Mujahadah artinya berusaha untuk melawan dan menundukkan kehendak hawa nafsu. Rasulullah bersabda seorang mujahid yaitu seorang yang berjihad, yaitu dia yang melawan hawa nafsunya karena Allah.

”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al- Ankabut [29]: 69)

Dengan kata lain, seorang  yang bermujahadah rela meninggalkan apa yang disukainya demi memburu sesuatu yang diyakininya benar, baik dan betul. Imam al-Ghazali berkata: ”Antara tanda kecintaan  hamba  kepada  Allah  ialah mengutamakan perkara yang disukai Allah dari pada kehendak nafsu serta pribadinya.”

Mujahadah melawan nafsu dengan cara menempuh tiga langkah seperti berikut :

1)  Takhalli, mengosongkan diri dari sifat-sifat tercela.

2)  Tahalli, menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji

3)  Tajalli, tersingkapnya tabir yang menghalangi antara manusia dan Allah, rasa dilihat dan diawasi oleh Tuhan, kerinduan hanya tertuju pada Tuhan. Ketiga peringkat ini hendaklah dilakukan dengan melaksanakan latihan-latihan rohaniah  yang  dinamakan  riyadah  al  nafs  yakni  latihan  untuk  melawan  atau menentang atau memerangi semua kehendak-kehendak nafsu yang jahat Latihan menundukkan hawa nafsu ini perlu dilaksanakan sedikit demi sedikit tetapi istiqamah, selain itu hendaklah bermujahadah  dalam beramal.   Perjuangan  untuk melawan hawa nafsu tidaklah mudah. Imam al- Ghazali dalam Raudatu al-taalibin berkata ”Berhati-hatilah kamu dengan hawa nafsu.  Ia adalah musuh kita yang paling ketat dan yang paling sukar untuk dikalahkan.”

4)  Dengan jalan riyadah

Riyadah adalah latihan kerohanian dengan menjalankan ibadah dan menundukkan keinginan nafsu syahwat. Riyadah ini dapat ditempuh dengan dua cara yaitu riyadah badan yaitu dengan mengurangi makan, minum, tidur dan mengurangi berkata-kata. Yang   kedua   riyadah   rohani   yaitu   dengan   memperbanyak   ibadah,   berzikir, bertafakkur, memperhatikan kejadian alam dan susunannya, serta memperhatikan segala keadaan masyarakat yang penuh kejahilan akibat menuruti hawa nafsu.

c.   Hikmah Menundukkan Nafsu Syahwat

Nafsu syahwat pada diri manusia itu tidak boleh dihilangkan, tetapi penting untuk ditundukkan  dan  diarahkan  sehingga  akan  memperoleh manfaat  kebaikannya  sebagai berikut.

1)  Menjadi motivasi untuk berbuat baik, beribadah dan meraih kesuksesan

2)  Hidup lebih terarah dan terkontrol. Selamat dan bahagia dunia akhirat

3)  Terhindar dari perbuatan keji dan mungkar

4)  Disukai banyak orang



Memahami Nafsu Amarah (Nafsu Gadab)

a.   Pengertian Marah (Gadab)

Marah dalam pengertian gadab artinya merasa tidak senang dan panas hati karena suatu peristiwa atau sebab- sebab tertentu. Marah adalah  sifat alamiah yang ada pada manusia, namun diantara mereka ada yang bisa mengendalikannya ada juga yang tidak bisa. Maka itulah Islam mengajarkan untuk bisa mengendalikan marah.
Nafsu  amarah  selalu  mendorong  diri  manusia  untuk melahirkan perbuatan, sikap, dan tindakan kejahatan atau syahwat hewani dan kesenangan kepada kejahatan. Kecenderungan ini begitu kuat, sehingga banyak orang dibuat tak berdaya, kecuali sedikit orang yang mendapat rahmat dari Allah Swt.
Memang sifat marah merupakan tabiat manusia, karena mereka memiliki nafsu yang cenderung ingin selalu dituruti dan tidak mau ditolak keinginannya. Nafsu amarah adalah satu  musuh  dalam  (musuh  batin)  yaitu  nafsu  yang  selalu  memerintahkan  kepada keburukan dan jauh lebih berbahaya dibandingkan musuh-musuh yang lainnya.
 
َ“Sesungguhnya amarah itu datangnya dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu” (HR. Abu Daud, no. 4784 Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan)

Di samping itu juga sifat marah merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri mereka. Karena dengan kemarahan, seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi dirinya.
Oleh karena itu, umat Islam yang bertakwa kepada Allah Swt. Meskipun tidak luput dari sifat marah, akan tetapi karena mereka selalu berusaha melawan keinginan nafsu. Sehingga mereka mampu meredam kemarahan mereka. Allah berfirman:
“(Yaitu)  orang-orang  yang  menafkahkan  (hartanya),  baik  di  waktu  lapang  maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS.ali- Imran [3]: 134).

 
b.  Bahaya Marah (Gadab)
Marah akan mengakibatkan bahaya besar baik bagi pelakunya maupun orang lain. Berikut
bahaya marah.
1)  Bagi diri sendiri, akan mengakibatkan tekanan darah   menjadi   tinggi,   sehingga   membuka
peluang terkena serangan jantung, cepat tua, gangguan tidur, gangguan pernapasan, sakit kepala, struk dan depresi

2)  Bagi orang lain dan lingkungan, keputusan dan  tindakan orang marah  cenderung menambah   masalah   bukan   menyelesaikan   masalah,   menimbulkan   kerusakan hubungan dengan teman, dapat merusak keharmonisan keluarga, bisa mengakibatkan rusaknya lingkungan, bisa mengakibatkan pembunuhan
 
c.   Cara Menundukkan Marah (Gadab)

Sebagaimana diketahui bahwa obat atas setiap penyakit seperti virus dan faktor penyebab timbulnya penyakit itu harus dapat dihilangkan. Karena itulah untuk bisa mengobati marah kita juga harus tahu sebab-sebabnya.
Sebab-sebab marah antara lain karena tidak kuat menahan nafsu, sombong, ujub, banyak melakukan sendau gurau, perbuatan yang sia-sia, melecehkan orang lain, menghina, berdebat,  bertengkar, berkhianat,  serta cinta kepada harta dan  kedudukan. Semua itu merupakan perangai yang buruk dan tercela dalam Islam. Seseorang tidak dapat terhindar dari amarah apabila masih ada sifat-sifat itu.

a)  Dengan riyadah

Cara menundukan sifat-sifat tercela marah diperlukan pelatihan diri (riyadah) dan kesabaran dalam menghadapi segala rintangan. Riyaadah yang diperlukan diantaranya adalah dengan mengetahui akibat-akibat buruk dari sifat-sifat tersebut. Setelah itu menerapkan dalam diri anda kembalikan dari sifat-sifat itu, misalnya sombong dengan tawadhu’, haus harta dengan qana’ah, dan lain sebagainya. Selain itu dengan memperbanyak berzikir, membaca ta’awudz, beristighfar, dan memberi maaf. Sifat- sifat mulia ini terus diterapkan dalam diri. Memang memerlukan waktu yang cukup lama hingga merasa ringan mengerjakannya karena sifat itu telah menyatu dalam dirinya.
b)  Mujahadah

Berusaha  sungguh-sungguh  dengan  sekuat  tenaga  menahan  hawa  nafsu  untuk tidak melampiaskannya kepada kemarahan, dan menyadari akan dampak negatifnya bila melampiaskan marah.
c)  Menahan hawa nafsu

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw. dan meminta diberi wasiat. Lalu Rasulullah bersabda:

َ: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Saw.: Berilah  wasiat  kepadaku.  Sabda  Nabi  Saw.:  Janganlah  engkau    marah.  Maka
diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda Beliau: Janganlah engkau marah”.
(HR. Bukhari).
 Dalam kitab adab al-Dunya wa al-Din, Imam al- Mawardi mengemukakan beberapa metode penyembuhan marah yaitu dengan cara yang pertama, menimbulkan rasa takut (khauf) kepada Allah, yang kedua menyadari dampaknya dan yang ketiga menyadari betapa besar pahalanya bila mampu menahannya.

d.  Hikmah Menghindari Marah
Tak tanggung-tanggung, Allah menjanjikan surga bagi mereka yang menahan amarah dan  memaafkan.  Mereka  akan  disukai  oleh  Allah  Swt.  Sesama  manusia,  dan  juga malaikat-Nya.  Mendatangkan kebaikan, di tempatkan di surga. Selain itu orang yang bisa menahan marah akan mempermudah urusan dan memperlancar rezeki.