1. Al- Kariim (Yang Maha Mulia)
Al-kariim artinya Yang Maha Mulia. Allah adalah Dzat Yang Maha sempurna dengan kemuliaan-Nya, tidak dilebihi oleh siapapun selain-Nya. Karena kemuliaan-Nya, Allah memilikim kebaikan yang tidak terbatas. Dia akan memberi jika diminta, dan tetap memberi meski tidak diminta
Dengan memahami dan menghayati makna al-Asma’ al-Husna al-Kariim, maka hendaknya kita memiliki budi pekerti yang luhur, diantaranya adalah: 1) Menghiasi diri dengan akhlak yang baik 2) Menjaga kehormatan diri 3) Memuliakan para Rasul, Malaikat, kitab Allah dan semua makhluk ciptaan Allah. Sehingga kita bisa mulia di sisi Allah maupun di sisi manusia
2. Al- Mukmin (Yang Maha Keamanan)
Al-Mukmin artinya Yang Maha Memberi Keamanan. Allah adalah satu-satunya dzat yang memberi rasa aman, ketenangan dalam hati manusia.
Manusia secara pribadi atau kelompok akan selalu berusaha memperoleh rasa aman dengan cara yang berbeda-beda. Padahal hakikat rasa aman itu sebenarnya hanya dari Allah. Pasalnya Allah Swt. adalah tempat berlindung para hamba dari rasa takut. Salah satu rasa aman yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah rasa aman dari siksa dunia dan akhirat
Dengan memahami dan menghayati makna Asma’ul Husna al-Mu’min seharusnya kita meneladani sifat Allah tersebut, yaitu: 1) Memberikan rasa aman 2) Menjadi pribadi yang bisa dipercaya dan menjauhi sifat khianat 3) Menunjukkan sikap yang ramah dan sopan santun kepada sesama 4) Menciptakan lingkungan keluarga, tetangga, dan masyarakat yang kondusif 5) Mengembangkan pemikiran yang baik dan positif bagi sesama
3. Al- Wakil (Yang Maha Mewakili)
Al-Wakil artinya Yang Maha Mewakili. Allah adalah al-Wakil. Dia yang paling tepat untuk mewakili dan menangani segenap urusan makhluk. Allah adalah Dzat yang bertanggungjawab atas semua makhluk. Dia menciptakannya dari ketiadaan, lalu mengawasi dan menjaga mereka. Selayaknyalah Allah menjadi tempat bergantung bagi para makhluk-Nya.
Dalam bertawakkal, manusia masih tetap dituntut untuk melakukan sesuatu sampai batas kemampuannya, bukan berarti menyerahkan begitu saja segala sesuatu kapada Allah, tetapi penyerahan tersebut harus didahului dengan usaha yang maksimal. Setelah memahami dan menghayati makna Asma’ul Husna al-Wakiil maka marilah kita meneladaninya dengan cara: 1) Berserah diri kepada Allah 2) Bersyukur kepada-Nya 3) Menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan dan pengharapan 4) Tidak berputus asa dalam berdoa dan bekerja 5) Berupaya menjadi pribadi yang memiliki kredibilitas 6) Menjiwai setiap ikhtiar atau perbuatannya dengan mengharap keridhaan-Nya
4. Al- Matin (Yang Maha Kukuh)
Al-Matiin artinya Yang Maha Kukuh. Tiada sesuatupun yang dapat mengalahkan dan mempengaruhi-Nya. Imam alKhattabi memaknai al-Matiin sebagai Dzat Yang Maha Kuat yang kekuatan-Nya tidak dapat terbendung, tindakantindakan-Nya tidak terhalangi dan tidak pernah merasa lelah.
Allah Maha Kukuh. Kukuh kekuasan-Nya, kukuh kehendak-Nya, kukuh dalam sifat-sifat-Nya. Bagi kita sebagai hamba-Nya, hendaknya kekukuhan Allah menjadi landasan sikap kita sekurang-kurangnya untuk teguh memegang prinsip kebenaran, memiliki keinginan yang kuat, tidak tergoda untuk menerima atau mencari rezeki secara batil, konsekuen dalam membela kebenaran, menjadi manusia yang tawakkal, memiliki kepercayaan dalam jiwanya dan tidak merasa rendah di hadapan manusia lain, karena hanya Allah lah Yang Maha Kuat dan Maha Kukuh
5. Al- Jami’ (Yang Maha Mengumpulkan)
Al-Jami’ artinya Yang Maha Mengumpulkan. Allah adalah Dzat yang mengumpulkan semua makhluk pada hari kiamat. Menurut Imam Khattabi, tujuan Allah mengumpulkan makhluk pada hari itu adalah untuk membalas kebaikan dan keburukan yang dilakukan para makhluk. Pada saat Allah mengumpulkan para makhluk, tidak ada satupun yang luput. Baik makhluk yang meninggal terbakar, yang dilumat binatang buas atau yang tenggelam di lautan.
Pada hari itu, yang paling bahagia adalah orang-orang mukmin, yaitu mereka yang beriman kepada Allah, hari akhir, dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Dengan memahami dan menghayati makna Asma’ul Husna al-Jaami’ maka akan membuat kita sadar bahwa kita suatu saat akan mati dan akan dikumpulkan di sebuah tempat yang bernama padang makhsyar untuk menerima keputusan dan balasan atas perbuatan kita. Maka hendaklah kita meneladani asma Allah al-Matin yaitu dengan: 1) Hiduplah secara berjamaah (bersatu) 2) Menghimpun potensi positif diri 3) Mendukung upaya terwujudnya persatuan ummat Islam dunia
6. Al- Hafidz (Yang Maha Pemelihara)
Al-Hafidz artinya Yang Maha Pemelihara. Allah Maha Hafiidz berarti Allah sebagai Dzat Yang Maha memelihara. Allah lah yang memelihara seluruh makhluk-Nya, termasuk langit dan bumi yang kita huni ini.
7. Al- Rafi’ (Yang Maha Meninggikan)
Al-Rafi’ artinya Yang Maha Meninggikan. Allah al-Rafi’ artinya Dzat Yang Maha mengangkat atau meninggikan derajat hamba-hamba-Nya. Allah meninggikan status para kekasih-Nya serta memberi mereka kemenangan atas musuh-musuh-Nya. Imam al-Ghazali memaknai al-Rafii’ sebagai Dzat yang meninggikan orang-orang mukmin dengan kebahagiaan dan surga, serta meninggikan para wali-Nya dengan kedekatan kepada-Nya.
”Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. al Mujadilah [58]:11)
Allah Maha meninggikan derajat siapa saja yang dikehendaki-Nya. Karena-Nya tinggikanlah agama Allah dalam berbagai aspek kehidupan agar Allah pun meninggikan derajat kita sebagai hamba-Nya. Bekerja dan berusahalah secara sungguh-sungguh, meningkatkan kemampuan diri, disiplin, serta menjunjung tinggi profesionalisme dan tanggung jawab
8. Al- Wahhab (Yang Maha Pemberi)
Al- Wahhab artinya Yang Maha Pemberi. Allah alWahhab adalah Dzat yang maha memberi tanpa batas, Dia memberi tanpa diminta, dan tanpa meminta balasannya. Dia Allah, memberikan rahmat kepada makhluk-Nya tanpa pamrih, karena Dia tak membutuhkan apapun kepada makhluk-Nya. Imam alGhazaly mengatakan bahwa Dia memberi berulangulang, bahkan berkesinambungan, tanpa mengharapkan imbalan, baik duniawi maupun ukhrawi. Allah adalah Dzat yang memberi hidup dan kehidupan, memberi karunia pada kita berupa kecukupan, kesehatan, dan kekuatan. Dialah Dzat yang telah memberi kita otak, hati, pendengaran dan penglihatan, kebahagiaan, keberhasilan, di samping makanan dan minuman, pasangan dan keturunan dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar