Minggu, 17 Januari 2021

PERKEMBAANGAN ISLAM MASA KHULAFAURRASYIDIN (SKI Kelas 10 Sem. Genap ) Bagian 2

 



C.   Khalifah Usman bin Affan

1. Mengenal Ustman bin Affan

Usman bin Affan lahir di Makkah 5 tahun setelah Tahun Gajah, ada juga pendapat yang mengatakan beliau lahir di Thaif, usia Usman lima tahun lebih muda dari Rasulullah Saw. Nama lengkapnya adalah Usman bin Affan bin Abu al-Ash bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Nasabnya bertemu Rasulullah Saw pada Abdul Manaf.

Pada masa jahiliyah, Usman bin Affan termasuk manusia terkemuka di kabilahnya; dia orang terkenal, hartawan, sangat pemalu, halus tutur bahasanya, dicintai dan sangat dihormati kaumnya. Usman bin Affan sama sekali belum pernah bersujud kepada berhala dan tidak pernah melakukan perbuatan keji. Sebelum masuk Islam pun beliau tidak pernah meminum khamr dan sejenisnya.

Usman sangat memelihara pandangannya, ia juga menguasai ilmu yang berkembang  di  Arab  masa  jahiliyah.  Ustman  menekuni  dunia  perdagangan  yang diwarisi dari ayahnya, sehingga hartanya dapat berkembang dan menempatkan posisinya dalam daftar tokoh-tokoh Bani Umayyah yang diperhitungkan di Suku Quraiys secara keseluruhan.

Usman  bin  Affan termasuk  Assabiqqunal  Awalun  atas ajakan  Abu  Bakar. Rasulullah kemudian menikahkannya dengan putri beliau bernama Ruqayah. Ketika kaum musyrik Quarisy menyiksa kaum Muslimin, Usman hijrah bersama istrinya ke Habaysah kemudian kembali ke Makkah sebelum peristiwa hijrah ke Madinah.

Usman  bin  Affan  menyaksikan  seluruh peristiwa  dan  peperangan  bersama Rasulullah Saw, kecuali perang Badar, karena saat perang Badar terjadi beliau sedang merawat Ruqayyah yang akhirnya meninggal seusai perang Badar. Setelah itu Rasulullah Saw menikahkannya dengan putrinya yang lain bernama Ummu Kultsum, itulah sebab mengapa Usman diberi gelar Dzunnurrain (pemilik dua cahaya)

Usman bin Affan terkenal sebagai sahabat yang sangat dermawan, pada peristiwa perang Tabuk di mana waktu itu umat Islam sangat membutuhkan biaya untuk mencukupi perlengkapan dan kebutuhan untuk berperang, Usman bin Affan menyumbangkan  940  unta  dan  enam  puluh  ekor  kuda  untuk  menggenapi  jumlah seribu. Usman juga menyumbangkan 10.000 dinar untuk membiayai pasukan usra (pasukan  muslim  dalam  Perang  Tabuk  yang  berarti  pasukan  dalam  kesusahan). Usman telah banyak menginfakkan hartanya untuk dakwah Islam, termasuk waktu itu membeli sumur dengan hartanya, lalu mendermakannya kepada kaum muslimin.

2. Pengangkatan Usman bin Affan

Akhir  masa  pemerintahan  Umar  bin  Khathab  diwarnai  dengan  penikaman yang  dilakukan  oleh  Abu  Lu’Luah  budak  dari  Mughirah  bin  Syu’bah.  Setelah peristiwa penikaman itu Umar merasa ajalnya semakin dekat, maka ia meminta untuk menunjuk khalifah penggantinya. Metode pemilihan khalifah baru yang digagas oleh Umar bin Khathab adalah musyawarah  yang dilakukan oleh orang-orang terbatas.

Umar bin Khathab memilih enam orang shabat Rasulullah yang kesemuanya pantas untuk menjadi pemimpin. Umar juga menetapkan cara pemilihan, masanya, jumlah suara yang cukup untuk memilih khalifah, keputusan majlis, cara pemilihan ketika suara imbang, dan memerintahkan kepada para pasukan untuk mengawasi jalannya pemilihan, mencegah kekacaan dengan cara tidak memperbolehkan orang yang tidak berkepentingan untuk masuk atau mendengar pembahasan majlis. Majlis ini dikenal dengan Ahhlul Halli wal-Aqdi.

Enam orang sahabat ini terdiri dari; Ali bin Abi Thalib, Utman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Khalifah Umar bin Khathab menggabungkan antara menentukan calon khalifah   sebagaimana   dilakukan   Abu   Bakar   dan   antara   tidak   menentukan sebagaimana dilakukan Rasulullah Saw. Umar menentukan enam orang dan meminta mereka untuk menentukan siapakah yang dipilih menjadi khalifah diantara mereka.

Setelah bermusawarah diantara ke enam sahabat maka terpilihlah Usman bin Affan sebagai khalifah selanjutnya. Usman bin Affan dibai’at menjadi khalifah pada hari senin 28 Dzulhijjah tahun 23 H, dan mulai menjalankan tugas kekhalifahannya pada bulan Muharam tahun 24 H. Usman bin Affan wafat pada 18 Dzulhijjah tahun 35 H bertepatan dengan 20 Mei 656 M setelah menjadi khalifah selama kurang lebih 12 tahun.

3. Substansi dan strategi Usman bin Affan

Selama kurang lebih 12 tahun masa pemerintahannya banyak terjadi gejolak internal terutama  paroh  terakhir  masa  pemerintahannya.  Beberapa  hal  yang  terjadi  dan menjadi strategi kepemimpinan Usman bin Affan;

a.   Perluasan wilayah

Daerah-daerah strategis yang sudah dikuasai Islam seperti Mesir dan Irak terus dikembangkan dengan melakukan serangkaian ekspedisi militer yang terencana secara cermat. Beberapa wilayah berhasil dikuasai meliputi Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhoders dan bagian  yang tersisa dari Persia.

b.  Pembukuan al-Qur’an

Pada masa Usman terjadi perselisihan mengenai cara baca al-Qur’an, Usman memutuskan  untuk  melakukan  penyeragaman  cara  baca  al-Qur’an.  Cara  baca inilah  yang  secara  resmi  dipakai  oleh  kaum  muslimin.  Untuk  itu  setelah pembukuan al-Qur’an selesai, dibuatlah beberapa salinannya untuk dikirim ke Mesir, Syam,  Yaman,  Kuffah,  Basrah  dan Makkah. Satu mushaf disimpan di Madinah. Mushaf-mushaf inilah yang kemudian dikenal dengan nama Mushaf Usmani.. saat itu Usman mengharuskan umat Islam untuk menggunakan al-Qur’an hasil salinan yang telah disebarkan tersebut. Sementara mushaf  al-Qur’an dengan cara baca yang lainnya dibakar, dengan demikian perselisihan berhasil dihindari.

D.   Khalifah Ali bin Abi Thalib

1. Mengenal Ali bin Abi Thalib

Ali  bin  Abi  Thalib lahir pada hari Jumat  13 Rajab  tahun  600  M di  kota Makkah. Nama lengkapnya adalah Ali bin Abi Thalib ibn Abdil Muthalib ibn Hasyim ibn Abdi Manaf ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrahi bin Ka’ab ibn Lu’ay. Ali bin Abi Thalib termasuk dalam golongan Assabiqunal Awwaluun dari kalangan anak-anak. Sejak kecil beliau diasuh oleh Rasulullah Saw, oleh sebab itu beliau terdidik dalam kesempurnaan akhlaq dan sifat-sifat yang terpuji.

Pada   awal   dakwah   Rasulullah   Saw,   Ali   selalu   mengikuti   kemanapun Rasulullah Saw pergi termasuk ketika harus sembunyi-sembunyi melakukan sholat di lembah-lembah Makkah. Ali juga rela mempertaruhkan jiwanya untuk Rasulullah Saw ketika pada malam hijrah ke Yasrib beliau menggantikan tidur di pembaringan Rasulullah Saw.

Dari segi keilmuan, Ali bin Abi Thalib termasuk ulama dan hakim terkemuka dikalangan sahabat, hingga salah satu gelar yang disematkan kepadanya adalah babul ‘ilmi  (pintunya  ilmu).  Para  sahabat  senior  banyak  yang berkonsultasi  kepada Ali mengenai masalah-masalah keilmuan yang mereka hadapi, keluasan dan kedalaman ilmu yang dimiliki oleh Ali tidak diragukan lagi.

Dalam sebagian besar perang Rasulullah Saw, ia selalu bertugas membawa panji-panji perang. Keberanian, kepahlawanannya, dan kepiawaiannya tak ada tandingannya sehingga diberi julukan asadullah (singa Allah). Ali ikut serta dalam perang  Badar  maupun  perang-perang  lainnya,  hanya  saja  pada  peristiwa  perang Tabuk, Ali tidak ikut serta karena mendapat tugas dari Rasulullah Saw untuk menjaga keluarga beliau dan menggantikannya memimpin kota Madinah.

Sepeninggal Rasulullah Saw, Ali menjadi tempat para sahabat meminta pendapat. Meskipun tegas dan keras dalam setiap pertempuran, tetapi beliau memiliki sifat penyayang yang luar biasa. Beliau tak segan-segan menyedekahkan makanan yang seharusnya diperuntukkan bagi keluarganya. Ketika Abu Bakar, Umar bin Khathab dan Usman bin Affan menjadi khalifah, mereka tak segan untuk meminta pendapat dari Ali tentang suatu persoalan dan sebelum mengambil suatu tindakan.

 2. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib

Ketika terjadi pengepungan atas khalifah Usman bin Affan oleh para pemberontak, Ali bin Abi Thalib meminta dua orang putranya Hasan dan Husain untuk menjaga khalifah Usman, namun akhir dari pengepungan itu adalah meninggalnya Usman bin Affan.

Pasca peristiwa itu, para sahabat berkumpul dan mengutarakan pendapat mereka kepada Ali bin Abi Thalib,“Usman telah tiada dan umat membutuhkan pemimpin, sampai saat ini tidak ada seorangpun yang pantas menjadi pemimpin umat Islam selain engkau, dan tak ada juga seorangpun yang lebih senior dalam Islam dan lebih dekat dengan Rasulullah Saw selain engkau”.

Ali menolak penunjukan itu, dan beliaupun belum mengambil tindakan apa pun.Sementara keadaan semakin kacau dan menghawatirkan sehingga  Ali ragu ragu untuk mengambil keputusan dan tindakan. Mereka terus mendesak Ali untuk bersedia menjadi khalifah dan mengingatkan keadaan yang lebih buruk akan terjadi jika Ali tidak bersedia menjadi khalifah. Akhirnya Ali bin Abi Thalib bersedia dan dibai’at menjadi khalifah pada tanggal 24 Juni tahun 656 M di Masjid Nabawi.

Setelah bai’at terlaksana, Ali pun berpidato dan berpesan kepada kaum muslimin “Allah telah menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk untuk membedakan yang baik dari yang buruk. Karena itu, lakukanlah kebaikan dan tinggalkan keburukan”.

Masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib penuh dengan gejolak, hal ini dipicu oleh konflik internal yang muncul silih berganti, sehingga menghambat pemerintahannya. Gejolak ini juga yang mengakibatkan pada subuh tanggal 17 bulan Ramadhan 40 H Ali bin Abi Thalib ditikam oleh Ibnu Muljam, pada 20 Ramadhan beliau meninggal dan dimakamkan di Kufah. Beliau meninggal dalam usia 63 tahun dan menjadi khalifah selama 4 tahun 9 bulan.

3. Substansi dan Strategi Dakwah Ali bin Abi Thalib

Masa pemerintahan Ali bin Abi thalib yang singkat dihabiskan untuk meredam beberapa pemberontakan  yang terjadi. Ada  dua  pemberontakan  yang terjadi pada masa Ali bin Abi Thalib yang dikenal dengan perang Jamal (antara Ali dan Aisyah) dan perang Siffin (antara Ali dan Muawiyah). Beberapa strategi dan ketetapan Ali bin Abi Thalib:

a.   Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Usman, kemudian mengirim kepala daerah baru yang akan menggantikan mereka

b.   Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Usman kepada kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian Ustman kepada siapapun yang tidak beralasan diambil kembali untuk dikuasai Negara.

E.  Hikmah Pembelajaran

1. Khalifah Abu Bakar as-Shidiq merupakan khalifah yang cerdas, jujur dan mempunyai kepribadian yang tulus serta seorang pemimpin yang demokratis

2. Khalifah  Umar  bin  Khatab  merupakan  sosok  yang  pemberani  dan  tegas  dalam memimpin

3. Khalifah Usman bin Affan adalah seorang yang sangat dermawan dan juga cerdas

4. Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat Rasulullah Saw dan banyak mewarisi

ilmu beliau, sehingga AliUterJkeInaPl juUgaBdenLgaInKkecerdasan dan keluasan ilmu yang dimilikinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar