Khalifah-khalifah Berprestasi Daulah Umayyah di Damaskus
Kekuasaan Daulah Umayyah berlangsung selama kurang lebih 90 tahun, selama kurun waktu itu Daulah Umayyah dipimpin oleh 14 orang khalifah, yaitu:
1. Muawiyah Bin Abu Sufyan (661-680 M)
2. Yazid bin Muawiyah (680-683 M)
3. Muawiyah bin Yazid (683-683 M)
4. Marwan bin Hakam (683-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (685-705 M)
6. Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (715-717 M)
8. Umar bin Abdul Aziz 9717-720 M)
9. Yazid bin Abdul MAlik (724-743 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M)
11. Walid bin Yazid (743-744 M)
12. Yazid bin Walid (744-745 M)
13. Ibrahim bin Walid (744-744 M)
14. Marwan bin Muhammad (745-I75 M)
Tidak semua khalifah cakap dan sukses menjadi seorang pemimpin, diantara khalifah yang dianggap sukses dan membawa kepada kemajuan Daulah Umayyah di Damaskus adalah: Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan, Khalifah Abdul Malik bin Marwan, Khalifah al-Walid bin Abdul Malik, Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
1. Muawiyah bin Abi Sufyan
Muawiyyah bin Abu Sufyan lahir pada 15 tahun sebelum Hijriyah dan masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah bersama keluarga dan penduduk Makkah lainnya. Nama aslinya adalah Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah. Setelah masuk Islam, ia menjadi sahabat Rasulullah Saw dan menjadi salah satu juru tulis wahyu Al-Qur’an. Muawiyah menjabat sebagai khalifah Daulah Umayyah selama kurang lebih 20 tahun Beberapa kebijakan Muawiyah bin Abu Sufyan:
a. Memindahkan ibu kota kekhalifahan Daulah Umayyah dari Madinah ke Damaskus, Suriah.
b. Membangun administrasi pemerintahan dan menetapkan aturan jawatan pos
c. Mengatur urusan tentara dengan mengacu kepada aturan tentara Bizantium d. Menciptakan sstem pemilihan khalifah dengan cara monarchi hereditas
e. Mengubah fungsi baitul mal, pada masa khulafaurrasyidin baitul mal berfungsi sebagai harta kekayan rakyat, kemudian dirubah pada masa Umayyah menjadi harta kekayaan keluarga raja
f. Membentuk Diwanul Hijabah
g. Membentuk Diwanul Barid
h. Membentuk Diwanul Kharraj
2. Marwan bin Hakam
Khalifah ke empat Daulah Umayyah ini mengambil alih kekuasaan setelah Muawiyah II menyerahkan jabatannya. Pada masa Khalifah Usman bin Affan Marwan menjabat sebagai kepala lembaga secretariat yakni ad-Dawawin yang mempunyai kewenangan sangat menentukan dalam setiap keputusan khalifah. Pada masa Muawiyah menjadi khalifah, Marwan menjabat sebagai Gubernur Madinah. Marwan adalah orang yang berjiwa besar dan mempunyai cita-cita yang tinggi, ia hanya menjabat selama 9 bulan. Berikut ini kebijakan-kebijakan Marwan bin Hakam:
a. Meredam gerakan-gerakan di berbagai wilayah yang menghambat stabilitas pemerintahannya, diantaranya gerakan Abdullah bin Zubair di Hijaz, gerakan Mus’ah bin Zubair di Palestina, gerakan-gerakan di Syam yang hendak mengangkat Khalid bin Yazid sebagai khalifah
b. Mengangkat putranya Abdul Aziz sebagai Gubernur di Syam
c. Mengembalikan kedudukan orang-orang suku di Jazirah Arab kedalam kekuasaannya
d. Mengalahkan gerakan Khawarij dan Syi’ah
3. Abdul Malik bin Marwan
Abdul Malik mulai menjadi khalifah pada tahun 65 H di Syam dan Mesir, ia berkuasa dalam rentang waktu 21 tahun. Pada saat Muawiyah menjadi Khalifah, Abdul Malik bin Marwan pernah diangkat sebagai gubernur di Madinah meski saat itu ia baru berusia 16 tahun. Beliau belajar agama dari para Fuqaha, ulama dan ahli Zuhud, pernah meriwayatkan hadits darii Jabir, Abu Sa’id al Khudri, Abu Hurairah dan Ibnu Umar. Banyak orang yang belajar dan mengambil ilmu darinya karena kefaqihannya.
Abdul Malik adalah orang yang kokoh pendiriannya dan tidak mudah goyah dalam keadaan apapun. Ia mengatur roda pemerintahan dengan penuh amanah dan selalu menjaga stabilitas keamanan, pada masanya kehidupan kaum muslimin berada dalam kedamaian, banyak negeri yang berhasil ditaklukkan. Diantara beberapa kebijakan Abdul Malik bin Marwan:
a. Mencetak uang dinar menggantikan uang Byzantium dan Sasania
b. Melakukakan Arabisasi arsip-asrip dan catatan administrasi Negara dari bahasa Persia dan Yunani ke dalam Bahasa Arab.
4. Walid bin Abdul Malik
Walid bin Abdul Malik adalah putra dari Abdul Malik bin Marwan, ia diangkat menjadi khalifah pada tahun 86 H. walid memiliki daerah kekuasaan yang sangat luas karena mewarisi kerajaan Malik bin Marwan, ayahnya. Pada masanya banyak melakukan ekspansi ke beberapa wilayah yang sekaligus menjadi kebijakan dan strateginya dalam memimpin, diantaranya:
a. Penaklukan Andalusia dibawah pimpinan Gubernur Musa bin Nusair, panglima perang Tharif dan juga panglima perang Thariq bin Ziyad
b. Penaklukan wilayah Kashgar dibawah komando pimpinan Khurasan, Qutaibah bin Muslim al-Bahili yang pernahmenjabat gubernur Iraq, Persia dan Khurasan.
c. Penaklukan Negeri Sind dibawah komando Muhammad bin Qasim ats-Tsaqafi.
d. Mengembangkan seni kebudayaan sehingga menjadi karya seni bercorak Islam dan menjadi kebudayaan tertinggi kala itu
e. Membangun rumah sakit, panti jompo, panti asuhan, dan gedung pemerintahan serta mendirikan madrasah-madrasah.
f. Merenovasi Masjidil Haram, mengadakan perbaikan makam Rasulullah Saw, serta merenovasi masjid Nabawi dan masjid Umawy di Damaskus.
5. Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Azis dilahirkan di Halwan, Mesir pada 61 H, ia adalah cicit dari Umar bin Khathab. Sejak kecil ia sering mendengar kisah tentang kehebatan kakeknya yaitu Umar bin Khathab, hal itu menginspirasi dirinya untuk bisa seperti sang kakek. Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah selama kurang lebih 2 tahun 5 bulan. Beberapa kebijakan-kebijakan Umar bin Abdul Aziz:
a. Mengupayakan pengumpulan Hadits untuk dipilih antara Hadits Shahih dan palsu dan menunjuk Imam Muslim bin Syihab az-Zuhri sebagi koordinatornya. Berkat usaha ini, tercapailah pembukuan hadits.
b. Menghentikan pemungutan pajak dari Mualaf dan memangkas pajak dari orang Nasrani, kebijakan ini membuat orang-orang berbondong untuk memeluk Islam
c. Menghidupkan kembali ajaran al-Qur’an dan as-Sunah
d. Menetapkan hokum berdasarkan Syari’at Islam dengan tegas
e. Memindahkan sekolah kedokteran dari Iskandariah (Mesir) ke Antioka dan Harran (Turki)
f. Mengutus delegasi untuk mengawasi kinerja para gubernur di berbagai daerah agar selelu menerapkan keadilan dan kebenaran dalam memimpin.
g. Mengganti kedudukan gubernur yang tidak taat agama.
Perkembangan Peradaban dan Ilmu Pengetahuan Daulah Umayyah di Damaskus
Berbagai kebijakan yang diambil semasa pemerintahan Daulah Umayyah di Damaskus sedikit banyak berdampak kepada kemajuan dalam berbagai bidang. Muawiyyah dan keturunannya tidak saja dikenal sebagai pahlawan dalam ekspansi besar- besaran dunia Islam, tetapi juga dikenal sebagai pembaharu, baik dalam bidang politik, ekonomi, kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan. Berbagai kebijakan penting pada masa Daulah Umayyah antara lain:
1. Penduduk-penduduk diluar Jazirah Arab sangat memerlukan berbagai penjelasan secara sistematis dan kronologis tentang Islam, dan ilmu-ilmu yang berkembang saat itu; Hadits, tafsir, fiqh, usul fiqh, ilmu kalam, Tarikh dan lain sebagianya. Untuk kepentingan itu maka mulai dikembangkan ilmu-ilmu agama tersebut melalui terjamahan dan berbagai karya lainnya.
2. Menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa Umat, dan berlaku bagi pengembangan administrai pemerintahan maupun keilmuan lainnya.
3. Mengangkat keturunan orang-orang Arab sebagai pemimpin di seluruh wilayah yang berhasil mereka taklukkan.
Perkembangan peradaban masa Daulah Umayyah mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan sampai pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (660 M – 743 M). kemajuan-kemajuan tersebut meliputi berbagai bidang sebagai berikut:
1. Bidang Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan semakin berkembang setelah bangsa-bangsa Persia, Syiria, dan negeri lainnya masuk Islam. Terjadi akulturasi budaya dan perkawinan silang diantara mereka. Pada masa ini ada dua aspek ilmu pengetahuan yang berkembang yaitu: ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. Kedua ilmu pengetahuan itu semakin berkembang setelah Daulah Umayyah berhasil menguasai Spanyol, Afrika Utara, Palestina, Semenanjung Arabia, daerah Rusia dan kepulauan yang terdapat di Laut Tengah, Chyprus, Rhoders dan sebagian Sicillia.
2. Bidang Ekonomi dan Adminitrasi Pemerintahan
Dengan meluasnya wilayah yang ditaklukkan, maka memungkinkan eksploitasi potensi ekonomi dan sumber daya alam semakin besar. Keadaan itu berimbas kepada semua biaya oprasional di setiap propinsi dipenuhi dari pemasukan lokal, seperti untuk urusan adminstrasi lokal, belanja tahunan Negara, gaji pasukan, dan berbagai bentuk layanan masyarakat dan sisanya dimasukan kedalam kas negara. Daulah Umayyah sudah membentuk organisasi ketetanegaraan meliputi:
a. An-Nidhamus Siyasi; yaitu organisasi politik yang meliputi kekhalifahan berubah dari sistem syura’ menjadi system monarki. Al-Kitabah atau sekretaris Negara terdiri dari Kitabur Rasail, Kitabul Kharraj, Kitabul Jundi, Kitabus Syurtah dan yang baru adalah al-Hijabah (pengawal khalifah)
b. An-Nidzamul Idari; Organisasi Tata Usaha Negara terdiri dari Ad-Dawawin, yaitu kantor pusat yang bertugas mengurus tata usaha negara yang terdiri dari Diwanul Kharraj, Diwanul Rasail, Diwanul Mustagilat al-Mutanawiyah dan Diwanul Katibi.
c. An-Nidzamul Mal; organisasi keuangan
d. An-Nidzamul Harbi; organinasi pertahanan
e. An-Nidzamul Qadha’i; organisasi kehakiman
3. Bidang Pembangunan Kota
Pusat peradaban Daulah Umayyah di Damaskus terletak di beberapa kota sebagai berikut:
a. Kota Damaskus
Damaskus menjadi pusat pemerintahan Islam sejak masa kekhalifahan Muawiyah bin Abu Sufyan. Pada masa itu Damaskus menjadi kota paling besar dan paling megah di wilayah pemerintahan Islam. kota Damaskus memiliki delapan pintu gerbang yang dilengkapi dengan menara tinggi, sehingga jika akan mengunjunginya, menara-menara itu sudah terlihat dari kejauhan. Pada masa Al- Walid kota Damaskus dipercantik lagi dengan berbagai fasilitas umum sehingga menjadi buah bibir pada masa itu.
b. Kota Qairawan
Kota Qairawan dibangun oleh gubernur Afrika Utara Uqbah bin Nafi al-Fihri yang diangkat oleh Muawiyah bin Abu Sufyan. Uqbah membangun Qairawan sebagai benteng perlindungan bagi pasukan tentara kaum muslimin dan harta kekayaannya dari serangan musuh, Qairawan yang letaknya jauh dari pantai menjadikan kaum muslimin merasa aman dari serangan tentara Romawi.
4. Bidang Pendidikan
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kedokteran
Ahli kedokteran pada masa Daulah Umayyah adalah Abu al-Qasim al Zahrawi. Beliau dikenal sebagai ahli bedah, perintis ilmu penyakit telinga, dan pelopor ilmu penyakit kulit. Karyanya yang terkenal berjudul al- Ta’rif li man ‘Ajaza ‘an al Ta’lif yang pada abad XII diterjemahkan oleh Gerard of Cremona dan dicetak ulang di Genoa (1497M). Buku tersebut menjadi rujukan di universitas- universitas terkemuka di Eropa, di dunia Barat Abu al Qasim dikenal dengan sebutan Abulcasis.
Salah satu tokoh terkUenalJdIalaPm UbidBangLseIjaKrah antara lain; Abu Bakar bin Umar, atau nama lainnya ibn Qithiyah dengan karyanya berjudul Tarikhh iftitah al-Andalus. Abu Marwan Abdul Malik bin Habib dengan karyanya yang terkenal berjudul al-Tarikh.
c. Bahasa dan Sastra
Tokoh terkenal pada masa ini antara lain; Abu Amir Abdullah, karyanya dalam bentuk prosa berjudul Risalah al Awabi wa al Zawawi, Kasyf al Dakk wa Azar al- Syakk dan Hanut Athar. Ali al_Qali, karyanya yang terkenal al-Amali dan al- Nawadir. Abu Amr Ibn Muhammad dengan karyanya al ‘Aqd al Farid.
d. Kimia
Ahli kimia terkenal pada masa ini adalah Abu al -Qasim Abbas ibn Famas, beliau mengembangkan ilmu kimia murni dan kimia terapan yang merupakan dasar bagi ilmu farmasi yang erat kaitannya dengan ilmu kedokteran.
e. Ilmu-ilmu Naqli
Ilmu-ilmu Naqli ini meliputi: ilmu Qira’at, ilmu Tafsir, ilmu hadits, ilmu fikih, ilmu nahwu, ilmu bahasa dan kesesastraan. Dalam ilmu Qira’at pada masa ini termasyhur tujuh bacaan al-Qur’an yang terkenal dengan istilah Qira’ah Sab’ah yang kemudian ditetapkan menjadi dasar bacaan, yaitu cara bacaan yang dinisbatkan kepada cara membaca yang dikemukakan oleh tujuh orang ahli Qira’at. Ahli ilmu Tafsir pada masa ini adalah Ibnu Abbas, ahli ilmu Hadits Muhammad bin Syihab az-Zuhri, Hasan Basri. Sementara itu ahli ilmu Nahwu dan merupakan penyusun buku ilmu Nahwu yang pertama adalah Abu Aswad ad- Dualy, beliau belajar kepada Ali bin Abi Thalib sehingga beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa bapak ilmu nahwu adalah Ali bin Abi Thalib. Pada akhir periode Umayyah melahirkan sejumlah mujtahid dan muncul dua tokoh imam madzhab yaitu Imam Abu Hanifah di Kuffah dan Imam Malik di Madinah. Sementara Imam Syafi’i dan Imam Hambali lahir pada masa pemerintahan Abbasiyah.
5. Bidang Arsitektur
Salah satu orientasi pemerintahan Daulah Umayyah adalah pengembangan wilayah kekuasaan. Orientasi ini tidak kemudian melupakan kemajuan-kemajuan dalam bidang yang lain, perkembangan ilmu pengetahuan berjalan dengan sangat pesat. Demikian juga perkembangan dalam bidang seni arsitektur, salah satu kemajuan seni arsitektur yang dicapai pada masa Daulah Umayyah adalah berdirinya masjid Umayyah di Damaskus dan Masjid Baitul Maqdis di Yerussalem atau yang terkenal dengan Kubah al-Sakha yang didirikan pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Disamping itu beberapa peninggalan seni arsitektur menunjukan ketinggian peradaban pada masa itu, misalnya; Masjid Agung di Kufah, Masjid Batu Karang, Istana Aljaferia di Saragosa dan lain lain.
6. Bidang Militer
Pada masa ini kemajuan militer bangsa Arab telah mencapai kemajuan signifikan. Mereka mempelajari berbagai ilmu kemiliteran dari banyaknya ekspedisi militer yang meraka lakukan termasuk dari metode militer Romawi. Muawiyah melakukan perubahan besar dan menonjol di dalam pemerintahannya dengan mengandalkan angkatan daratnya yang kuat dan efisien.
Kemunduran Daulah Umayyah di Damaskus
Sepeninggal Umar bin Abdul Aziz, tampuk kepemimpinan dilanjutkan oleh Yazid bin Abdul Malik. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam kenyamanan dan ketentraman juga kedamaian berubah menjadi kacau. Masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul Malik yang cenderung hidup dalam kemewahan dan kurang memperhatikan kepentingan rakyat.
Kekacauan ini terus berlanjut hingga khalifah terakhir Daulah Umayyah, Marwan bin Muhammad yang pada akhirnya meninggal di Mesir. Meninggalnya Marwan bin Muhammad menjadi penanda berakhirnya kekuasaan Daulah Umayyah yang akhirnya digantikan oleh kekhalifahan Daulah Abbasiyah.
Beberapa faktor yang mengantarkan Daulah Umayyah pada kehancuran antara lain:
1. Ketidak puasan pemeluk Islam non Arab, atau sering disebut dengan Mawali. Kaum Mawali pada masa Daulah Umayyanh merasa dimarginalkan dengan tidak mendapat hak yang sama dalam hal tunjangan dan beberapa hak lain yang tidak dikabulkan oleh pemerintahan Daulah Umayyah.
2. Sistem pemilihan Khalifah melalui garis keturunan (monarchi heredities) merupakan sesuatu yang baru bagi Bangsa Arab, system ini pada prakteknya sering menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat untuk berebut kekuasaan dikalangan keluarga, dan terkadang tidak melalui pertimbagnagn matang berkatan dengan faktor pengalaman dan usia.
3. Terjadinya persaingan antara kelompok suku Arab Mudariyah (Arab Utara) dan suku Arab Himyariyah (Arab Selatan), Daulah Umayyah cenderung memebela kepada salah satu pihak tersebut.
4. Konflik-konflik dari beberapa golongan yang melatar belakangi terbentuknya Daulah Umayah pada masa awal pembentukan seperti kaum Sui’ah, Khawarij yang terus berkembang menjadi gerakan oposisi yang semakin kuat dan mengancam kedaulatan Daulah Umayyah.
5. Menguatnya kekuatan Abbasiyah dari keturunan Bani Hasyim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar