Senin, 01 Februari 2021

PERKEMBANGAN ISLAM DI ASIA TENGGARA (Vietnam, Singapura, Myanmar)

 5. Vietnam

Vietnam merupakan salah satu negara komunis di dunia dan bernama resmi Republik Sosialis Vietnam. Negara ini terletak di ujung timur Semenanjung Indochina kawasan Asia Tenggara. Vietnam berbatasan dengan Republik Rakyat Tiongkok di sebelah  utara,  Laos di  sebelah  barat laut,  Kamboja  di  sebelah  barat  daya  dan  di sebelah timur terbentang Laut China Selatan. Vietnam merupakan negara terpadat ke-13 di dunia ini dengan populasi sekitar 84 Juta jiwa.Sejarah perkembangan Islam di Jawa tidak terlepas dari  cerita  putri  Champa.  Seorang  putri  dari kerajaan Champa pada akhir Kerajaan Majapahit, disebut    dengan    Putri    Champa.Kerajaan    Champa    (bahasa    Vietnam:   Chiêm Thành)  adalah  kerajaan  yang  pernah  menguasai daerah  yang  sekarang  termasuk  Vietnam  tengah  dan  selatan  (termasuk  sebagian Kamboja), diperkirakan antara abad ke-7 sampai dengan 1832 M.

Para ahli sejarah berbeda pendapat tentang penentuan tahun masuknya Islam ke Vietnam, namun mereka sepakat bahwa Islam telah sampai ke tempat ini pada adab ke10 dan 11 Masehi melalui India, Persia dan pedagang Arab, dan menyebar antara masyarakat cham. Dalam sejarahnya sebelum penaklukan Champa oleh by Lê Thánh Tông,  agama  dominan di  Champa adalah  Syiwaisme  dan  budaya  Champa  sangat dipengaruhi oleh India. Islam mulai memasuki Champa setelah abad ke-10. Namun, baru setelah invasi 1471, pengaruh agama ini menjadi semakin cepat. Pada abad ke-17 keluarga bangsawan Champa juga mulai memeluk agama Islam. Orang-orang Cham (sebutan untuk orang-orang Kerajaan Champa, berorientasi kepada Islam.

Perkembangan agama Islam di negara komunis Vietnam saat ini sebagaimana di lansir Kantor berita AFP, pada tahun 2010 lalu, merilis data jumlah penduduk muslim di daerah tersebut sekitar 1.300 jiwa. Namun, menurut situs religiouspopulation.com, jumlah umat Islam di Ibu kota Ho Chi Minh mencapai 5.000 orang.  Rumah makan yang menawarkan makanan halal dan masjid-masjid serta madrasah juga banyak ditemukan.

Secara umum, total populasi Muslim, terutama dari komunitas Cham, di negara yang berpenduduk 86 juta orang itu sekitar 100 ribu orang. Namun, hasil survei yang dilakukan The Pew Research Center pada Oktober 2009, menyatakan bahwa jumlah umat Islam di Vietnam mencapai 71.200 jiwa. Angka itu mengalami kenaikan dibandingkan data hasil sensus pada 1999 yang hanya mencapai 63.146 jiwa. Sekitar 77 persen umat Islam di Vietnam menetap di Wilayah Tenggara, yakni 34 persen tersebar di provinsi Ninh Thuan Province, 24 persen di Provinsi Binh Thuan, dan sebanyak 9,0 persen di Kota Ho Chi Minh.   Sekitar 22 persen menetap di wilayah Sungai Mekong, khususnya di Provinsi An Giang.  Sisanya, sekitar 1,0 persen tersebar di wilayah-wilayah lainnya.

Umat Islam Vietnam banyak yang loyal pada suku-suku beragam, dan dapat kita bagi pada 3 kelompok. Kelompok pertama, Muslim Tcham, yang merupakan kelompok mayoritas. Kelompok kedua, umat yang berasal dari suku-suku yang beragam, mereka adalah pedagang muslim yang datang dari negeri-negeri yang beragam kemudian menikah dari anak-anak negeri tersebut, seperti Arab, India, Indonesia, Malaysia dan Pakistan, dan jumlah mereka merupakan kelompok terbesar dari jumlah umat Islam secara keseluruhan. Kelompok ketiga, muslim dari warga Vietnam asli, dan mereka adalah warga Vietnam yang masuk setelah berinteraksi dengan para pedagang muslim dan komunikasi secara baik, seperti kampng Tan Buu pada bagian kota Tan An, baik dengan masuknya warga kepada Islam atau mereka masuk Islam melalui pernikahan.

Berdasarkan data dari pemerintah, Islam adalah agama dengan pemeluk terkecil dari enam agama yang berkembang di Vietnam. Kegiatan keagamaan masih dibawah kontrol pemerintah Vietnam yang beraliran komunis. Walau berada di bawah kekuasaan pemerintah komunis yang mengontrol dengan ketat, muslim Cham dapat menjalankan ibadah dengan bebas dan nyaman.  Bahkan banyak fasilitas dan bantuan yang   diberikan   oleh   pemerintah   kepada   muslim   Cham,   terutama   dalam   hal pendidikan. Namun, hal itu dirasa kurang cukup, karena kebutuhan akan pendidikan tinggi yang belum terpenuhi. Sebaliknya jumlah madrasah sangat banyak. Sehingga banyak dari pelajar muslim yang merantau ke Malaysia untuk meneruskan studi.

 Agama Islam yang berkembang saat ini di Vietnam beraliran Sunni dan Bani. Muslim Sunni yang tersebar di seluruh penjuru negara itu bermazhab Syafi’i. Muslim Bani berkembang di daerah Ninh Thuan dan Binh Thuan. Aliran ini tidak terlalu populer karena mengadopsi pengaruh budaya domestik dan memiliki pengaruh kuat dari India.

6. Singapura

Singapura merupakan negara kepulauan yang terletak di penghujung Selatan Semenanjung Malaya. Luas wilayahnya hanya sekitar 583 KM2. Penduduknya mayoritas pendatang,  terutama  berasal dari  etnis Cina.  Penduduk  Singapura  yang beragama Islam terbilang minoritas dan hamper semuanya berasal dari orang-orang Melayu. Jumlah penduduk sekitar 4,99 juta jiwa, sekitar 14.9% penduduk yang memeluk agama Islam, sedangkan mayoritas beragama Buddha 42,9%, Ateis 14,8%, Kristen 14.6%, Taouisme 8%, dan Hindu 4%, serta sisanya kepercayaan lainnya 0.6%.

Singapura telah menjadi rute bagi pedagang orang muslim dari Timur  Tengah  sejak  abad  ke-15  menjadi  sejarah  masuknya Islam di Singapura. Cara masuknya Islam ke Singapura tidak

jauh berbeda denganmasuknya  Islam ke negara-negara di Asia   Tenggara.   Islam   masuk   ke   Singapura   dengan   cara perdagangan  yang dilakukan  oleh  bangsa  Arab  yang  melalui daerah perairan Singapura. Adanya pernikahan pedagang Arab dengan  penduduk  setempat  kemudian  tinggal  dan  menetap  di Singapura,  membantu  Islam berkembang di  dearah ini.  Mereka membentuk suatu komunitas tersendiri dan mendirikan perkampungan di sana. Para pedangang yang telah menetap berdakwah dengan menjadi imam dan guru agama bagi komunitasnya. Komunitas  ini   juga   memiliki  sistem  pendidikan  agama   yang  berjalan   secara tradisional, seperti belajar dari rumah ke rumah dan dilanjutkan dari masjid ke masjid.

Pada tahun 1800 M, pusat pendidikan tradisional berada di Kampung Glam dan kawasan Rocor. Peranan guru-guru dan imam menjadi sangat penting dalam mengembangkan  penghayatan  terhadap  Islam  bagi  muslim  di  Singapura.  Mazhab yang dianut oleh muslim di Singapura adalah mazhab Syafi'i dengan paham teologi Asy'ariyah.

Singapura pada awalnya berada di bawah kekuasaan Sultan Johor yang menetap di kepulauan Riau-Lingga. Pada tanggal 29 Januari 1819 M, Sir Thomas Stanford Rafless meramalkan bahwa Singapura akan menjadi lokasi yang stategis bagi kerajaan Inggris dalam mengatur pelayaran disekitarnya. Dengan pemikiran yang demikian, akhirnya  pada  tanggal  31  Januari  1819  M  Rafless  membuat  kesepakatan  dengan Sultan Johor untuk mendirikan pusat perniagaan di Singapura. Keadaan Singapura yang awalnya merupakan daerah kekuasaan Sultan Johor yang didiami  oleh etnis Melayu, juga telah memberikan jalan bagi masuknya Islam ke Singapura.

Perkembangan Islam di Singapura tidak terlepas dari penyerapan suatu praktik hukum atau norma yang harus sesuai dengan kondisi budaya, sosial, dan ekonomi setempat. Kita ketahui bahwa Singapura merupakan negara dengan perkembangan yang pesat dengan adaptasi hukum Inggris. Meskipun demikian, umat Islam di Singapura tetap mengusahakan adanya hukum Islam di Negara Singapura.

Keberadaan hukum Islam di Singapura tidak bisa terlepas dari peran umat Islam yang ada di negara tersebut. Umat Islam Singapura berusaha keras untuk mendekati pemerintah agar mengesahkan suatu undang-undang yang mengatur hukum individu dan keluarga Islam di Singapura. Setelah diupayakan selama bertahun-tahun, barulah pada tahun 1966 M. pemerintah mengeluarkan rancangan undang-undang parlemen dan menerima Undang-undang Administrasi Hukum Islam (AMLA). Undang-undang ini  telah  dinilai  oleh  perwakilan  dari  berbagai  suku  dan  mazhab  yang  ada  di Singapura.

Pada  tahun  1966  AMLA  mengusulkan  pembentukan  Majelis  Ulama  Islam gapura atau Islamic Religious Council of Singapore (MUIS) sebagai suatu hukum. MUIS diharapkan dapat menjadi penasihat Presiden Singapura dalam hal yang berkaitan dengan agama Islam di Singapura. Tugas MUIS sama seperti MUI di Indonesia. Tugas mereka mengatur kegiatan islam di Singapura, seperti mengeluarkan sertifikasi halal untuk makan yang menurut ketentuan Islam baik untuk di konsumsi, melakukan perhitungan waktu Salat di Singapura, dan menjadi penyelengara pernikahan secara Islam. Adapun fungsi dan tugas Majelis Ulama Islam Singapura sebagai berikut.

a. Memberi  saran  kepada  presiden  Singapura  dalam  masalah-masalah  yang berkaitan dengan agama Islam di Singapura.

b.   Mengurusi masalah yang berkaitan dengan agama Islam dan kaum muslimin di Singapura, termasuk urusan hap dan sertifikasi halal.

c. Mengelola wakar dan dana kaum muslimin berdasarkan undang-Undang dan amanah.

 d.   Mengelola pengumpulan zakat, infak, dan sedekah untuk mendukung dan mensyiarkan agama Islam atau untuk kepentingan umat Islam.

e.   Mengelola seinua masjid dan madrasah di Singapura.

Dalam perkembangan selanjutnya, umat Islam di Singapura terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu migran yang berasal dan dalam dan luar wilayah. Kelompok migran dari dalam wilayah berasal dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, Riau, dan Bawean. Kelompok ini identik dengan etnis Melayu

Adapun kelompok migran dan luar wilayah dibagi menjadi dua kelompok penting, yaitu muslim India yang berasal dan sub kontinen India (Pantai Timur dan Pantai Selatan India) dan keturunan Arab, khususnya Hadramaut. Migran yang berasal dan luar wilayah secara umum berasal dan golongan muslim yang kaya dan terdidik. Kelompok ini pula akhirnya membentuk kelompok elit sosial dan ekonomi Singapura. Mereka mempelopori perkembangan Singapura sebagai pusat pendidikan dan penerbitan muslim. Di samping itu, mereka juga sebagai penyumbang dana terbesar untuk pembangunan masjid, lembaga pendidikan, dan organisasi sosial Islam lainnya, seperti keluarga al-Segat, al-Kaff, dan al-Juneid.

 7. Myanmar

Myanmar     dahulu     bernama     Burma.     Luas wilayahnya  sekitar  678.000  km2   Islam  di Myanmar merupakan kelompok minoritas di tengah-tengah abama Buddha. Kaum muslimin pada   umumnya   tinggal   di   Provinsi   Arakan, Myanmar  bagian  barat.  Daerah  ini  berbatasan dengan  Bangladesh.  Provinsi  Arakan  dahulunya merupakan kerajaan yang merdeka hingga tahun 1684 M. Penduduk Myanmar yang beragama Islam tercatat 7% dan total jumlah penduduk. Mereka hidup dalam kemiskinan akibat rezim komunis yang berkuasa. Selain itu, juga karena perlawanan dari umat Buddha terhadap umat Islam.

Islam  telah  masuk  ke Myanmar  melalui  dakwah, tetapi belum tersebar luas walau telah tersebar ke sejumlah wilayah seperti Arakan. Islam sampai ke Myanmar melalui jalur perdagangan dan dakwah. Kala itu, wilayah tersebut masih disebut Burmanja. Di bagian barat terdapat kerajaan Arakan. Mayoritas penduduknya muslim, bertetangga dengan Bengal yang merupakan wilayah Islam. Dari sanalah Islam terus meluas ke wilayah Burmania lainnya.

Perkembangan  Islam  di  Myanmar  mendapatkan  perlawanan  sengit  dari  pengikut agama Buddha. Pada tahun 686 H, muslim Tartar, bangsa Mongol mengivansi Burmania melalui Cina dan berhasil melengserkan rajanya serta memberi kebebasan untuk memeluk agama sesuai keyakinannya. Sebagian masyarakat masuk Islam dan sebagian lainnya memeluk agama Buddha. Tatkala Suja saudara Aurangzeb, penguasa Imperium Mugal di Hindustan melarikan diri ke Burmania, mereka berbaur dengan para penduduk sambil menyebarkan agama Islam.

Islam di Myanmar bermula dari kaum muslim di Arakan yang berasal dari Suku Rohingya. Mereka membentuk Organisasi Solidaritas Rohingya dengan presidennya Muhammad Yunus. Organisasi Solidaritas Rohingya pernah meminta kepada Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk menekan pemerintah Myanmar agar menghormati hak-hak minoritas muslim sebagaimana yang dilakukan OKI terhadap pemerintah Bulgaria.

Sikap muslim Rohingya terhadap sosialis Myanmar terbagi menjadi dua. Pertama, kelompok yang berintegrasi dengan partai sosialis yang berkuasa. Tujuan kelompok ini adalah untuk melindung kelompok minoritas dari kekerasan penguasa. Mereka mengembangkan agama Islam melalui jalur pendidikan atau dakwah. Organisasi  Solidaritas Rohingya  termasuk  dalam  kelompok  ini.  Kedua,  kelompok muslim yang membentuk organisasi Gerakan pembebasan menentang pemerintah Myanmar.  Mereka  membentuk  Front  Nasional  Pembebasan  Rohingya.  Front  ini bekerja  sama  dengan  Tentara  Pembebasan  Nasional  Karen.  Karen  adalah  suatu propinsi di bagian selatan Myanmar yang berbatasan dengan Thailand. Masyarakat Karen memperjuangkan pemisahan diri dari Myanmar.

Masyarakat Karen berusaha memisahkan diri dari Myanmar dengan dua alasan. Pertama, karena Karen merupakan etnis tersendiri yang berbeda dengan umumnya etnis   masyarakat   Myanmar.   Kedua,   karena   penguasa   Myanmar   melakukan diskriminasi terhadap Suku Karen. Oleh karena itu, uropinsi Arakan dan Karen merupakan daerah yang terns menerus bergejolak di Myanmar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar