Minggu, 21 Maret 2021

PERADABAN ISLAM DAULAH UMAYYAH DI ANDALUSIA

 Sejarah Lahirnya Daulah Umayyah di Andalusia

Masuknya Islam ke Andalusia menjadi angin segar bagi perkembangan Islam sekaligus menjadi awal masuknya Islam ke beberapa wilayah lainnya seperti Cordoba, Granada dan Toledo, ibukota pemerintahan Spanyol. Penaklukkan Andalusia ini terjadi pada masa pemerintahan Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) yang merupakan khalifah ke enam Daulah Umayyah di Damaskus. Jatuhnya Andalusia dan beberapa kota penting di negeri itu, membuka jalan baru bagi upaya umat Islam untuk menyebarkan Islam ke seluruh Eropa.  Secara singkat dapat dijabarkan proses lahirnya Daulah Umayyah di Andalusia sebagai berikut:

1. Penaklukan Andalusia

Sebelum Islam masuk ke Andalusia, Islam sudah telebih dahulu berkembang di Afrika  Utara.  Afrika  Utara  dijadikan  sebagai  salah  satu  provinsi  dari  Daulah Umayyah di Damaskus. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705 M). pada perkembangan selanjutnya ditunjuklah Musa bin Nusair sebagai gubernur di Afrika Utara. Sebelum dikuasai

Islam, kawasan Afrika Utara telah menjadi basis kekuasaan Kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gothic.Setelah kawasan Afrika Utara benar-benar dapat dikuasai Islam dan menyatakan kesetiaannya terhadap pemerintahan Musa bin Nusair, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Andalusia. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi pasukan muslim untuk menaklukan Andalusia.

Proses penaklukan Andalusia melalui tahapan yang sangat panjang. Musa bin Nusair sebagai Gubernur Afrika Utara mengutus Tharif bin Malik untuk menyelidiki keadaan  Andalusia  saat  itu.  Tharif  membawa  pasukan  perang  dan  500  pasukan berkuda dan melintasi selat yang terletak diantara Maroko dan Benua Eropa. Dalam ekspedisi ini Tharif dibantu oleh Raja Julian dengan menaiki empat buah kapal milik Raja Julian, dan sukses tanpa perlawanan yang berarti.

Melihat keberhasilan Tharif bin Malik dan pasukannya, maka Musa Bin Nusair kembali melakukan ekspedisi ke Spanyol dengan membawa pasukan dalam jumlah yang lebih besar, yaitu 7000 ribu pasukan di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Pasukan Thariq bin Ziyad sebagian besar terdiri dari suku Bar-bar yang didukukng oleh Musa bin Nusair dan orang-orang Arab yang dikirim oleh Khalifah Walid bin Abdul Malik.

Tahriq bin Ziyad membawa pasukannya menyebrangi selat yang kemudian terkenal dengan selat Gibraltar (Jabal Thariq). Thariq berhasil dengan gemilang dan berturut-turut  berhasil  menaklukan  berbagai  wilayah  penting  di  Eropa  seperti Cordoba, Granada dan Toledo (ibukota kerajaan Gothic saat itu).

Dengan ditaklukkannya Andalusia, maka periode pertama Pemerintahan Daulah Umayyah Andalusia dimulai, dengan pusat pemerintahan di Damaskus. Periode pertama ini Andalusia berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Daulah Umayyah yang masih berpusat di Damaskus.

Pada periode pertama ini, situsai politik dan perekonomian belum tertata dengan baik. Sering terjadi konflik internal yang mengakibatkan melambatnya kemajuan di segala bidang. Konflik internal yang terjadi disebabkan antara lain oleh perbedaan etnis dan golongan juga terdapat perbedaan pandangan antara khalifah yang berpusat di Damaskus dengan Gubernur Afrika Utara. Periode pertama ini, Islam di Andalusia belum memasuki kegiatan pembangunan dalam bidang peradaban dan kebudayaan.

2. Peran Abdurrahman I

Keruntuhan   Daulah   Umayyah   di   Damaskus   dan   digantikan   oleh   Daulah Abbasiyah di Baghdad, menyisakan satu orang keturunan dari Daulah Umayyah yaitu Abdurrahman I yang bergelar ad-Dakhil. Abdurrahman ad-Dakhil berhasil lolos dari kejaran tentara Bani Abbasiyah yang berhasil menaklukkan Daulah Umayyah di Damaskus..

Islam mulai babak baru dengan datangnya Abdurrahman ad-Dakhil ke Andalusia. Abdurrahman mengambil kekuasaan di Andalusia pada masa Gubernur Yusuf al-Fihr. Ia kemudian memproklamirkan berdirinya Daulah Umayyah di Andalusia sebagai kelanjutan dari Daulah Umayyah di Damaskus. Oleh ahli sejarah periode ini disebut dengan  periode  kedua  pemerintahan  Daulah  Umayyah,  periode  kedua  ini  terjadi antara tahun 755-912 M.

Pada   periode   ini   umat   Islam   dibawah   kekuasaan   para   Amir   dan   mulai memperoleh kemajuan, baik dalam bidang politik maupun peradaban. Amir pertama pada periode kedua ini adalah Abdurrahman ad-Dakhil. Ia berhasil membawa kegemilangan Islam dan sukses mendirikan masjid Cordoba dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Andalusia.

 B.  Perkembangan   Peradaban   dan   Ilmu   Pengetahuan   Masa   Daulah Umayyah di Andalusia

Abdurrahman ad-Dakhil berhasil meletakkan sendi dasar yang kokoh bagi tegaknya Daulah Umayyah di Andalusia. Selama kurang lebih 32 tahun masa pemerintahannya ia mampu mengatasi berbagai tekanan dan ancaman dari dalam negeri maupun serangan dari luar. Karena ketangguhannya itu ia dijuluki Rajawali Quraisy.

Daulah Umayyah di Andalusia yang dipelopori oleh Abdurrahman Ad-Dakhil berhasil mengalami masa kejayaan selama kurun waktu tujuh setengah abad (756-1492 M) dengan amir-amir sebagai berikut:

1.    Abdurrahman Ad-Dakhil (756-788 M)

2.    Hisyam bin Abdurrahman (788-796 M)

3.    Al-Hakim bin Hisyam (796-822 M)

4.    Abdurrahman al-Ausath (822-852 M)

5.    Muhammad bin Abdurrahman (852-886 M)

6.    Munzir bin Abdurrahman (886-912 M)

7.    Abdurrahman an-Nasir (912-961 M)

 8.    Hakam al-Muntasir (961-976 M)

9.    Hisyam II (976-1009 M)

10.  Muhammad II (1009-1010 M)

11.  Sulaiman (1013-1016 M)

12.  Abdurrahman IV (1016-1018 M)

13.  Abdurrahman V (1018-1023 M)

14.  Muhammmad III (1023-1025 M)

15.  Hisyam III (1027-1031 M)

Amir-amir  tersebut  berkuasa  dengan  pembagian  beberapa  periode,  dimana periode pertama di mulai sejak Andalusia dikuasai pada masa Daulah Umayyah berpusat di Damaskus. Penguasa Andalusia pada periode kedua adalah, Abdurrrahman Ad-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausatth, Muhammad bin Abdurrahman, Munzir bin Muhammad dan Abdullah bin Muhammad. Pada periode kedua ini, Daulah Umayyah mengalami kemajuan dalam berbagai bidang.

Periode ketiga berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar an-Nasir. Pada periode ini penguasa mulai memakai gelar Khalifah, khalifah yang memimpin pada periode ketiga ini adalah Abdurrahman an-Nasir, Hakam II dan Hisyam II. Pada perode ini Daulah Umayyah Andalusia mengalami puncak kejayaan menyaingi   peradaban   Daulah   Abbasiyah   di   Baghdad.   Abdurrahman   an-Nasir membangun universitas Cordoba dilengkapi dengan perpustakaan yang mempunyai koleksi ribuan buku, pembangunan kota berlangsung sangat cepat, masyarakat mendapatkan kesejahteraan dan kemakmurannya.

Periode keempat terjadi antara tahun 1013-1086 dimana mulai terlihat melemah karena terpecah-pecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil (Mulk at Thawaif) di bawah pemerintahan raja-raja golongan yang berpusat di Seville. Munculnya Mulk at Thawaif ini sangat berpengaruh terhadap eksistensi Daulah Umayyah.

Periode kelima berlangsung dari tahun 1086-1248, pada periode ini muncul kekuatan yang dominan yaitu Daulah Murabithun yang berasal dari Afrika Utara yang sedikit banyak membantu umat Islam di Andalusia dari serangan orang-orang Kristen.

Periode keenam berlangsung dari tahun 1248-1492, pada periode ini kekuasaan Islam hanya di daerah Granada yaitu di bawah kekuasaan Bani Ahmar. Peradaban ini dibangun kembali sehingga sempat mengalami kemajuan seperti pada pemerintahan Abdurrahman an-Nasir. Namun secara politik jangkauan daulah ini hanya berkuasa di wilayah  yang  sangat  kecil,  sehingga  berakhirlah  kekuasaan  Daulah  Umayyah  di Andalusia pada periode keenam.

Selama  kurang  lebih  tujuh  setengah  abad  Daulah  Umayyah  di  Andalusia (Spanyol) berkuasa, banyak prestasi dan kemajuan yang sudah dicapai, bahkan pengaruhnya membawa Eropa kepada kemajuan. Puncak kejayaan Islam di Andalusia terjadi pada periode ketiga (912-1013 M) dimulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang brgelar an-Nasir, pada periode ini Islam di Andalusia mencapai puncak kejayaan dan kemajuan, menyaingi kejayaan Daulah Abbasiyah di Baghdad. 

Kemajuan-kemajuan tersebut antara lain:

1. Ilmu Pengetahuan dan Sains

Spanyol adalah kota yang subur, kesuburannya mendatangkan penghasilan ekonomi yang  tinggi  dan  banyak  menghasilkan  pemikir-pemikir  berkualitas.  Masyarakat muslim   Spanyol   merupakan   masyarakat   yang   majemuk   terdiri   dari   berbagai komunitas, antara lain; al-Muwalladun (orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (orang  Islam  yang  berasal  dari  Afrika  Utara),  ash-Shaqalibah  (penduduk  daerah antara Konstantinopel dan Burgaria  yang menjadi tawanan Jerman dan kemudian dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab. Semua komunitas  itu  memberikan  saham  intelektual  terhadap  terbentuknya  lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra dan pembangunan fisik di Spanyol. Kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang dicapai pada masa ini, antara lain:

a. Filsafat

Atas inisiatif Hakam II, karya-karya ilmiah dan filsafat diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordoba dengan perpustakaan dan universitasnya yang lengkap mampu menyaingi kemajuan Daulah Abbasiyah di Baghdad. Tokoh pertama dalam sejarah Filsafat Spanyol  adalah  Abu Bakar Muhammad ibn as- Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibnu Bajah, ia tinggal di Granada dengan karyanya yang terkenal tadbir al-Mutawahid. Pada masa itu di Timur ada al-Farabi dan Ibnu Sina.

Tokoh kedua  adalah Abu bakar Ibnu Tufail yang berasal dari Wady sebuah kota kecil di Timur Granada, ia banyak menulis masalah filsafat, astronomi dan juga kedokteran. Karya filsafatnya yang terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan. Tokoh lain  yaitu Ibu Rusyd dari Cordoba, yang menjadi ciri khas dari Ibnu Rusyd adalah kecermatannya dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian

 filsafat dan agama. Karya-karyanya yang terkenal adalah Mabadi Falasifah, Kulliyat, Tafsir Urjuza, Kasfu Afillah. Selain ahli filsafat, ia juga seorang ahli Fikih dengan karya besarnya Bidayah al-Mujtahid, dan karya dalam bidang kedokteran dengan judul al-Hawi.

b. Sains

Dalam hal sains pada masa ini banyak bermunculan ilmu-ilmu seperti; kedokteran, matematika, kimia, astronomi, dan geografi. Abbas ibn Fams terkenal sebagai ahli dalam ilmu kimia dan astronomi sekaligus sebagai orang yang pertama kali menemukan pembuatan kaca dari batu. Ahmad bin Ibas ahli dalam bidang obat-obatan, dalam ilmu Geografi ilmuwan yang terkenal adalah Ibu Jubair yang menulis tentang Negeri-negeri Muslim Mediterania dan Sicilia. Ibnu Batutah juga salah satu ilmuwan yang terkenal hingga Samudra Pasai dan Cina.

Dalam bidang matematika, melalui buku terjemahan karya Ibrahim al-Fazari, seorang pakar matematika bernama Nasawi berhasil memperkenalkan angka-angka India seperti 0,1,2 hingga 9, hingga angka-angka  India di Eropa lebih dikenal dengan angka Arab. Para ahli dalam bidang kedokteran antara lain:

1.   Thabib ibn Qurra’ ia dianggap sebagai bapak ilmu Kimia


2.   Ar-Razi atau Razes, karyanya yang terkenal dalam bidang penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan dalam bahasa latin

3.   Ibnu Sina, di Eropa disebut dengan Avicena, selain sebagai filosof juga seorang dokter dan ahli musik. Karyanya yang terkenal adalah Shafa, Najat, Sadidiya, Danes Nomeh dan al-Qanuun fi at-Thib (buku tentang kedokteran yang diterjemahkan kedalam bahasa latin).

c. Fikih

Dalam bidang fikih, Islam di Spanyol menganut Madzhab Maliki yang diperkenalkan pertama kali oleh Ziyad bin Abd ar-Rahman. Dalam perkembangannya dipegang oleh seorang Qadhi yaitu Ibnu Yahya. Ahli-ahli Fiqh lainnya adalah Abu Bakar ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Said al-Baluthi dan Hazm.

d. Sejarah

Orang yang pertama kali mengemukakan teori perkembangan sejarah adalah Ibnu Khaldun melalui karyanya yang berjudul Muqaddimah. Buku ini menjadi tumpuan studi  ilmuwan-ilmuwan  barat,  beliau  juga  merupakan  perumus filsafat  sejarah. Karya-karya Ibu Khaldun mampu memberikan sumbangan dan pengaruh dalam pemikiran-pemikiran ilmuwan barat. Ahli sejarah lainnya adalah Yahya bin Hakam seorang penyair yang dikenal dengan al-Gazzal, juga Abu Bakar Ibn Muhammad yang terkenal dengan Ibn al-Quthiyah dengan karyanya berjudul Tarikh Iftitah al- Andalus memiliki nilai tersendiri, karena penafsirannya mengenai peristiwa- peristiwa di Spanyol yang sebelumnya tidak diketahui oleh orang Arab.

2. Peradaban dan Pembangunan

Banyaknya  peninggalan  monumental  yang  hingga  sekarang  masih  bisa  dilihat, menjadi saksi sejarah akan perhatian yang sangat besar dari pemerintahan Daulah Umayyah  Andalusia  terhadap  kemajuan pembangunan  fisik,  salah  satunya  adalah sebagai berikut:

c. Cordoba

Cordoba merupakan ibukota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian dikuasai oleh Daulah  Umayyah.  Kota  ini  dibangun  dan  diperindah.  Taman  dan  jembatan dibangun dengan indah di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Di sekitar ibukota berdiri istana-istana megah yang semakin mempercantik kota Cordoba. Di Cordoba  dibangun  masjid  raya  Cordoba,  ada  juga  Istana  Damsyik  disana.

Keindahan  Cordoba  semakin  nyata  manakala  fasilitas-fasilitas umum  dibangun dengan rapih dan dilenUgkaJpiIdePngUan sBaluLranIaKir yang panjangnya mencapai 80 km.

terdapat juga Al-Qasr al-Kabir yang didalamnya terdapat gedung-gedung istana yang megah, Rushafat, merupakan Istana yang dikelilingi oleh taman yang berada disebelah barat laut Cordoba.

d. Granada

Granada merupakan pusat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Arsitektur bangunannya sangat terkenal di seluruh Eropa. Disana terdapat Istana al-Hambra yang indah dan megah merupakan pusat dan puncak ketinggian arsitektur di Spanyol kala itu. Kisah tentang kemajuan seni arsitektur terlihat juga dengan bangunan istana-istana megah lainnya seperti, Istana al-Gaza, Menara Girilda, al- Zahra kota satelit di bukit Sierra Monera, kota ini dilengkapi dengan masjid tanpa atap dan air mengalir ditengah masjid sangat unik dan indah.

Kemajuan yang dicapai di Andalusia bukan datang dengan tiba-tiba, melainkan banyak faktor yang menjadi pendukungnya, yaitu:

1. Heterogenitas  komposisi  masyarakat  tadi  Andalusia  mendorong  terciptanya  iklim intelektual yang maju. Islam datang dengan semangat toleransi yang begitu tinggi, dengan semangat itu telah mengakhiri kezaliman keagamaan yang sudah berlangsung sebelumnya.

2. Adanya semangat kesatuan budaya Islam yang timbul pada pemikiran ulama dan para ilmuwan.

3. Persaiangan  antara  Mulk  at-Tawaif  (kerajaan-kerajaan  kecil)  justru  menyebabkan perkembangan peradaban di sekitar Cordoba. Semuanya bersaing ingin menandingi Cordoba dalam hal ilmu pengetahuan, satra, seni dan kebudayaan.

4. Adanya dorongan dari para penguasa yang mempelopori kegiatan ilmiyah, sehingga muncul ilmuwan-ilmuwan yang kompeten dalam bidangnya.

C.  Kemunduran Daulah Umayyah di Andalusia

Masyarakat Andalusia masih menganggap kehadiran Islam di Negara mereka merupakan ancaman dan juga penjajah bagi mereka, keadaan ini memperkuat nasionalisme  masyarakat  Kristen  Andalusia.  Akhirnya  setelah  kurun  waktu  tujuh setengah abad Daulah Umayyah berkuasa mulai mengalami masa kelemahan, disamping faktor diatas ada beberapa faktor yang menjadi penyebab runtuhnya Daulah Umayyah di Andalusia:

1. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan

Tidak adanya peraturan tentang pola pemilihan dan pengalihan kepemimpinan menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Sistem monarki membuat masing-masing ahli waris merasa berhak untuk menjabat sebagai pemimpin setiap ada kekosongan kepemimpinan. Karena faktor itulah muncul kerajaan-kerajaan dan kekuatan kecil di sekitar Andalusia, munculnya Muluk at-Tawaif ini juga yang memperparah keadaan sehingga Granada sebagai pusat kekuasaan Islam terakhir di Andalusia, jatuh ketangan Ferdinand dan Isabella.

 2. Tidak adanya Ideologi Pemersatu

Orang-orang pribumi enggan untuk menerima para muallaf menjadi bagian dari mereka. Akibatnya kelompok etnis non Arab sperti etnis Salvia dan Barbar   sering menggrogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosial dan ekonomi negeri tersebut, ini menunjukan tidak adanya idiologi yang member makna persatuan, disamping juga tidak adanya figure yang menjadi pengaut idiologi tersebut.

3. Keterpurukan Ekonomi

Kegigihan  para  penguasa  mengembangkan  ilmu  pengetahuan  dan  sedikit mengabaikan perkembangan perekonomian mengakibatkan timbul kesulitas ekonomi yang memberatkan dan berpengaruh terhadap perkembangan politik dan militer.

4. Terasing

Islam di Andalusia bagaikan negeri kecil yang terpencil dan terasing, ia jarang mendapatkan perhatian dan bantuan kecuali dari Afrika Utara. Hal ini mengakibatkan tidak ada yang membantu membendung kebangkitan Kristen di wilayah Andalusia. Kekuatan Kristen inilah yang lambat laun mulai menggrogoti Islam di Andalusia.


1 komentar: