Senin, 26 Juli 2021

Kebudayaan Masyarakat Makkah Sebelum Islam ( Klas 10 /Gasal /Pertemuan 1)

 A. Kebudayaan Masyarakat Makkah Sebelum Islam

Para ahli sejarah menyebut masa sebelum kehadiran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw sebagai masa jahiliyah. Secara bahasa masa jahiliyah berasal dari kata jahil, yang diturunkan dari kata dasar Arab jahala yang berarti bodoh.

Zaman jahiliyah ini terdiri atas dua periode yaitu jahiliyah periode pertama dan jahiliyah periode kedua. Jahiliyah periode pertama meliputi masa yang sangat panjang, tetapi tidak banyak yang bisa diketahui hal ihwalnya dan sudah lenyap sebagian masyarakat pendukungnya. Adapun jahiliyah periode kedua berlangsung kira-kira sekitar 150 tahun sebelum Islam lahir. Jahiliyah periode kedua inilah yang kita kenal hingga sekarang.

 Bangsa Arab sebelum Islam sudah mengenal dasar-dasar beberapa cabang ilmu pengetahuan, bahkan dalam hal seni sastra mereka telah mencapai tingkat kemajuan pesat. Negeri Arab adalah sebuah semenanjung di ujung barat daya benua Asia. Di sebelah utara  berbatasan dengan  Syam,  Palestina,  dan  al-Jazirah.  Di sebelah  selatan berbatasan dengan Teluk Aden dan Samudra India. Di sebelah timur berbatasan dengan Teluk Oman dan Teluk Persia; dan di sebelah barat berbatasan dengan Selat Bab Al- Mandib, Laut Merah dan Terusan Zues.

Keadaan Arab khususnya daerah Makkah terdiri atas gurun pasir yang panas dan gersang. Hal ini mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat Makkah sehingga tercermin dalam kehidupan sosial budaya mereka. Orang-orang Makkah dikenal sebagai bangsa pengembara yang nomaden. Mereka sering berpindah pindah dengan mengandalkan kendaraan yang berupa unta dan kuda.

Kebiasaan menggembara membuat orang-orang Arab Makkah senang hidup bebas tanpa aturan dan hukum  yang dapat mengikat mereka sehingga mereka menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan. Mereka senang hidup mengelompok yang tergabung dalam kabilah atau suku yang sangat banyak jumlahnya.

 Kekuatan, keperkasaan, keuletan dan keberanian merupakan modal utama untuk dapat bertahan di alam gurun pasir. Mereka tidak menyukai anak-anak wanita karena wanita dinilai makhluk lemah, tidak mampu berperang, dan tidak kuat melakukan pekerjaan     yang  berat.  Seakan    suatu  bencana  besar  dan  sebagai  aib  jika  tidak mempunyai anak laki-laki.

Namun, selain memiliki watak, perangai, dan perilaku keras, penduduk arab mempunyai jiwa seni sastra yang tinggi, terutama dalam bentuk syair dan sajak. Kepandaiannya dalam mengubah sajak atau syair merupakan kebanggaan orang Arab. Para penyair kenamaan sangat dikagumi dan dihormati.

Dari segi keyakinan, bangsa Arab pada masa jahiliyah terbagi menjadi beberapa golongan:

1. Golongan yang mengingkari Sang Pencipta dan hari kebangkitan. Mereka percaya bahwa alam, masa, dan waktulah yang membinasakan segalanya seperti yang termaktub dalam QS al.Jatsiyah [45] :24.

2. Golongan yang mengakui adanya Tuhan, tetapi walaupun mengakui adanya Tuhan, namun mengingkari adanya hari kebangkitan, seperti yang termaktub dalam QS al - Qaaf [50] :15.

3. Golongan  yang  menyembah  berhala,  biasanya  masing-masing  kabilah  memiliki berhala sendiri-sendiri. Kabilah Kalab di Daumatul Djandal misalnya, mereka mempunyai   berhala   Wad,   kabilah   Huzdail   mempunyai   berhala   Suwa’Kabilah Madzhaj dan kabilah-kabilah di Yaman semuanya menyembah Yaghuts dan Ya’uq, Kabilah Tsaqif di Thaif menyembah Latta, Kabilah Qurays di Kinanah menyembah Uzza.  Kabilah  Aus  dan  Khazraj  menyembah  Manat,  dan  sebagai  pemimpin  dari semua berhala adalah Hubal yang ditempatkan di samping sisi Ka’bah

4. Golongan  yang  lain  adalah  golongan  yang  cenderung  mengikuti  ajaran  Yahudi, Nasrani, dan Shabiah, ada pula yang menyembah malaikat atau jin.

Label jahiliyah yang diberikan kepada bangsa Arab pra Islam, bukan berarti tidak ada kebaikan sama sekali dalam kehidupan mereka. Bangsa Arab masih memiliki akhlak- akhak mulia dan budaya positif  yang menyejukkan dan menakjubkan akal manusia, Diantara perkembangan kebudayaan masyarakat Arab pra Islam:

1) Tradisi keilmuan

Bangsa Arab pra Islam telah mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, terbukti dengan   dikembangkannya   ilmu   astronomi   yang   ditemukan   oleh   orang-orang Babilonia. Ilmu Astronomi ini berkembang di Arab setelah bangsa Babilonia diserang

 oleh bangsa Persia kemudian mengenalkan ilmu astronomi ini kepada orang-orang Arab pada masa itu. Selain astronomi mereka juga pandai dalam ilmu nasab, ilmu rasi-rasi bintang, tanggal-tanggal kelahiran dan ta’bir mimpi.

2) Berdagang

Masyarakat Arab yang tinggal di perkotaan atau disebut ahlul-hadar, mereka hidup dengan berdagang.  Kehidupan sosial ekonominya sangat ditentukan oleh keahlian mereka dalam berdagang. Mereka melakukan perjalanan dagang dalam dua musim selama setahun, pada musim panas pergi ke Negeri Syam (Syiria) dan pada musim dingin mereka pergi ke negeri Yaman. Pada masa itu sudah berdiri sebuah pasar yang diberi  nama  pasar  Ukaz.  Pasar  Ukaz dibuka  pada  bulan-bulan  bertepatan  dengan waktu pelaksanaan ibadah haji, yaitu; bulan Dzulkaidah, Zulhijjah dan Muharam.

3) Bertani

Masyarakat Arab yang tinggal di pedalaman yaitu masyarakat Badui, mata pencahariannya adalah dengan bertani dan beternak. Kehidupan mereka nomaden, hidup mereka berpindah-pindah dari satu lembah ke lembah yang lain untuk mencari rumput bagi hewan mereka. Masyarakat yang hidup di daerah yang subur, mereka bercocok tanam dan hidup di sekitar oase seperti  Thaif. Mereka menanam buah-buahan dan sayur-sayuran.

4) Bersyair

Pasar Ukaz tidak hanya menyediakan barang dagangan berupa perniagaan dan kebutuhan sehari-hari saja, tetapi juga pagelaran kesenian seperti qashidah-qashidah gubahan sastrawan Arab. Syair menjadi salah satu budaya tingkat tinggi yang berkembang pada masa Arab pra Islam. syair juga dapat menjadikan seseorang atau kabilah tertentu menjadi kabilah terbelakang atau kabilah yang terhormat. Syair menjadi masalah mafakhir (kebanggaan) mereka dalam kehidupan sosialnya.

Selain bersyair, mereka juga terbiasa menuliskan kata-kata hikmah dalam setiap bangunan agung yang mereka dirikan untuk dijadikan peringatan dan diambil hikmahnya bagi generasi selanjutnya. Orang Arab saat itu berloba-lomba dan membanggakan sikap dermawan. Separuh syair-syair mereka diisi dengan pujian dan sanjungan terhadap kedermawanan

5) Menghormati Tamu

Kehidupan sosial bangsa Arab pra Islam terkenal pemberani dalam membela pendiriannya, mereka tidak mau mengubah pendirian yang sudah mengakar dalam kehidupan mereka. Salah satunya adalah menghormati dan memulaiakan tamu, menghormati tamu adalah bagian  dari  menjunjung  tinggi  sikap  dermawan  yang  mereka  miliki,  mereka berlomba-lomba untuk memuliakan tamu dengan segala harta benda meraka.

Bangsa Arab pra Islam rela untuk berkorban harta bendanya hanya untuk memuliakan tamu. Pernah ada seorang laki-laki yang kedatangan tamu di rumahnya, sementara dia tidak memiliki apa-apa selain onta yang menjadi tumpuan hidupnya. Ia rela menyembelih untanya hanya demi untuk menjamu tamunya.

6) Menepati Janji

Bagi  orang  Arab,  janji  adalah  hutang  yang harus mereka  bayar.  Melanggar  janji adalah aib bagi hidup mereka, bahkan dalam sebuah kisah Hani bin Mas’ud bin Mas’ud asy-Syaibani hanya demi sebuah janji mereka rela membinasakan keturunan mereka dan menghancurkan rumah demi memenuhi sebuah janji.


B.  Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Makkah

Tatkala  Muhammad  telah  sampai  pada  usia  kesempurnaanya  yaitu  40  tahun, Allah Swt. menganugerahkan kepadanya kecenderungan berkhalwat atau menyendiri, agar ia menjauh dari hiruk-pikuk kehidupan jahiliyah untuk bertahannus (beribadah) kepada Allah Swt. Muhammad sering melakukan ‘Uzlah (mengasingkan diri) di Gua Hira dengan beribadah menurut agama Nabi Ibrahim a.s.

Dalam keadaan  bertahannus di Gua  Hira,  muncullah  seseorang   dan  berkata kepada  Muhammad  “bergembiralah  hai  Muhammad,  aku  adalah  Jibril,  dan  engkau adalah utusan Allah Swt untuk umat ini. Kejadian ini terjadi bertepatan pada tanggal 13

Ramadan tahun 13 sebelum Hijriyah atau bulan Juli tahun 610 Masehi. Malaikat Jibril berkata kepada Muhammad “bacalah” lalu Muhammad menjawab “aku tidak bisa membaca” demikian sampai tiga kali hingga malaikat jibril mendekap untuk ketiga kalinya dan akhirnya Muhammad mengucapkan q.s al-‘alaq ayat 1-5

  • 1.  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

2.  Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3.  Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,

4.  Yang mengajar (manusia) dengan pena.

5.  Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S.al-`Alaq 96:1-5)

Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, bergegaslah Muhammad pulang menemui Khadijah istrinya dengan keadaan gemetar. Setelah menceritakan perihal malaikat Jibril, Khadijah mengajak Muhammad menemui Waraqah bin Naufal yang merupakan saudara sepupunya.  Waraqah  bin  Naufal  merupakan  pemeluk  Nasrani  yang  taat  dan  sangat menguasai bahasa Ibrani juga mengetahui perihal rasul-rasul di antara orang-orang yang telah   melihat   kitab-kitab   zaman   dahulu.   Muhammad   menceritakan   semua   yang dialaminya ketika berada di Gua Hira kepada Waraqah bin Naufal.

Demi mendengar penuturan Muhamad Waraqah mengatakah “ini adalah an- Namus (malaikat) yang pernah diturunkan kepada Nabi Musa a.s, Waraqah mengetahui bahwa utusan Allah Swt kepada para nabiNya tiada lain hanyalah Malaikat Jibril. Maka yakinlah Muhammad bahwa dia adalah manusia pilihan yang diutus Allah Swt. untuk menjadi rasul selanjutnya.

Setelah menerima wahyu pertama, Muhammad merasakan gundah gulana karena wahyu  selanjutnya  belum  juga  turun.  Masa  antara  turunnya  wahyu  pertama  dengan wahyu kedua sering disebut dengan masa fatrah. Dalam masa fatrah ini sekitar tiga puluh sampai empat puluh hari, ketika Rasulullah Saw sedang berjalan-jalan, tiba-tiba mendengar suara gemuruh dari langit.

Beliau  melihat  sosok  malaikat  Jibril sedang duduk  diantara langit  dan  bumi. Rasulullah Saw merasa ketakutan demi mengingat kejadian di Gua Hira. Bergegas beliau pulang ke rumah dengan meminta istrinya untuk menyelimutinya, “selimutilah diriku, selimutilah aku”.Kemudian Allah Swt menurunkan firmanNya QS. Al Mudatsir ayat 1-7.

Kemudian  Rasulullah  Saw  bangkit  mengerjakan  perintah  Allah  Swt  yaitu menyeru kaum yang berhati keras dan tidak beragama untuk menyembah Allah Swt. Tugas ini merupakan perkara yang berat dan besar.   Beliau harus berhadapan dengan berbagai  tantangan  dan  masalah,  antara lain  perombakan  sistem  kebudayaan,  sosial, kepercayaan penduduk Makkah dan meluruskan sistem sosial yang tidak adil.

 1.   Dakwah Sembunyi-Sembunyi

Rasulullah Saw   memulai dakwahnya secara sembunyi-sembunyi, menyeru manusia untuk beriman kepada Allah Swt, menganut agama Tauhid dan mengenalkan bahwa  Tuhan  itu  satu,  yaitu  Allah  Swt.  Dakwah  secara  sembunyi -sembunyi  ini dilakukan untuk menghindari munculnya gejolak yang sangat mungkin terjadi di kalangan masyarakat.  Beliau memulai dakwah kepada keluarga dan karib kerabatnya. Beliau mengetahui bahwa orang Quraisy sangat terikat, fanatik, dan kuat mempertahankan kepercayaan jahiliyyah.    Dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3-4 tahun.

Empat tahun pertama merupakan masa Rasulullah Saw mempersiapkan diri, menghimpun kekuatan dan mencari pengikut setia.  Seiring dengan itu, wahyu yang turun pada masa itu secara umum bersifat mendidik, membimbing, membina, mengarahkan dan memantapkan hatin dalam rangka mewujudkan kesuksesan dakwahnya.  Rasulullah Saw dibekali dengan wahyu yang mengandung pengetahuan dasar mengenai sifat Allah Swt dan penjelasan mengenai dasar akhlak Islam.  Selain itu,  wahyu  saat  itu  sebagai  bantahan  secara  umum  tentang  pandangan  hidup masyarakat jahiliyyah yang berkembang saat itu.

Orang pertama yang menyatakan keislamannya (Assabiqunal Awwalun) adalah :

a. Khadijah (istrinya)

b. Ali bin Abi Thalib

c. Zaid bin Haritsah (anak angkatnya)

d. Abu Bakar (sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak)

e. Ummu Aiman (pengasuh beliau sejak masa kecil)

Melalui Abu Bakar, pengikut Rasulullah Saw bertambah, mereka adalah :

a. Abd Amar bin Auf (kemudian berganti nama menjadi Abdur Rahman bin  Auf)

b. Abu Ubaidah bin Jarrah c. Usman bin Affan

d. Zubair bin Awwam

e. Sa’ad bin Abi Waqqas

 f.  Arqam bin Abi Al Arqam g. Fathimah bin Khattab

h. Talhah bin Ubaidillah dan sebagainya.


2.   Dakwah Terang-terangan

Tiga tahun lamanya Rasulullah Saw berdakwah secara sembunyi -sembunyi di rumah sahabat Arqam bin Abi Al Arqam.   Penduduk Makkah banyak yang sudah mengetahui dan mulai membicarakan agama baru yang beliau bawa.   Mereka menganggap agama itu sangat bertentangan dengan agama nenek moyang mereka. Pada waktu itu turunlah wahyu yang memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara terbuka dengan terang-terangan kepada seluruh masyarakat.  Alah Swt berfirman dalam QS. Al Hijr ayat 94.

لَقَالُوْٓا اِنَّمَا سُكِّرَتْ اَبْصَارُنَا بَلْ نَحْنُ قَوْمٌ مَّسْحُوْرُوْنَ ࣖ 

15. tentulah mereka berkata, “Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang yang terkena sihir.”  

“Maka   sampaikanlah   (Muhammad)   secara   terang-terangan   segala   apa   yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr15: 94)

Dengan turunnya ayat tersebut, Rasulullah Saw. mulai berdakwah secara terang- terangan.  Dakwah ini membuat seorang tokoh Bani Giffar yang tinggal di Barat Laut Merah menyatakan diri masuk Islam.   Ia adalah Abu Zar Al-Giffari.   Atas perintah Rasulullah Saw kemudian Abu Zar Al-Giffari pulang untuk berdakwah di kampungnya.   Sejak itulah banyak orang yang masuk  Islam berkat Abu  Zar  Al- Giffari.    Melalui cara itu pula, Bani Daus juga masuk Islam.  Orang pertama Bani Daus yang masuk Islam adalah Tufail bin Amr ad Dausi, seorang penyair terpandang di kabilahnya.  Dengan demikian, Islam mulai tersebar di luar Makkah.

Keberhasilan Rasulullah Saw dalam berdakwah mendorong kaum kafir Quraisy melancarkan tindakan kekerasan terhadap beliau dan pengikutnya.   Di tengah meningkatnya kekejaman pemimpin kafir Quraisy, Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab, dua orang kuat Quraisy masuk Islam.  Hal ini membuat kaum kafir Quraisy mengalami kesulitan untuk menghentikan dakwah Rasulullah Saw.

Suatu ketika, Rasulullah Saw melakukan dakwah secara terbuka di Bukit Shafa dengan memanggil semua suku yang ada di sekitar Makkah.  Untuk mengetahui apa yang akan disampaikan Muhammad, semua suku mengirimkan utusannya.   Bahkan Abu Lahab, paman beliau pun hadir bersama istrinya (Ummu Jamil).

Rasulullah Saw berseru, ”Jika saya katakan kepada kamu bahwa di sebelah bukit  ada  pasukan  berkuda  yang  akan  menyerangmu,  apakah  kalian  percaya?”. Mereka menjawab, ”Kami semua percaya, sebab kamu seorang yang jujur dan kami tidak pernah menemui kamu berdusta”.

Rasulullah Saw kemudian berseru kembali, ”Saya peringatkan kamu akan siksa di hari kiamat.   Allah Swt menyuruhku untuk mengajak kamu menyembah kepada Nya, yaitu Tuhanku dan Tuhanmu juga, yang menciptakan alam semesta termasuk yang kamu sembah.   Maka tinggalkanlah Latta, Uzza, Manat, Hubal dan berhala- berhala lain sesembahanmu”. Mendengar seruan tersebut Abu Lahab mencaci maki seraya  berkata, ”Hari ini kamu (Muhammad) celaka.  Apakah hanya untuk ini kamu mengumpulkan kami semua?”.

Selanjutnya Rasulullah Saw termenung sejenak memikirkan reaksi keras dari kaumnya yang menentang dakwahnya.   Kemudian, turun wahyu yang menerangkan bahwa yang celaka bukanlah beliau, tetapi Abu Lahab sendiri.

Setelah peristiwa di Bukit Shafa tersebut, para pemimpin Qurays bereaksi dengan melakukan sebagai berikut:

 a. Mendatangi Abu Thalib, paman yang mengasuh Rasulullah Saw.  Mereka meminta Abu  Thalib  untuk  mencegah  kegiatan  dakwah  yang  dilakukan  keponakannya, tetapi tidak berhasil.

b. Kaum kafir Quraisy mengutus Walid bin Mughirah dengan membawa seorang pemuda untuk ditukarkan dengan Muhammad Saw.   Mereka akan bangkit memerangi Rasulullah Saw.

Ancaman keras ini nampaknya berpengaruh pada diri Abu Thalib.   Lalu ia memanggil ponakannya untuk berhenti dari dakwahnya.  Namun, Rasulullah Saw tetap tegar dan menolak permintaan pamannya dengan berkata, “Demi Allah Swt, biarpun matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan menghentikan dakwah agama Allah Swt ini hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya”.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Rasulullah Saw meninggalkan Abu Thalib seraya menangis.   Abu Thalib memanggilnya kembali, seraya berkata, “Wahai anak saudaraku! Pergilah dan katakanlah apa  yang kamu kehendaki (dakwah). Demi Allah Swt, aku tidak akan menyerahkanmu kepada mereka selamanya”.

c. Mengutus Utbah bin Rabi’ah, seorang ahli retorika untuk membujuk Rasulullah Saw.  Mereka menawarkan tahta dan harta, asalkan beliau bersedia menghentikan dakwahnya.  Tawaran itu pun ditolak keras oleh Rasulullah Saw.

d. Melakukan  tindakan  kekerasan  secara  fisik  terhadap  orang  yang masuk  Islam.

Budak yang masuk Islam disiksa dengan kejam seperti Bilal bin Rabah, Amir bin Fuhairah at Tamimi, Ummu Ubais, an Nadhiyah serta anaknya, Al Mu’ammiliyah, dan Zinirah.  Zinirah disiksa hingga matanya buta, sedang Ummu Amar bin Yair binti Kubath, budak wanita Bani Makhzum disiksa sampai mati.  Bahkan Usman bin Affan pun pernah dikurung dan dipukuli dalam kamar gelap oleh saudaranya.

Tekanan-tekanan ini ternyata tidak membuat Islam dijauhi.   Sebaliknya, umat Islam semakin bertambah. Hal ini membuat Abu Jahal menekan kepada semua pemimpin Quraisy untuk melakukan pemboikotan kepada Bani Hasyim dan  Bani Muthalib.

Isi surat pemboikotan itu adalah sebagai berikut :

a. Muhammad dan kaum keluarga serta pengikutnya tidak diperbolehkan menikah dengan bangsa Arab Quraisy lainnya, baik laki-laki maupun perempuan.

b. Muhammad  dan  kaum  keluarga  serta  pengikutnya  tidak  boleh  mengadakan hubungan jual beli dengan kaum Quraisy lainnya.

 c. Muhammad  dan  kaum  keluarga  serta  pengikutnya  tidak  boleh  bergaul  dengan kaum Quraisy lainnya

d. Kaum Quraisy tidak dibenarkan membantu dan menolong Muhammad, keluarga ataupun pengikutnya.


Sumber : Buku Siswa SKI  X Madrasah Aliyah (Uji Publik) Direktorat KKSK Madrasah 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar