Minggu, 21 Maret 2021

Memahami Nafsu Syahwat dan Ghadhab

Memahami Nafsu Syahwat

1.   Hakikat dan Sifat Dasar Nafsu

Kenapa hawa nafsu diciptakan?  Pada hakikatnya semua manusia memiliki nafsu, karena  manusia  tidak  dapat  hidup  jika  tidak  ada  nafsu.  Allah  menciptakan  manusia disertai dengan hawa nafsu. Banyak mengandung faedah, meski tidak bisa hidup jika tidak ada nafsu. Andaikata nafsu makan dicabut (misalnya) pasti binasalah manusia. Jika nafsu terhadap lawan jenis dihilangkan, mereka tidak punya keturunan  dan akhirnya binasa. Nafsu adalah keinginan seseorang atau dorongan hati yang kuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

 Hawa nafsu adalah sesuatu yang disenangi oleh jiwa, baik bersifat positif maupun negatif, baik bersifat jasmani maupun ruhani. Perbuatan baik ataupun buruk digerakkan oleh nafsu, artinya menjadi pusat komando segala kegiatan manusia, sekaligus sebagai motor penggerak yang menggerakkan segala macam tingkah laku manusia. Nafsu itu ibarat seperti sungai dia bisa mengalir dengan tenang dan bisa meluap atau menghancurkan, dan karena itu perlu dikontrol dengan sistem bendungan dan irigasi yang baik sehingga memberikan manfaat yang maksimal bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Sehingga pada hakikatnya nafsu itu penting bagi diri manusia akan tetapi penggunaan nafsu yang tidak terkontrol pada diri manusia itu yang berbahaya.

2.   Memahami Nafsu Syahwat

a.   Pengertian Nafsu Syahwat

Secara istilah, nafsu adalah keinginan seseorang atau dorongan hati yang kuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Syahwat secara lughawi artinya menyukai atau menyenangi. Yaitu kecintaan terhadap sesuatu sehingga kecintaan itu menguasai hatinya.

Kecintaan itu sering menyeret seseorang untuk melanggar hukum Allah ’azza wa Jalla  dengan  tujuan  untuk  mendapatkan  sesuatu  yang  lezatt.  Adapun  secara  istilah syari’at, nafsu syahwat adalah kecondongan jiwa terhadap sesuatu yang disukainya sehingga keluar dari batas syari’at.

Maka hakikat syahwat (keinginan) nafsu adalah kecenderungan kepada sesuatu yang sesuai dengan tabi’atnya (watak) dan menjauhi sesuatu yang tidak disukai dan dicintai. Akan tetapi, sebenarnya keberadaan syahwat pada manusia itu tidak tercela, karena terdapat faedah dan manfaat didalamnya. Celaan itu tertuju jika manusia melewati batas dalam memenuhi syahwat. Misalnya, menuruti nafsu syahwat dengan melakukan kemaksiatan mulai  dari  menonton  film  porno, berpacaran  dan  akhirnya  sampai  pada perzinaan.

Dorongan nafsu syahwat mengarah kepada tiga hal besar, yaitu :

1) Syahwat dan kesenangan terhadap harta benda, sehingga melahirkan kerakusan, perampokan, pencurian, manipulasi, korupsi, bahkan kekerasan fisik, seperti pembunuhan dan penganiayaan.

 2)  Syahwat dari kesenangan terhadap seks, sehingga melahirkan  kejahatan  dan  kekejian  berupa  perzinaan,  pemerkosaan  dan penyimpangan seksualitas lainnya, bahkan hanya karena seks terjadi pembunuhan dan penganiayaan fisik.

3)  Syahwat dan kesenangan terhadap jabatan dan kedudukan, sehingga melahirkan para pejabat dan pemimpin yang zalim, otoriter, bahkan diktator. Akhirnya menindas siapa saja yang akan menghalang-halangi.

b. Bahaya Menuruti Nafsu Syahwat

Salah satu sifat dari   nafsu syahwat adalah “tidak pernah terpuaskan”, disaat kita menuruti satu keinginannya, nafsu itu akan menuntut hal lain dan akan terus begitu hingga tak ada habisnya. Mempunyai satu gunung emas pun masih tak cukup  ia masih ingin yang lebih.  Orang yang mengikuti hawa nafsu tidak akan mementingkan agamanya dan tidak mendahulukan ridha Allah Swt. dan Rasul-Nya. Dia akan selalu menjadikan hawa nafsu menjadi tolak ukurnya, dia dibuat buta dan tuli oleh hawa nafsunya. Orang yang mengikuti hawa nafsu tanpa terkendali akan mengakibatkan bahaya besar sebagai berikut.

1) Merusak potensi diri seseorang. Nabi Saw. mengingatkan bahwa mengikuti hawa nafsu akan membawa kehancuran.

“Tiga perkara yang membinasakan dan tiga perkara yang menyelamatkan.  adapaun

tiga perkara yang membinasakan adalah kebakhilan, dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang membanggakan diri sendiri.  Sedangkan tiga perkara yang menyelamatkan adalah takut kepada Allah di waktu sendirian dan dilihat orang banyak, sederhana di waktu kekurangan dan kecukupan, dan (berkata/berbuat) adil di waktu marah dan ridha.” (HR. Anas, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Adullah bin Abi aufa, dan Ibnu Umar).

2)  Mendatangkan kesusahan dan kesempitan

3)  Mengakibatkan   rusaknya   lingkungan   alam karena   nafsu   mengeksploitasi   alam   yang

berlebih-lebihan. ”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,   supaya   Allah   merasakan   kepada   mereka   sebahagian   dari   (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(QS. ar- Rum [30]:

4)  Melahirkan   kerakusan,   perampokan,   pencurian,   manipulasi,   korupsi,   bahkan kekerasan fisik, seperti pembunuhan dan penganiayaan.   Sebagai dampak menuruti syahwat harta.

5)  Lahirnya para pejabat dan pemimpin yang zalim, otoriter, bahkan diktator

6)  Dampak   menuruti   syahwat   kesenangan   terhadap   kelezatan   makanan,   akan menimbulkan berbagai macam penyakit tubuh.

7)    Nafsu akan  mendorong  manusia untuk  berbuat  jahat,  melampiaskan  syahwat  dan menentang ajaran agama. Apabila pelampiasan nafsu syahwat sex pada remaja akan menimbulkan dampak yang lebih berbahaya diantaranya adalah putus sekolah, suramnya masa depan, perceraian, melahirkan anak terlantar, dan tumbuhnya generasi yang memerosotkan harkat dan martabat negara.

َ”Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu

selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”(QS. Yusuf [12]: 53).

b.  Cara Menundukkan Nafsu Syahwat

Walaupun memenuhi kebutuhan hidup yang disukainya itu diperbolehkan, namun bukan berarti seorang mukmin dibolehkan selalu menuruti hawa nafsunya bahkan dia harus mengendalikannya. Termasuk menahan syahwat perut, yang kemudian timbul syahwat kemaluan dan rakus harta benda. Maka wajib bagi kita berusaha untuk menundukkan nafsu itu demi keselamatan dan kesejahteraan dunia akhirat dengan jalan sebagai berikut.

1)  Meningkatkan taqwa kepada Allah dengan menerapi diri dengan rasa takut kepada Allah Swt.

2)  Dengan Mujahadah

Mujahadah  berasal  dari  kata  al-jihad  yaitu  berusaha dengan  segala  kesungguhan, kekuatan dan kesanggupan pada jalan yang diyakini benar. Mujahadah artinya berusaha untuk melawan dan menundukkan kehendak hawa nafsu. Rasulullah bersabda seorang mujahid yaitu seorang yang berjihad, yaitu dia yang melawan hawa nafsunya karena Allah.

”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al- Ankabut [29]: 69)

Dengan kata lain, seorang  yang bermujahadah rela meninggalkan apa yang disukainya demi memburu sesuatu yang diyakininya benar, baik dan betul. Imam al-Ghazali berkata: ”Antara tanda kecintaan  hamba  kepada  Allah  ialah mengutamakan perkara yang disukai Allah dari pada kehendak nafsu serta pribadinya.”

Mujahadah melawan nafsu dengan cara menempuh tiga langkah seperti berikut :

1)  Takhalli, mengosongkan diri dari sifat-sifat tercela.

2)  Tahalli, menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji

3)  Tajalli, tersingkapnya tabir yang menghalangi antara manusia dan Allah, rasa dilihat dan diawasi oleh Tuhan, kerinduan hanya tertuju pada Tuhan. Ketiga peringkat ini hendaklah dilakukan dengan melaksanakan latihan-latihan rohaniah  yang  dinamakan  riyadah  al  nafs  yakni  latihan  untuk  melawan  atau menentang atau memerangi semua kehendak-kehendak nafsu yang jahat Latihan menundukkan hawa nafsu ini perlu dilaksanakan sedikit demi sedikit tetapi istiqamah, selain itu hendaklah bermujahadah  dalam beramal.   Perjuangan  untuk melawan hawa nafsu tidaklah mudah. Imam al- Ghazali dalam Raudatu al-taalibin berkata ”Berhati-hatilah kamu dengan hawa nafsu.  Ia adalah musuh kita yang paling ketat dan yang paling sukar untuk dikalahkan.”

4)  Dengan jalan riyadah

Riyadah adalah latihan kerohanian dengan menjalankan ibadah dan menundukkan keinginan nafsu syahwat. Riyadah ini dapat ditempuh dengan dua cara yaitu riyadah badan yaitu dengan mengurangi makan, minum, tidur dan mengurangi berkata-kata. Yang   kedua   riyadah   rohani   yaitu   dengan   memperbanyak   ibadah,   berzikir, bertafakkur, memperhatikan kejadian alam dan susunannya, serta memperhatikan segala keadaan masyarakat yang penuh kejahilan akibat menuruti hawa nafsu.

c.   Hikmah Menundukkan Nafsu Syahwat

Nafsu syahwat pada diri manusia itu tidak boleh dihilangkan, tetapi penting untuk ditundukkan  dan  diarahkan  sehingga  akan  memperoleh manfaat  kebaikannya  sebagai berikut.

1)  Menjadi motivasi untuk berbuat baik, beribadah dan meraih kesuksesan

2)  Hidup lebih terarah dan terkontrol. Selamat dan bahagia dunia akhirat

3)  Terhindar dari perbuatan keji dan mungkar

4)  Disukai banyak orang



Memahami Nafsu Amarah (Nafsu Gadab)

a.   Pengertian Marah (Gadab)

Marah dalam pengertian gadab artinya merasa tidak senang dan panas hati karena suatu peristiwa atau sebab- sebab tertentu. Marah adalah  sifat alamiah yang ada pada manusia, namun diantara mereka ada yang bisa mengendalikannya ada juga yang tidak bisa. Maka itulah Islam mengajarkan untuk bisa mengendalikan marah.
Nafsu  amarah  selalu  mendorong  diri  manusia  untuk melahirkan perbuatan, sikap, dan tindakan kejahatan atau syahwat hewani dan kesenangan kepada kejahatan. Kecenderungan ini begitu kuat, sehingga banyak orang dibuat tak berdaya, kecuali sedikit orang yang mendapat rahmat dari Allah Swt.
Memang sifat marah merupakan tabiat manusia, karena mereka memiliki nafsu yang cenderung ingin selalu dituruti dan tidak mau ditolak keinginannya. Nafsu amarah adalah satu  musuh  dalam  (musuh  batin)  yaitu  nafsu  yang  selalu  memerintahkan  kepada keburukan dan jauh lebih berbahaya dibandingkan musuh-musuh yang lainnya.
 
َ“Sesungguhnya amarah itu datangnya dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu” (HR. Abu Daud, no. 4784 Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan)

Di samping itu juga sifat marah merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri mereka. Karena dengan kemarahan, seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi dirinya.
Oleh karena itu, umat Islam yang bertakwa kepada Allah Swt. Meskipun tidak luput dari sifat marah, akan tetapi karena mereka selalu berusaha melawan keinginan nafsu. Sehingga mereka mampu meredam kemarahan mereka. Allah berfirman:
“(Yaitu)  orang-orang  yang  menafkahkan  (hartanya),  baik  di  waktu  lapang  maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS.ali- Imran [3]: 134).

 
b.  Bahaya Marah (Gadab)
Marah akan mengakibatkan bahaya besar baik bagi pelakunya maupun orang lain. Berikut
bahaya marah.
1)  Bagi diri sendiri, akan mengakibatkan tekanan darah   menjadi   tinggi,   sehingga   membuka
peluang terkena serangan jantung, cepat tua, gangguan tidur, gangguan pernapasan, sakit kepala, struk dan depresi

2)  Bagi orang lain dan lingkungan, keputusan dan  tindakan orang marah  cenderung menambah   masalah   bukan   menyelesaikan   masalah,   menimbulkan   kerusakan hubungan dengan teman, dapat merusak keharmonisan keluarga, bisa mengakibatkan rusaknya lingkungan, bisa mengakibatkan pembunuhan
 
c.   Cara Menundukkan Marah (Gadab)

Sebagaimana diketahui bahwa obat atas setiap penyakit seperti virus dan faktor penyebab timbulnya penyakit itu harus dapat dihilangkan. Karena itulah untuk bisa mengobati marah kita juga harus tahu sebab-sebabnya.
Sebab-sebab marah antara lain karena tidak kuat menahan nafsu, sombong, ujub, banyak melakukan sendau gurau, perbuatan yang sia-sia, melecehkan orang lain, menghina, berdebat,  bertengkar, berkhianat,  serta cinta kepada harta dan  kedudukan. Semua itu merupakan perangai yang buruk dan tercela dalam Islam. Seseorang tidak dapat terhindar dari amarah apabila masih ada sifat-sifat itu.

a)  Dengan riyadah

Cara menundukan sifat-sifat tercela marah diperlukan pelatihan diri (riyadah) dan kesabaran dalam menghadapi segala rintangan. Riyaadah yang diperlukan diantaranya adalah dengan mengetahui akibat-akibat buruk dari sifat-sifat tersebut. Setelah itu menerapkan dalam diri anda kembalikan dari sifat-sifat itu, misalnya sombong dengan tawadhu’, haus harta dengan qana’ah, dan lain sebagainya. Selain itu dengan memperbanyak berzikir, membaca ta’awudz, beristighfar, dan memberi maaf. Sifat- sifat mulia ini terus diterapkan dalam diri. Memang memerlukan waktu yang cukup lama hingga merasa ringan mengerjakannya karena sifat itu telah menyatu dalam dirinya.
b)  Mujahadah

Berusaha  sungguh-sungguh  dengan  sekuat  tenaga  menahan  hawa  nafsu  untuk tidak melampiaskannya kepada kemarahan, dan menyadari akan dampak negatifnya bila melampiaskan marah.
c)  Menahan hawa nafsu

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw. dan meminta diberi wasiat. Lalu Rasulullah bersabda:

َ: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Saw.: Berilah  wasiat  kepadaku.  Sabda  Nabi  Saw.:  Janganlah  engkau    marah.  Maka
diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda Beliau: Janganlah engkau marah”.
(HR. Bukhari).
 Dalam kitab adab al-Dunya wa al-Din, Imam al- Mawardi mengemukakan beberapa metode penyembuhan marah yaitu dengan cara yang pertama, menimbulkan rasa takut (khauf) kepada Allah, yang kedua menyadari dampaknya dan yang ketiga menyadari betapa besar pahalanya bila mampu menahannya.

d.  Hikmah Menghindari Marah
Tak tanggung-tanggung, Allah menjanjikan surga bagi mereka yang menahan amarah dan  memaafkan.  Mereka  akan  disukai  oleh  Allah  Swt.  Sesama  manusia,  dan  juga malaikat-Nya.  Mendatangkan kebaikan, di tempatkan di surga. Selain itu orang yang bisa menahan marah akan mempermudah urusan dan memperlancar rezeki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar