1. Hasad
a. Dalil Naqli
Allah berfirman:
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.” (QS. ali- Imran [3]: 120)
b. Pengertian
Cinta harta dan gila jabatan dapat menimbulkan hasad
Hasad adalah penyakit hati ketika seseorang merasa tidak senang jika orang lain menerima karunia dari Allah. Hasad secara bahasa berarti dengki atau benci. Menurut istilah hasad adalah membenci nikmat Allah Swt. yang dianugerahkan kepada orang lain, serta menginginkan agar nikmat tersebut segera hilang atau terhapus dari
orang lain.
Nikmat yang dikaruniakan oleh Allah Swt. kepada hamba-Nya tidak sama. Ada manusia yang dikaruniai nikmat berupa harta benda, ada yang dikaruniai nikmat berupa anak, kecerdasan, kecantikan, dan lain sebagainya. Akan tetapi manusia yang mempunyai perilaku hasad merasa tidak senang jika orang lain menerima karunia-Nya.
c. Sebab-sebab
Ada dua sebab utama yang membuat seseorang berlaku hasad, yang pertama adanya rasa permusuhan dan kebencian kepada seseorang. Yang kedua adanya sifat takabur atau sombong yakni merasa diri sendiri yang paling baik, paling benar atau paling hebat. Dari sifat dan sikap seperti ini seseorang tidak suka terhadap keberhasilan dan kemajuan yang dicapai orang lain.
d. Dampak Negatif Hasad
Dampak negatif perilaku hasad sebagai berikut.
1) Menghanguskan amal kebaikan
Hasad dapat membakar amal kebaikan bagaikan api membakar kayu bakar. Rasulullah Saw. bersabda:
“Jauhilah olehmu sifat dengki karena sesungguhnya sifat dengki itu memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.” (HR. Ahmad)
Semua amal baik membutuhkan perjuangan keras, sangat disayangkan bila amal baik itu hanya lenyap dalam sekejap oleh perilaku hasad. Ibarat “Panas setahun terhapus dengan hujan sehari.” Sekali berbuat hasad, amal kebaikan yang telah dikumpulkan bertahun-tahun pun lenyap tidak berbekas.
2) Merasa senang jika orang lain tertimpa musibah
3) Memutus tali silaturahmi
4) Hilangnya ketenangan dan kebahagiaan
5) Tidak dapat menyempurnakan iman
e. Cara Menghindari Perilaku Hasad
1) Memperbanyak bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah.
2) Menanamkan kesadaran bahwa sifat hasad akan membawa seseorang menderita batin
3) Berfikir positif atas segala kejadian yang menimpa kita
4) Menumbuhkan kesadaran bahwa akibat dari sifat dengki itu adalah permusuhan yang akan membawa kepada petaka .
5) Memelihara sikap rendah hati, tidak sombong atau membanggakan diri, dan meyakini bahwa semua yang kita miliki adalah titipan dari Allah Swt. sehingga kita tidak perlu merasa tersaingi apabila orang lain mendapatkan suatu kenikmatan dari Allah.
6) Saling mengingatkan dan saling menasehati
7) Bersikap realistis melihat kenyataan
8) Mempunyai pendirian dan tidak mudah terprovokasi
9) Senantiasa ingat pada Allah dan meminta perlindunngan kepada-Nya agar terhindar dari sifat hasad.
3. Ujub
a. Dalil Naqli
Rasulullah Saw. bersabda :
“Tiga perkara yang membawa kepada kehancuran: pelit, mengikuti hawa nafsu, dan suka membanggakan diri. “(HR. ath-Thabari, hadits Hasan).
b. Pengertian Ujub
Secara bahasa (etimologi), ’Ujub, berasal darikata ’ajaba yang artinya kagum, terheran-heran, takjub. Al-I’jabu bi al-Nafs berarti kagum pada diri sendiri. Yaitu ketika kita merasa bahwa diri kita memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain.
Secara istilah dapat kita pahami bahwa ’ujub yaitu suatu sikap membanggakan diri, dengan memberikan satu penghargaan yang terlalu berlebihan kepada kemampuan diri. Imam Ghazali menuturkan, “Perasaan ’ujub adalah kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan keutamaan kepada Allah.” Memang setiap orang mempunyai kelebihan tertentu yang tidak dimiliki orang lain, tetapi milik siapakah semua kelebihan itu? Allah berfirman :
َريدقَءي شَلكَىلعَوهوََنهيفَاموَضرلۡاوَتاوامسلاَكلمَلِلّ “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. al-Maidah [5]: 120)
Dengan demikian hakikat ujub adalah membanggakan diri atas kenikmatan yang ia dapati dengan melupakan bahwa itu adalah pemberian dari Allah.
c. Sebab-sebab
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya sifat ujub adalah sebagai berikut:
1) Banyak dipuji orang. Pujian seseorang secara langsung kepada orang lain, dapat
menimbulkan perasaan ’ujub dan egois pada diri orang yang dipujinya.
2) Banyak meraih kesuksesan. Seseorang yang selalu sukses dalam meraih cita-cita dan usahanya akan mudah memiliki perasaan ujub.
3) Kekuasaan. Setiap penguasa biasanya mempunyai kebebasan bertindak tanpa ada protes dari orang di sekelilingnya, dan banyak orang yang kagum dan memujinya.
4) Mempunyai intelektual dan kecerdasan yang tinggi
5) Memiliki kesempurnaan fisik, orang yang cantik, postur tubuh ideal, tampan dan ia memandang kelebihan yang ada pada dirinya, serta lupa akan keberadaannya sebagai manusia maka akan lebih cenderung kepada sifat ujub.
d. Dampak Negatif
1) Ujub akan membawa ke arah kesombongan (kibar), karena ujub merupakan salah satu sebab timbulnya kesombongan dan hal itu memberikan pengaruh negatif yang lebih banyak.
2) Meremehkan dosa dihadapan Allah, karena merasa ibadahnya sudah sempurna.
3) Melupakan nikmat atas pemberian dari Allah Swt. karena merasa bahwa keberhasilannya itu merupakan hasil usahanya sendiri bukan pemberian Allah
4) Tidak takut azab dan kemurkaan Allah karena ia meyakini bahwa ia telah mendapat kedudukan mulia di sisi Allah.
5) Menggugurkan pahala, karena Allah tidak akan menerima amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan ikhlas karena-Nya.
6) Enggan bermusyawarah dan berdiskusi dengan yang lain, juga enggan bertanya mengenai hal yang tidak diketahui. Ia lebih senang pada pendapatnya sendiri.
7) Hilangnya rasa saling menghormati, lenyapnya rasa simpati orang kepadanya dan menanamkan kebencian.
8) Enggan menerima nasihat orang lain karena menganggap orang lain lebih bodoh.
e. Cara Menghindari
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh setiap muslim agar dirinya terhindar dari
penyakit ’ujub diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Selalu mengingat akan hakikat dirinya, nyawa yang ada dalam tubuhnya semata- mata anugerah dari Allah. Andaikata Allah tiba-tiba mengambilnya, maka badannya tidak ada harganya sama sekali.
2) Sadar akan hakikat dunia dan akhirat. Dunia adalah tempat menanam amal shaleh untuk kebahagiaan di akhirat.
3) Menyadari bahwa sesungguhnya nikmat itu pemberian dari Allah, bukan semata- mata hasil usahanya. Ilmu, harta, kesehatan semua itu hanyalah titipan dari Allah
4) Selalu ingat akan kematian dan kehidupan setelah mati
5) Berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat Ujub.
6) Berusaha mau bekerja sama dan hidup saling menghargai
4. Sombong
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.” (QS. ali- Imran [3]: 120)
b. Pengertian
Cinta harta dan gila jabatan dapat menimbulkan hasad
Hasad adalah penyakit hati ketika seseorang merasa tidak senang jika orang lain menerima karunia dari Allah. Hasad secara bahasa berarti dengki atau benci. Menurut istilah hasad adalah membenci nikmat Allah Swt. yang dianugerahkan kepada orang lain, serta menginginkan agar nikmat tersebut segera hilang atau terhapus dari
orang lain.
Nikmat yang dikaruniakan oleh Allah Swt. kepada hamba-Nya tidak sama. Ada manusia yang dikaruniai nikmat berupa harta benda, ada yang dikaruniai nikmat berupa anak, kecerdasan, kecantikan, dan lain sebagainya. Akan tetapi manusia yang mempunyai perilaku hasad merasa tidak senang jika orang lain menerima karunia-Nya.
c. Sebab-sebab
Ada dua sebab utama yang membuat seseorang berlaku hasad, yang pertama adanya rasa permusuhan dan kebencian kepada seseorang. Yang kedua adanya sifat takabur atau sombong yakni merasa diri sendiri yang paling baik, paling benar atau paling hebat. Dari sifat dan sikap seperti ini seseorang tidak suka terhadap keberhasilan dan kemajuan yang dicapai orang lain.
d. Dampak Negatif Hasad
Dampak negatif perilaku hasad sebagai berikut.
1) Menghanguskan amal kebaikan
Hasad dapat membakar amal kebaikan bagaikan api membakar kayu bakar. Rasulullah Saw. bersabda:
“Jauhilah olehmu sifat dengki karena sesungguhnya sifat dengki itu memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar.” (HR. Ahmad)
Semua amal baik membutuhkan perjuangan keras, sangat disayangkan bila amal baik itu hanya lenyap dalam sekejap oleh perilaku hasad. Ibarat “Panas setahun terhapus dengan hujan sehari.” Sekali berbuat hasad, amal kebaikan yang telah dikumpulkan bertahun-tahun pun lenyap tidak berbekas.
2) Merasa senang jika orang lain tertimpa musibah
3) Memutus tali silaturahmi
4) Hilangnya ketenangan dan kebahagiaan
5) Tidak dapat menyempurnakan iman
e. Cara Menghindari Perilaku Hasad
1) Memperbanyak bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah.
2) Menanamkan kesadaran bahwa sifat hasad akan membawa seseorang menderita batin
3) Berfikir positif atas segala kejadian yang menimpa kita
4) Menumbuhkan kesadaran bahwa akibat dari sifat dengki itu adalah permusuhan yang akan membawa kepada petaka .
5) Memelihara sikap rendah hati, tidak sombong atau membanggakan diri, dan meyakini bahwa semua yang kita miliki adalah titipan dari Allah Swt. sehingga kita tidak perlu merasa tersaingi apabila orang lain mendapatkan suatu kenikmatan dari Allah.
6) Saling mengingatkan dan saling menasehati
7) Bersikap realistis melihat kenyataan
8) Mempunyai pendirian dan tidak mudah terprovokasi
9) Senantiasa ingat pada Allah dan meminta perlindunngan kepada-Nya agar terhindar dari sifat hasad.
b. Pengertian Sombong (Takabur)
Sombong (takabur) artinya adalah membanggakan diri sendiri. ”Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”(HR. Muslim). Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin dalam bukunya, ”Halal Haram dalam Islam”, mencontohkan beberapa sikap sombong, diantaranya membantah guru, memperpanjang pembicaraan, serta menunjukkan adab buruk kepadanya. Bentuk kesombongan lain adalah menganggap rendah orang yang telah memberikan masukan kepadanya hanya karena dia berasal dari kalangan yang lebih rendah darinya.
Sombong itu merupakan anak dari ujub, akar dari sombong itu adalah ujub. Jadi, ujub itu melahirkan sombong. Terdapat perbedaan antara ujub dengan sombong. Adapun Ujub tidak memerlukan orang lain, sedangkan sombong membutuhkan orang lain sebagai
pembandingnya. Islam melarang dan mencela sikap sombong. Allah berfirman
”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS.Luqman [31]: 18)
c. Sebab-sebab
1) Merasa apa yang diucapkan benar, sehingga menganggap orang lain salah
2) Gila pujian, jika mengetahui banyak orang memujinya, ia girang bukan main dan bertambah keangkuhannya.
3) Merasa banyak ilmu, banyak harta, namun lebih fatalnya, ada orang tidak kaya tetapi dia bersikap sombong. Rasulullah Saw. bersabda: ”Orang fakir yang berlaku sombong termasuk orang-orang yang tidak akan diajak berbicara oleh Allah pada hari kiamat, Allah juga tidak akan menyucikan, tidak akan memandang mereka, dan bagi mereka azab yang pedih.” (HR. Muslim)
4) Amal dan ibadah, ia merasa hidupnya selamat sampai di akhirat sedangkan orang lain dianggap tidak selamat.
5) Karena nasab (garis keturunan) dan kelebihan fisik yang dimiliki
d. Dampak Negatif
1) Menjadi penghalang masuk surga, karena tidak memiliki akhlak seorang mukmin.
Akhak mukmin adalah pintu surga dan kesombongan penutup pintu surga.
2) Mendapatkan hukuman di dunia karena kesombongannya.
3) Membuat orang lain membenci perilakunya
e. Cara Menghindari
1) Meningkatkan ibadah kepada Allah
2) Meningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
3) Menyadari dosa yang akan menimpa pada orang sombong
4) Mengganti dengan berperilaku tawadu’
5) Ikhlas dalam melakukan perbuatan
6) Menyadari segala kekurangan sebagai manusia
7) Menyadari bahwa hidup ini hanya sementara
5. Riya’
a. Dalil Naqli
Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia.” (QS. al-Baqarah [2]: 264).
b. Pengertian
Pengertian riya’ menurut bahasa berasal dari kata al-Riya’u ( ءايرلا) yang artinya menampakkan. Yaitu memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia. Secara istilah riya’ adalah melakukan ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan karena Allah semata. Menurut Imam Ghazali riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan amal kebaikan bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapatkan pujian atau penghargaan. Salah satu sifat yang erat kaitannya dengan riya’ adalah sum’ah yaitu suka memperdengarkan atau menceritakan kebaikannya kepada orang lain.
c. Sebab-sebab
1) Terlalu dikagumi orang lain
2) Lari dari celaan
3) Rakus akan apa yang diperoleh/ terdapat pada orang lain
4) Ambisi mendapatkan kedudukan atau kepemimpinan
5) Senang karena lezatnya pujian orang lain
6) Lalai akan dampak buruk riya’
d. Dampak Negatif
1) Riya’ lebih berbahaya dari pada fitnah Dajjal
2) Nilai amal saleh hilang.
3) Riya’ adalah syirik khofi (tersembunyi)
4) Mereka ini tidak mendapat manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.
5) Akan merasa hampa dan kecewa apabila perhatian dan pujian yang ia harapkan ternyata tidak didapatnya.
6) Terkena penyakit rohani berupa gila pujian atau gila hormat
7) Bisa menimbulkan pertengkaran bila ia mengungkit-ungkit kebaikannya pada orang lain.
8) Lebih sangat merusak dari pada serigala menyergap domba
9) Menjadi sebab azab di neraka
10) Menambah kesesatan seseorang
e. Cara Menghindari
Penyakit riya’ jangan dibiarkan terus menerus merusak jiwa kita. Kita harus berupaya untuk menghindarinya dengan cara sebagai berikut.
1) Memperbaiki niat ibadah semata-mata karena Allah
2) Menghindari sikap suka memamerkan perbuatan baik
3) Bersyukur atas nikmat yang telah diberikan
4) Meningkatkan kekhusyukan dalam beribadah
5) Mengingat bahaya perilaku riya’
6) Berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari sifat riya’
7) Hidup sederhana
Saya sudah selesai pak
BalasHapus