Minggu, 21 Maret 2021

KEMATIAN SERTA ALAM BARZAKH

 A.  Kematian

Seluruh yang bernyawa pasti akan mengalami kematian, termasuk di dalamnya adalah manusia. Bagi manusia, kematian merupakan pintu gerbang untuk memasuki alam akhirat. Tidak ada  manusia yang  lolos dari kematian. Namun demikian, hanya sedikit yang mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang pasti datang tersebut. Orang yang lalai menyambut datangnya kematian, akan mengalami kematiannya dengan sebutuan su’ul khatimat, tetapi bagi orang yang senantiasa mempersiapkan diri untuk menyambut kematian dengan beramal saleh dan berharap rida Allah Swt., maka baginya adalah husnul khatimah. Tentang kepastian datangnya kematian ini, Allah Swt., berfirman:

ََArtinya: tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.(QS. Al-Ankabut [29]: 57)

Allah Swt. telah menginformasikan kepada seluruh umat manusia, bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian. Hanya Allah Yang Maha Hidup, tidak akan mati. Adapun jin, manusia, malaikat, semua akan mati. Kematian merupakan sesuatu yang sangat menakutkan.  Maut merupakan ketetapan Allah Swt. yang akan mendatangi seluruh orang yang hidup dan tidak ada yang dapat menolak maupun menahannya. Maka   kita harus menyiapkan diri untuk menghadapinya dengan keimanan  dan amal saleh.

Di masa modern ini memang ada banyak usaha untuk memperpanjang umur. Namun semuanya gagal. Ini setelah ditemukan bahwa sel akan mati, karena kematian ada di dalamnya. Inilah yang diinformasikan Rasulullah Saw. berikut: “Wahai para hamba Allah, berobatlah, karena Allah selalu memberikan obat untuk semua penyakit kecuali ketuaan,” (HR. Ahmad). Pada QS. al-Mulk (67): 2, Allah Swt. berfirman: Artinya: yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS. Al-Mulk [67]: 2)

Pada ayat ini, kita mendapati bagaimana Allah membicarakan kematian sebelum kehidupan. Allah menginformasikan kepada kita bahwa kematian adalah makhluk  seperti kehidupan. Orang jahiliah menduga bahwa kematian itu datang secara tiba-tiba dan membabi buta. Padahal ada proses yang luar bisa, yang sangat mirip dengan program komputer. Para ahli memastikan bahwa  kematian itu sudah diprogram sedemikian rupa oleh Allah Swt. yang setiap orang akan mengalaminya, yaitu  ada pada setiap sel tubuh. Program kematian dimulai bersamaan dengan sel pertama yang menjadi bahan dasar manusia. Program ini mendampingi manusia hingga ia menemui ajalnya dengan sistem luar biasa yang tidak ada cela sama sekali. Allah Swt. berfirman:

Artinya: Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya? Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, (QS. Al-Waqi’ah [56]: 58-60)

Dengan demikian, kematian pastilah datang. Kemanapun manusia lari, dan di manapun  manusia bersembunyi  untuk  menghindari  kematian,  maka  apabila kematian sudah saatnya datang, maka tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya. Allah Swt. berfirman: Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah  kamu kerjakan".  (QS. Al-Jumu’ah [62]: 8)

Dalam ajaran agama-agama samawi, kematian mempuyai peranan yang sangat besar dalam memantapkan akidah serta menumbuhkembangkan semangat pengabdian. Tanpa pemahaman yang tepat tentang kematian, manusia tidak akan berpikir tentang apa sesudah   mati,   dan   tidak   akan   mempersiapkan   diri   menghadapinya.   Al-Qur’an menjelaskan  kehidupan dunia dengan istilah al-hayat ad-dunya (kehidupan yang rendah), dan kehidupan akhirat dengan istilah al-hayawan (kehidupan yang sempurna), sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-‘Ankabut (29): 64 berikut: Artinya:  Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya  kehidupan. (QS. Al-‘Ankabut [29]: 64)

Satu-satunya jalan untuk mendapatkan kenikmatan dan kesempurnaan itu adalah kematian. Al-Raghib al-Isfahani menjelaskan: “Kematian yang dikenal sebagai perpisahan ruh dari badan, merupakan sebab yang mengantar manusia menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain.” Ada beberapa istilah yang digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan kematian, antara lain al-wafat (wafat), imsak (menahan), sebagaimana firman-Nya:

Artinya: Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS. Az-Zumar [39]: 42)

Dalam ayat yang lain, Allah menyipati kematian sebagai musibah/malapetaka. Istilah ini ditujukan kepada manusia yang durhaka, atau terhadap mereka yang ditinggal mati. Pengertian ini dimaksudkan bagi orang-orang yang ditinggalkan, dan sekaligus bagi mereka  yang  mati  tetapi  tidak  membawa  bekal  yang  cukup  untuk  hidup  di  negeri seberang, sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Māidah [5]: 106.

B.  Keadaan Orang Mati

Umur seseorang di dunia ini adalah salah satu takdir Allah yang sudah ditetapkan kepada yang bersangkutan. Jika ia mempergunakannya untuk mengerjakan amal-amal yang bermanfaat, baginya di akhirat kelak akan mendapatkan keuntungan, begitu juga sebaliknya jika dipergunakan untuk kemaksiatan dan belum sempat bertaubat ketika ajal menjemput, maka dia termasuk golongan orang-orang yang merugi.

Orang yang  takut akan akibat perbuatan dosa,  adalah termasuk orang yang cerdas, karena dia menyadari sebelum dosa-dosanya itu menjadi penyebab kehancurannya, maka dia akan segera bertaubat, dan tidak akan mengulanginya. Ibnu Mas’ud berkata: “Seseorang yang beriman setiap kali melihat dosanya, ia seolah-olah sedang duduk di bawah gunung dan khawatir gunung itu menimpa dirinya.” (HR. Bukhari). Untuk itu, orang yang cerdas akan selalu berusaha memperbaiki diri sehingga di akhir hayatnya akan berada dalam keadaan yang baik (husnul khatimah),   jangan sampai di akhir hayatnya dalam keadaan yang buruk (su’ul khatimah).

Proses kematian yang dialami seseorang berbeda-beda. Allah Swt. menginformasikan tentang bagaimana malaikat Izrafil melaksanakan tugas mencabut nyawa. Ada yang dicabut dengan keras, seperti dicabutnya duri dari kapas, tetapi ada yang dicabut dengan lemah lembut, seperti orang tidur.Allah Swt. berfirman:

 Artinya: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat- malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut. (QS. An-Nāzi’āt [79]:1-2)

Orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan menghadapi kematian dengan tenang, karena dalam dirinya ada kesadaran bahwa kematian itu pasti datang, bahkan Allah Swt.  telah  menginformasikan  bahwa  malaikat  akan  turun  untuk  menghiburnya dengan  kabar  gembira  tentang  surga  yang  dijanjikan.  Hal  tersebut  difirmankan  oleh Allah. Swt. dalam QS. Fushilat (41): 30 berikut:  Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan  mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu" (QS. Fushilat [41]: 30)

 Tetapi bagi orang  kafir,  malaikat akan mendatanginya dengan membentaknya dan memukul muka dan belakang mereka seraya menyampaikan informasi tentang balasan orang  kafir, yaitu neraka yang akan membakarnya. Hal itu diinformasikan Allah dalam QS. al-Anfāl (8): 50. Artinya:   Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri). (QS. Al-Anf Anfāl [8]: 50)

Adapun orang ẓalim, akan didatangi malaikat dengan membentak dan memukulny seraya menyampaikan informasi tentang balasan orang ẓalim, yaitu  siksaan yang sangat menghinakan. Allah swt. berfirman:

Artinya:  Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,  (sambil  berkata):  "Keluarkanlah  nyawamu"  Di  hari  ini  kamu dibalas   dengan   siksa   yang   sangat   menghinakan,   karena   kamu   selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS. Al-An’am [6]: 93)

1.   Husnul Khatimah

a.   Pengertian husnul khatimah

Istilah husnul khatimah sudah menjadi kosa kata yang sering kita dengar dalam  percakapan  sehari-hari.  Istilah  ini  digunakan  untuk  mengungkapkan keadaan   orang yang meninggal dunia dalam keadaan baik.   Allah swt. mengingatkan   kepada   orang-orang   yang   beriman   agar   senantiasa   menjaga keislamannya sampai ajal datang, sebagaimana firman-Nya:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar- benar   takwa   kepada-Nya;   dan   janganlah   sekali-kali   kamu   mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran [3]: 102)

Begitu juga Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk menjaga kemurnian  akidahnya  dengan  cara  hanya  menyembah  kepada  Allah  sampai dengan datangnya sesuatu yang pasti (kematian). Allah Swt. berfirman: Artinya: Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (QS. Al-Hijr [15]: 99)

Oleh karena itulah, seorang muslim harus berusaha sekuat tenaga untuk menjaga keimanannya sehingga ketika meninggalkan alam fana ini dalam keadaan husnul khatimah. Apabila telah khilaf dalam perbuatan dosa dan maksiat maka segera memohon ampun kepada Allah Swt, seraya bertaubat dengan taubatan nashuha, dan menebus kesalahan tersebut dengan amal  yang baik.  Rasulullah Saw.bersabda:

Artinya:  “Apabila  Allah  menghendaki  kebaikan  pada  hambanya,  maka  Allah memanfaatkannya”. Para sahabat bertanya,”Bagaimana Allah akan memanfaatkannya?” Rasulullah menjawab,”Allah akan memberinya taufiq untuk beramal saleh sebelum dia meninggal.” (HR. Ahmad, Tirmidzi).

b.  Tanda-tanda husnul khatimah

Pertanda orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah   ada yang hanya diketahui oleh orang yang sedang sakaratul maut, dan ada pula yang diketahui oleh orang lain. Tanda husnul khatimah, yang hanya diketahui hamba yang mengalaminya, yaitu diterimanya kabar gembira saat sakaratul maut, berupa ridha Allah sebagian anugerah-Nya. Allah Swt. berfirman:

Artinya:  “Sesungguhnya  orang-orang  yang  mengatakan:  “Rabb  kami  ialah Allah,”   kemudian   mereka   meneguhkan   pendirian   mereka,   maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat [41]: 30).

Kabar gembira ini diberikan ketika seseorang sedang mengalami  sakratul maut, di dalam kubur dan ketika dibangkitkan dari kubur,    Rasulullah Saw.bersabda:

Artinya: “Barangsiapa yang suka bertemu Allah, maka Allahpun suka untuk bertemu dengannya. Dan barangsiapa tidak suka bertemu Allah, maka Allah pun benci untuk bertemu dengannya”. ‘Aisyah bertanya,”Wahai Nabiyallah! Apakah (yang dimaksud) adalah benci kematian? Kita semua  benci  kematian?”  Rasulullah  menjawab,”Bukan  seperti  itu. Akan tetapi, seorang mukmin, apabila diberi kabar gembira tentang rahmat dan ridha Allah serta Surga-Nya, maka ia akan suka bertemu Allah. Dan sesungguhnya, orang kafir, apabila diberi kabar tentang azab Allah dan kemurkaan-Nya, maka ia akan benci untuk bertemu Allah, dan Allahpun membenci bertemu dengannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Nawawi berkata, ”Secara syari’at, kecintaan dan kebencian yang diperhitungkan adalah pada saat sakratul maut yaitu pada saat taubat tidak diterima  (lagi).  Ketika  itu,  semuanya  diperlihatkan  bagi  yang  sedang  naza’ (proses pengambilan nyawa), dan akan nampak baginya tempat kembalinya.”

Nasib seseorang di alam barzakh   dan di akhirat sangat ditentukan oleh keadaannya pada saat menghadapi sakratul maut. Apabila pada akhir hidupnya diakhiri dengan baik (husnul khatimah), maka dia akan mendapatkan kebahagiaan di di alam kubur dan seterusnya. Apabila pada akhir hayatnya di akhiri dengan su’ul khatimah, maka akan mendapatkan siksa yang berkepanjangan. Rasulullah

Saw.bersabda:

 Artinya:  “Sesungguhnya  amalan  itu  (tergantung)  dengan  penutupnya”.  (HRBukhari dan lainnya)

Oleh  sebab  itulah  orang-orang  yang  saleh  selalu  mempersiapkan  diri dengan  amal  saleh  dan     melanggengkan  ẓikir  kepada  Allah  Swt.  Mereka melakukan amal saleh tanpa putus, merendahkan diri kepada Allah Swt. agar Allah Swt. memberikan kekuatan untuk tetap istiqamah sampai akhir hayatnya.

Allah Swt. berfirman Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim (berserah diri) ”. (Ali Imran [3]: 102)

Imam Muslim ra. meriwayatkan   hadiś dalam Shahih-nya, dari Abdullah bin Amr bin Ash ra.  dia mengatakan :

َArtinya:“Saya mendengar Rasulullah Saw. .,  bersabda : “Sesungguhnya kalbu- kalbu keturunan Adam berada di antara dua jari dari jari-jari Allah laksana satu hati, Allah membolak-balikannya sesuai kehendakNya,” kemudian Rasulullah Saw. ., berdoa: “Ya Allah, Dzat yang membolak- balikan hati, palingkanlah hati-hati kami kepada ketaatan-Mu”.  (HR. Muslim)

Tanda-tanda orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah di antaranya adalah:

1)  Mengucapkan kalimat tauhid menjelang ajal.

Dalilnya adalah hadiś riwayat al-Hakim dan lainnya, bahwasannya Rasullullah

Saw. bersabda  Artinya: “Barangsiapa yang akhir ucapannya la ilaha illallah , maka ia masuk

surga”. (HR. Hakim)

2)  Meninggal  dunia  di  jalan  Allah,  meninggal  dalam  keadaan  sabar  ketika ditimpa penyakit pes, TBC, sakit perut, radang selaput dada, tenggelam.

 Artinya:  “Siapakah  orang  yang  syahid  menurut  kalian?”  Para  sahabat menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, maka ia syahid”.

Rasulullah bersabda,”Kalau begitu, orang yang mati syahid dariumatku  sedikit,”  mereka  bertanya,”Kalau  begitu,  siapa  wahai Rasulullah?”  Beliau    menjawab,”Orang  yang  terbunuh  di  jalan Allah, ia syahid. Orang yang mati di jalan Allah, maka ia syahid. Orang yang mati karena sakit tha’un, maka ia syahid. Barangsiapa yang mati karena sakit perut, maka ia syahid. Dan orang yang (mati) tenggelam adalah syahid”. (HR. Muslim)

3)  Meninggal pada   hari Jum`at. Rasulullah Saw. bersabda :

Artinya: “Tidaklah seorang muslim meninggal pada hari Jum`at atau malam Jum`at,  melainkan  Allah  akan  menjaganya  dari  fitnah  (siksa) kubur”. (HR Ahmad dan Tirmidzi)

 4)  Bagi  wanita,    meninggal  saat  melahirkan,  ataupun  meninggal  saat  sedang hamil, Rasulullah Saw.bersabda: Artinya: “Dan wanita yang dibunuh anaknya (karena melahirkan) masuk golongan syahid, dan anak itu akan menariknya dengan tali pusarnya ke Surga.” (HR. Ahmad)

5)  Meninggal karena sedang ribath (menjaga wilayah perbatasan), Rasulullah

Saw.bersabda: Artinya:  “Berjaga-jaga  sehari-semalam  (di  daerah  perbatasan) lebih  baik

daripada   puasa   beserta   salat   malamnya   selama   satu   bulan.

Seandainya  ia  meninggal,  maka  pahala  amalnya  yang  telah  ia perbuat akan terus mengalir, dan akan diberikan rizki baginya, dan ia terjaga dari fitnah”. (HR. Muslim)

6)  Meninggal dalam keadaan melakukan amal saleh, Rasulullah Saw.bersabda: Artinya: “Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah karena mencari wajah (pahala)  Allah  kemudian  amalnya  ditutup  dengannya,  maka  ia masuk surga. Barangsiapa berpuasa karena mencari wajah Allah kemudian amalnya diakhiri dengannya, maka ia masuk surga. Barangsiapa bersadaqah kemudian itu menjadi amalan terakhirnya, maka ia masuk surga. (HR Imam Ahmad dan selainnya)”.

7)  Meninggal karena mempertahankan harta dari perampokan atau pembegalan.

 Artinya:  Dari  Abu  Hurairah  Ra.,  ia  berkata  bahwa  ada  seseorang  yang menghadap   Rasulullah   Saw.   .,ia   berkata,   “Wahai   Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seseorang yang mendatangiku dan ingin  merampas  hartaku?”  Beliau  bersabda,  “Jangan  kau  beri kepadanya.” Ia bertanya lagi, “Bagaimana pendapatmu jika ia ingin membunuhku?” Beliau bersabda, “Bunuhlah dia.” “Bagaimana jika ia  malah  membunuhku?”,  ia  balik  bertanya.  “Engkau  dicatat syahid”,     jawab     Nabi Saw.     “Bagaimana     jika     aku     yang membunuhnya?”, ia bertanya kembali. “Ia yang di neraka”, jawab Nabi Saw.(HR. Muslim).

c.   Upaya mendapatkan husnul khatimah

1)  Melakukan ketaatan  kepada Allah secara terus-menerus, menjauhkan diri dari perbuatan syirik, Allah Swt. berfirman:  Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan   sebenar-benar   takwa,   dan   janganlah   kalian   mati melainkan  dalam  keadaan  muslim  (berserah  diri) ”.  (QS.  Ali Imran [3]: 102)

2)  Berdoa kepada Allah Swt. dengan sungguh-sungguh agar meninggal dalam keadaan husnul khatimah

3)  Berusaha untuk selalu memperbaiki diri, secara lahir dan batin.

2.   Su’ul Khatimah

a.   Pengertian su’ul khatimah

Su’ul artinya   jelek   atau   buruk   dan khatimah artinya   penutup.   Yang dimaksud dengan su’ul khatimah adalah penutup kehidupan dunia yang buruk, seperti seseorang meninggal dunia dalam keadaan durhaka kepada Allah Swt. ataupun orang yang meninggal ketika sedang melaksanakan maksiat.

Allah Swt. telah mendeskripsikan tentang orang-orang yang beriman itu mempunyai dua sikap dalam hidupnya. Pertama, sikap takut yang besar kepada Allah.  Kedua,  sikap  tekat/kemauan  yang kuat  untuk  berbuat  sebaik  mungkin, sebagaimana firman-Nya:Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka, dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka, dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun),dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, mereka   itu   bersegera   untuk   mendapat   kebaikan-kebaikan,   dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. (QS. Al- Mukminum [23]: 57-61)

 Karena beriman akan datangnya kematian, dan akan adanya hisab, maka orang-orang beriman itu selalu takut (khauf) kepada Allah. Rasa takutnya kepada Allah ini diwujudkannya dengan penuh harap akan datangnya pertolongan dari Allah Swt. sehingga mereka selalu menjaga diri untuk sesegera mungkin untuk melakukan amal kebaikan. Mereka selalu beramal baik dalam rangka menghindari akhir hayat yang buruk (su’ul khatimah)

b.  Tanda-tanda su’ul khatimah

1)  Sulit  dibimbing  mengucapkan  ẓikir/lā  ilāha  illallāh  ketika  menghadapi sakratul maut.

2)  Sering melalaikan salat.

3)  Suka mengkonsumsi khamar.

4)  Durhaka kepada orang tua.

5)  Suka berbuat zalim terhadap orang lain.

6)  Melakukan dosa besar, keji, dan tidak mau bertaubat kepada Allah swt.

c.   Sebab-sebab su’ul khatimah

a.   Rusaknya aqidah (keyakinan). b.   Menunda-nunda taubat.

c.   Adanya ketergantungan kepada dunia, dan terjerumus kepada jalan-jalan yang terlarang.

d.   Menyeleweng dari jalan yang lurus dan menolak terhadap kebenaran serta petunjuk.

e.   Gandrung kepada kemaksiatan.

b.   Bunuh diri dengan segala macam caranya.

 

C.  Alam Barzakh  (Alam Kubur)

1.   Pengertian Barzakh

Kamus  Istilah  Keagamaan   yang  diterbitkan   oleh  Puslitbang  Lektur  dan Khazanah   Keagamaan   Badan   Litbang   dan   Diklat   Kementerian   Agama   RI menjelaskan Barzakh   )حزرب(  sebagai berikut:    (1) Alam transisi antara dunia dan akhirat sebagai tempat roh orang mati berada (alam yang memisahkan kehidupan dunia dengan akhirat); (2) Keadaan seorang sufi yang mengalami fana dan baqa yang seakan-akan terhalang atau terpisah dari kesadaran tentang lingkungan sosialnya; (3) penghalang,  pembatas  di  antara  dua  hal  atau  kawasan.  Adapun  yang  dimaksud barzakh dalam bahasan ini adalah sebagaimana yang terdapat dalam nomor 1.

Al-Qur’an menyebutkan sebanyak tiga kali, yaitu dalam QS. al-Mu’minun (23)

: 100, QS. ar-Rahman (55) : 20, dan dalam QS. al-Furqan (25) : 53, namun hanya surah Mukminun yang memiliki makna yang sesuai dengan pembahasan ini:

Artinya:  “(Demikianlah  keadaan  orang-orang  kafir  itu),  hingga  apabila  datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:” Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia ), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Mukminun [23]: 99-100)

Sedangkan secara terminologi, barzakh didefinisikan sebagai suatu  alam yang terdapat di antara dunia dan akhirat, yang pada saat itu ruh manusia yang sudah meninggal   dunia   berada   di   alam   tersebut   untuk   menunggu   datangnya   Hari Kebangkitan (yaum al-ba’ts), yang merupakan awal dari kehidupan akhirat. Dengan definisi ini, barzakh dimaksudkan sebagai suatu alam atau tempat yang merupakan terminal persinggahan ruh manusia setelah kematian, yaitu setelah ruh terpisah dari jasadnya.  Di  alam  barzakh  inilah  ruh  manusia  berada  dan  menunggu  sampai datangnya hari kebangkitan yang juga lazim disebut hari kiamat.

2.   Keadaan Mayit dan Ruh  Di Alam Barzakh

Setelah mayit dikubur, maka kubur akan menghimpit dan menjepit dirinya. Tidak seorangpun   dapat selamat dari himpitannya. Beberapa hadiś menerangkan bahwa kubur menghimpit Sa’ad bin Muadz  Ra., padahal kematiannya membuat ‘arsy bergetar, pintu-pintu langit terbuka, serta malaikat sebanyak tujuh puluh ribu menyaksikannya.   Imam   an-Nasa’i   meriwayatkan   dari   Ibn   Umar   Ra.,   bahwa Rasulullah   Saw. bersabda :Artinya: Inilah yang membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit dibuka, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh ia dihimpit dan dijepit (oleh kubur), akan tetapi kemudian dibebaskan.” (HR. An-Nasa’i)

Di samping itu, kondisi alam kubur adalah gelap gulita. Rasulullah Saw.bersabda sehubungan dengan kematian seorang sahabat yang biasa menyapu di masjid Nabawi sebagai berikut: Artinya: Dari sahabat Abu Hurairah Ra.,bahwa seorang wanita hitam atau seorang pemuda yang biasa menyapu di masjid Nabawi pada masa Rasulullah. Rasulullah Saw..,tidak mendapatinya sehingga beliau Saw., menanyakannya. Para  sahabat  menjawab,  ‘Dia  telah  meninggal’.  Beliau  Saw.,  berkata,

‘Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?’ Abu Hurairah berkata,

‘Seolah-olah  mereka  meremehkan  urusannya’.  Beliau  Saw.,  bersabda,

‘Tunjukkan kuburnya kepadaku’. Lalu mereka menunjukkannya, beliau pun kemudian menyalati wanita itu, lalu bersabda, “Sesungguhnya kuburan- kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi para penghuninya, dan sesungguhnya Allâh Swt. menyinarinya bagi mereka dengan  salatku terhadap mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hani’ Ra,, bekas budak Utsman bin Affan Ra. berkata, “Kebiasaan Utsman bin Affan  jika  berhenti   di   sebuah   kuburan,   beliau  menangis   sampai   membasahi janggutnya. Lalu beliau ditanya, ‘Disebutkan tentang surga dan neraka tetapi engkau tidak  menangis.  Namun  engkau  menangis  dengan  sebab  ini  (melihat  kubur), (Mengapa demikian?)’ Beliau, ‘Sesungguhnya Rasulullah Saw.., bersabda, (yang artinya) ‘Kubur adalah persinggahan pertama dari (persinggahan-persinggahan) akhirat. Bila seseorang selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih mudah darinya; bila seseorang tidak selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih berat darinya.’ Rasulullah Saw.juga bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur.’” (HR. at-Tirmidzi dan ibnu Majah).

Adapun keberadaan ruh di alam barzakh akan terus seperti apa adanya, dan tidak akan hancur ataupun punah. Ruh manusia tetap eksis dan tidak akan hancur, karena ruh manusia itu ciptaan yang berasal dari ruh Tuhan. Oleh sebab itu, ruh dalam ajaran Islam ditegaskan tidak akan hancur dan akan terus ada, sebagaimana dijelaskan Allah dalam QS. al-Sajdah (32):9, QS. al-Hijr (15): 29, QS. Sad (38): 72, QS. al- Anbiya’ (21): 91, dan QS. al-Tahrim (66): 12.   Pada ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa setelah Allah menyempurnakan kejadian bentuk jasmani manusia, kemudia ditiupkan ke dalamnya ruh. Itulah sebabnya ketika kematian tiba, dan kemudian jasad manusia dikebumikan dan hancur, ruh tetap ada dan tidak akan punah.

3.   Fitnah (Ujian) Kubur

Jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kubur, dua malaikat akan mendatanginya   dan   memberikan   pertanyaan-pertanyaan.   Inilah   yang   dimaksud dengan fitnah (ujian) kubur. Dalam hadiś shahih riwayat Imam Ahmad  dari sahabat al-Barro  bin  ‘Azib  Ra.,  Rasulullah  Saw.bersabda  yang  artinya:  Kemudian  dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya, lalu keduanya bertanya, “Siapakah Rabbmu ?” Dia (si mayyit) menjawab, “Rabbku adalah Allâh”. Kedua malaikat itu bertanya,    “Apa    agamamu?”Dia    menjawab:    “Agamaku    adalah    al-Islam”. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab, “Beliau utusan Allâh”.Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah ilmumu?” Dia menjawab, “Aku membaca kitab Allâh, aku mengimaninya dan membenarkannya”. Lalu seorang penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari surga), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga. Maka datanglah kepadanya bau dan   wangi   surga.   Dan   diluaskan   baginya   di   dalam   kuburnya   sejauh   mata memandang. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan, “Bergembiralah dengan apa yang  menyenangkanmu,  inilah  harimu yang  engkau  telah  dijanjikan  (kebaikan)”. Maka  ruh  orang  Mukmin  itu  bertanya  kepadanya,  “Siapakah  engkau,  wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang saleh”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, tegakkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali kepada istriku dan hartaku”.

Pertanyaan ini juga dilontarkan kepada orang kafir, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Saw., yang artinya: Kemudian ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya. Dan dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya. Kedua malaikat itu bertanya,  “Sipakah  Rabbmu?”  Dia  menjawab:  “Hah,  hah,  aku  tidak  tahu”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah agamamu?” Dia menjawab, “Hah, hah, aku tidak tahu”. Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?”Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”. Lalu penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka.” Maka panas neraka dan asapnya datang mendatanginya. Dan kuburnya disempitkan, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan.   Dan   datanglah   seorang   laki-laki   berwajah   buruk   kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang menyusahkanmu ! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan) kepadamu”. Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”.

 4.   Nikmat kubur dan siksa kubur

Orang yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah akan mendapatkan nikmat kubur, sementara yang meninggal dalam keadaan su’ul khatimah akan mendapatkan siksa kubur. Penjelasan tentang adanya nikmat kubur adalah firman

Allah Swt dalam QS. Ali Imran : 169 berikut: Artinya:  Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati;   bahkan   mereka   itu   hidup   di   sisi   Tuhannya   dengan   mendapat rezeki. (QS.Ali Imran [3]:169)Barzah tidak hanya dikhususkan bagi para Nabi, Rasul, Syuhada dan orang mukmin  saja,  akan  tetapi    juga  disediakan  untuk  para  kafir  yang  membangkang seperti Fir’aun dan para pengikutnya, Allah Swt., berfirman dalam QS. Al-Mukmin ayat 45-46 berikut:  Artinya: Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk. Kepada mereka dinampakkan  neraka  pada  pagi  dan  petang,  dan  pada  hari  terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras". (QS. Al-Mukmin [40]: 45-46) Ayat-ayat  di  atas  dengan  sangat  jelas  menginformasikan    tentang  adanya nikmat kubur yang diterima oleh para Nabi, Rasul dan seluruh orang yang beriman, ataupun siksaan yang akan ditimpakan kepada orang yang hidupnya dipenuhi dengan kemaksiatan dan kekufuran.

Di alam barzakh, manusia akan mendapatkan pertanyaan kubur, kesenangan atau kesulitan sesuai dengan derajat keimanannya. Alam barzakh  merupakan tempat penyucian bagi orang-orang yang beriman untuk meringankan perhitungan mereka di akhirat (tasfiyah).  Kondisi manusia di alam barzakh  dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a.   Kelompok orang yang mendapatkan nikmat dan kebahagiaan.

Kelompok orang yang mendapatkan nikmat kubur adalah orang yang beriman dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah, dan orang-orang yang mendapatkan pengampunan dari Allah Swt. Inilah  karunia bagi orang-orang yang soleh. “Jangan kamu kira orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, tapi sesungguhnya mereka hidup di sisi tuhan mereka dan mendapat rezeki.”(QS. Ali Imran [3]: 169).

b.   Kelompok orang yang mendapatkan siksaan dan kesengsaraan.

 Inilah siksa bagi orang-orang kafir, durhaka, berdosa, zalim, para tiran, dan semacamnya. “Kepada mereka ditayangkan neraka pagi dan petang, dan pada saat datangnya hari kiamat (ia berkata): “Masukkan keluarga Firaun dalam siksa yang paling berat.” (QS. Al-Mukmin [40]: 46)

c.   Kelompok orang yang dibiarkan saja tanpa kenikmatan dan tanpa siksaan. Mereka seperti  tertidur saja,  dan tersentak ketika hari  kiamat  tiba.  Ini  adalah  kondisi orang-orang yang melakukan maksiat dan dosa di dunia, tetapi tidak sebesar dosa dan maksiat yang dilakukan oleh kelompok kedua.   “dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa; "Mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)". seperti Demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran).   dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir): "Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; Maka Inilah hari berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya).” (QS. Al-Rum

[30]: 55-56).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar